Dalam mitologi Yunani, Siren atau Seirenes (bahasa Yunani: Σειρῆνας) adalah makhluk legenda, termasuk kaum Naiad (salah satu kaum nimfa) yang hidup di lautan. Mereka tinggal di sebuah pulau yang bernama Sirenum Scopuli atau menurut beberapa tradisi berbeza, mereka tinggal di Tanjung Pelorum, pulau Anthemusa, pulau Sirenusian dekat Paestum, atau di Capreae, yang semuanya adalah tempat-tempat dikelilingi batu karang dan tebing. Mereka menyanyikan lagu-lagu memikat hati yang membuat para pelayar yang mendengarnya terbuai sehingga kapal mereka nahas terlanggar karang dan tenggelam.

Siren, karya John William Waterhouse

Konon-kononnya mereka adalah puteri-puteri Achelous (oleh Terpischore, Melpomene, atau Sterope) atau Porchys. Menurut sumber-sumber seperti karya “Homer”, jumlah mereka antara dua atau lima. Beberapa sumber dikumpulkan sehingga jumlah mereka menjadi sembilan. Nama-nama mereka adalah:

  • Aglaophonos atau Aglaope
  • Leucosia
  • Ligeia
  • Molpe
  • Parthenope
  • Pisinoe atau Peisinoë
  • Raidne
  • Teles
  • Thelxiepia atau Thelxiope atau Thelxinoe

Menurut beberapa versi, mereka adalah teman bermain Persephone semasa kecil.

Dalam beberapa bahasa (seperti bahasa Sepanyol, Perancis, Itali, Poland, dan Portugis), kata yang digunakan untuk merujuk kepada duyung adalah “Siren”, “Sirena”, “Syrena”, atau “Sereia” yang membingungkan penterjemahan antara makhluk manusia-ikan “duyung” ataupun “Siren”, makhluk yang dibincankan ini. Dalam bahasa Inggeris, “Siren” tidak bererti “duyung”.

Rupa Bentuk sunting

Pada lukisan awal seni Yunani, Siren dilukis sebagai burung dengan kepala perempuan yang besar dengan kaki bersisik, kadang-kadang sebagai bayangan hantu seekor singa. Kemudian, mereka dilukis sebagai sosok wanita berkaki burung, bersayap atau tidak, memainkan alat-alatan muzik, khususnya harp. "Suda", ensiklopedia Byzantine abad ke-10, menerangkan bahawa Siren dari dada ke atas menyerupai Burung Layang-layang, manakala bahagian bawah adalah wanita, atau burung kecil dengan wajah wanita. Burung dipilih kerana suara merdunya. Kemudian, pada masa-masa berikutnya Siren juga kadang kala dilukis sebagai wanita cantik, dengan badan -bukan suaranya sahaja- menggoda.

Pertemuan dengan Siren sunting

 
Odysseus dan para Siren

Kisah pertemuan dengan para Siren diceritakan dalam kisah Odyssey. Pada suatu ketika, ketika Odysseus harus melewati pantai berkarang yang dihuni oleh para Siren, ia menyuruh seluruh anak kapalnya untuk menyumbat telinga mereka dengan lilin agar tidak mendengar suara para Siren yang menghanyutkan hati. Ia sendiri ingin diikat pada tiang dengan tidak menyumbat telinga kerana penasaran seperti apa nyanyian para Siren tersebut. Ketika ia mendengar suara merdu para Siren, ia memberontak dan menyuruh anak kapalnya agar melepaskan tali yang mengikat dirinya ke tiang kapal. Para anak kapalnya menolak. Ketika kapal mereka sudah jauh dari Siren, Odysseus berhenti memberontak dan menjadi tenang, setelah itu dibebaskan. (Odyssei XII, 39).

Kisah pertemuan dengan para Siren juga diceritakan dalam petualangan Jason, Argonautika. Chiron memperingatkan Iason bahwa Orpheus kelak akan sangat berguna dalam perjalanannya. Ketika Jason dan kapalnya melewati pantai berkarang yang menjadi habitat para Siren, Orpheus mendengar suara mereka yang merdu. Lalu ia memainkan harpa dengan nyanyian yang lebih merdu daripada nyanyian para Siren. Karena merasa kalah, para Siren menceburkan diri ke laut.

Lihat pula sunting