Akal adalah suatu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi membedakan antara perkara yang salah dengan perkara yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuannya sangat bergantung luas kepada pengalaman dan tahap pendidikan manusia empunya (sama ada secara formal mahupun tidak formal). Oleh itu, akal bisa didefinisikan sebagai salah satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis, menilai apakah benda yang diamati itu sesuai benar atau salah.[1] Namun, kemampuan manusia dalam menyerap pengalaman dan pendidikan tidak sama, maka tidak akan ada kemampuan akal antara manusia yang betul-betul sama dengan satu sama lain.[1]

Sigmund Freud membahagikan akal manusia kepada tiga wilayah pokok, antara lainnya:[2]

  1. id, disamakan dengan naluri;
  2. ego, akal fikiran;
  3. super ego, yakni adat kebiasaan sosial dan kaedah moral.

Memandangkan keperluan mutlak bersifat tidak dapat diubah-ubah serta dipercayakan kepada naluri, maka akal atau ego ini diberikan peranan penting dalam merencanakan bentuk pemuasan terhadap naluri (id) sesuai dengan persyaratan yang diajukan oleh kenyataan yang rasional serta tuntutan adat kebiasaan sosial dan kepercayaan (super ego).[2]

Rujukan sunting

  1. ^ a b Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Indeks. Jakarta 2008
  2. ^ a b Jose, Francisco Moreno. Agama dan Akal Fikiran. Naluri Rasa Takut dan Keadaan Jiwa Manusiawi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1994