Bahasa Lampung ialah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Ulun Lampung di provinsi Lampung, selatan Palembang dan pantai barat Banten. Bahasa ini dituturkan oleh sekitar 5 juta penutur merujuk kepada sebuah tinjauan pada tahun 2000 (3.219.000 penutur dialek api, 1.800.000 untuk dialek nyo dan 470.000 dialek komering).

Lampung
cawa Lampung[1]
Asli kepadaIndonesia
KawasanLampung
Sumatra Selatan
EtnikOrang Lampung (Komering, Daya dan beberapa marga Sumatera Selatan lain)
Penutur bahasa
1.5 juta (2000)[a]
Dialek/loghatApi/Pesisir
Api/Pubian
Nyo/Abung
Komering
Lampung
Arab Melayu
Latin
Kod bahasa
ISO 639-3Pelbagai:
ljp – Lampung Api
abl – Lampung Nyo
kge – Komering
Glottologlamp1241
Ragam jenis dialek-dialek bahasa Lampung di Sumatera bahagian selatan:
  Lampung Api
  Lampung Nyo
  Komering
Page Templat:Maplink/styles-multi.css has no content.
Map
Map
Map
Rencana ini mengandungi simbol fonetik IPA. Tanpa sokongan perisian tertentu, anda mungkin melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain dan bukannya askara Unicode. Untuk panduan pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.

Perincian

sunting

Bahasa Lampung merupakan bahagian daripada Bahasa-bahasa Austronesia dari ranting ranting Melayu-Polinesia, walau bagaimanapun kedudukan sepadan dalam Melayu-Polinesia sulit ditentukan. Kontak bahasa selama berabad-abad telah mengaburkan batas antara bahasa Lampung dan bahasa Melayu,[3][4][5] sehingga keduanya sempat dimasukkan ke dalam subkumpulan yang sama dalam kajian-kajian lama, seperti misalnya dalam kajian ahli linguistik Isidore Dyen pada 1965, yang menempatkan kedudukan bahasa Lampung ke dalam "Malayic Hesion" bersama bahasa-bahasa Malayan (mencakup bahasa Melayu, Minangkabau, dan Kerinci), Aceh dan Madura.[6]

Aksara Lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda kasrah di baris bawah tetapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan mengguna tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama yang khas.

Maknanya ialah Had Lampung dipengaruhi oleh dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong, Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.

Persebaran

sunting

Berdasarkan peta bahasa, Bahasa Lampung memiliki dua subdilek. Pertama, subdialek A (api) yang dipakai oleh ulun Melinting-Maringgai, Pesisir Rajabasa, Pesisir Teluk, Pesisir Semaka, Pesisir Krui, Belalau dan Ranau, Komering, dan Kayu Agung (yang beradat Lampung Peminggir/Saibatin), serta Way Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun). Kedua, subdialek o (nyo) yang dipakai oleh ulun Abung dan Menggala/Tulangbawang (yang beradat Lampung Pepadun).

Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Dialek, yaitu Dialek Belalau atau Dialek Api dan Dialek Abung atau Nyow.

A. Dialek Belalau (Dialek Api), terkongsi kepada:

  1. Bahasa Lampung Logat Belalau dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang berdomisili di Kabupaten Lampung Barat yaitu Kecamatan Balik Bukit, Batu Brak, Belalau, Suoh, Sukau, Ranau, Sekincau, Gedung Surian, Way Tenong dan Sumber Jaya. Kabupaten Lampung Selatan di Kecamatan Kalianda, Penengahan, Palas, Pedada, Katibung, Way Lima, Padangcermin, Kedondong dan Gedongtataan. Kabupaten Tanggamus di Kecamatan Kotaagung, Semaka, Talangpadang, Pagelaran, Pardasuka, Hulu Semuong, Cukuhbalak dan Pulau Panggung. Kota Bandar Lampung di Teluk Betung Barat, Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Utara, Panjang, Kemiling dan Raja Basa. Banten di di Cikoneng, Bojong, Salatuhur dan Tegal dalam Kecamatan Anyer, Serang.
  2. Bahasa Lampung Logat Krui dipertuturkan oleh Etnis Lampung di Pesisir Barat Lampung Barat yaitu Kecamatan Pesisir Tengah, Pesisir Utara, Pesisir Selatan, Karya Penggawa, Lemong, Bengkunat dan Ngaras.
  3. Bahasa Lampung Logat Melinting dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Lampung Timur di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kecamatan Jabung, Kecamatan Pugung dan Kecamatan Way Jepara.
  4. Bahasa Lampung Logat Way Kanan dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Way Kanan yakni di Kecamatan Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga dan Pakuan Ratu.
  5. Bahasa Lampung Logat Pubian dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang berdomosili di Kabupaten Lampung Selatan yaitu di Natar, Gedung Tataan dan Tegineneng. Lampung Tengah di Kecamatan Pubian dan Kecamatan Padangratu. Kota Bandar Lampung Kecamatan Kedaton, Sukarame dan Tanjung Karang Barat.
  6. Bahasa Lampung Logat Sungkay dipertuturkan Etnis Lampung yang Berdomisili di Kabupaten Lampung Utara meliputi Kecamatan Sungkay Selatan, Sungkai Utara dan Sungkay Jaya.
  7. Bahasa Lampung Logat Jelema Daya atau Logat Komring dipertuturkan oleh Masyarakat Etnis Lampung yang berada di Muara Dua, Martapura, Komring, Tanjung Raja dan Kayuagung di Propinsi Sumatera Selatan.

B. Dialek Abung (Dialek Nyow), terkongsi kepada:

  1. Bahasa Lampung Logat Abung Dipertuturkan Etnis Lampung yang yang berdomisili di Kabupaten Lampung Utara meliputi Kecamatan Kotabumi, Abung Barat, Abung Timur dan Abung Selatan. Lampung Tengah di Kecamatan Gunung Sugih, Punggur, Terbanggi Besar, Seputih Raman, Seputih Banyak, Seputih Mataram dan Rumbia. Lampung Timur di Kecamatan Sukadana, Metro Kibang, Batanghari, Sekampung dan Way Jepara. Kota Metro di Kecamatan Metro Raya dan Bantul. Kota Bandar Lampung di Gedongmeneng dan Labuhan Ratu.
  2. Bahasa Lampung Logat Menggala Dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Tulang Bawang meliputi Kecamatan Menggala, Tulang Bawang Udik, Tulang Bawang Tengah, Gunung Terang dan Gedung Aji.

Lihat pula

sunting
  1. ^ Campuran angka penutur dialek-dialek Lampung berdasarkan nilai oleh Ethnologue.[2]

Rujukan

sunting
  1. ^ Aliana 1986, m/s. 39.
  2. ^ Templat:E22; Templat:E22; Templat:E22
  3. ^ Walker (1976), m/s. 1.
  4. ^ Anderbeck (2007), m/s. 7–8.
  5. ^ Smith (2017), m/s. 459.
  6. ^ Dyen (1965), m/s. 26.