Ekspedisi Pamalayu

Ekspedisi Pamalayu merupakan sebuah ekspedisi diplomasi ketenteraan yang dilakukan Kerajaan Singhasari pada masa raja Kertanagara pada tarikh 12751293 terhadap Kerajaan Melayu (atau dikenali juga sebagai Kerajaan Dharmasraya atau Kerajaan Jambi di Sumatera).

Sebuah model kapal zaman Majapahit

Latar belakang sunting

Kertanagara yang menaiki takhta Singhasari pada tahun 1268 berniat memperluaskan daerah kekuasaan sampai ke luar Pulau Jawa. Gagasan ini dimulai pada tahun 1275 dengan pengiriman bala tentera di bawah pimpinan Kebo Anabrang ke Swarnnabhumi.

Nagarakretagama mengisahkan bahawa tujuan Ekspedisi Pamalayu sebenarnya untuk menundukkan Swarnnabhumi secara aman. Namun, tujuan tersebut berubah kerana raja Swarnnabhumi memilih untuk melawan. Meskipun demikian, pasukan Singhasari tetap berhasil memperoleh kemenangan.

Menurut analisis para sejarawan, latar belakang pengiriman Ekspedisi Pamalayu adalah untuk membendung serbuan bangsa Mongol. Saat itu kekuasaan Kubilai Khan raja Mongol (atau Dinasti Yuan) sedang mengancam wilayah Asia Tenggara. Untuk itu, Kertanagara berniat mendahuluinya dengan menguasai Swarnnabhumi sebelum datang serbuan dari pihak asing tersebut. Namun ada juga pendapat lain mengatakan bahwa tujuan dari ekspedisi ini adalah untuk menggalang kekuatan seluruh Nusantara di bawah satu komando Singhasari yang bertujuan untuk menahan kemungkinan serangan dari Mongol.

Dharmasraya pengganti Sriwijaya sunting

Dari Prasasti Tanyore bertarikh 1030, menyebutkan tentang penaklukan Rajendra Chola atas Kerajaan Sriwijaya sekitar tahun 1025. Seiring dengan itu Kerajaan Dharmasraya muncul sebagai penguasa baru di bhumi malayu yang sebelumnya adalah negeri jajahan Sriwijaya, sehingga Sriwijaya yang kemudian menjadi negeri jajahan Dharmasraya.

Kebangkitan kembali Kerajaan Melayu ini di bawah raja Maharaja Srimat Trailokyaraja Mauli Bhusana Varma Deva Brahma sebagaimana yang terpahat pada Prasasti Grahi dengan tarikh 1183.

Pengiriman Arca Amoghapasa sunting

Setelah kerajaan Dharmasraya dengan rajanya Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa ditakluk maka pada tahun 1286 Kertanagara menghadiahkan Arca Amoghapasa untuk ditempatkan di Dharmasraya. Batu Bersurat Padang Roco, tempat dipahatkannya Arca Amoghapasa menyebutkan bahwa arca tersebut adalah hadiah persahabatan dari Maharajadhiraja Kertanagara untuk Maharaja Tribhuwanaraja. Jika dilihat dari gelaran yang dipakai, kelihatan Singhasari telah menjadi raja bagi Dharmasraya.

Dari Prasasti Padang Roco juga menyebutkan bahawa arca tersebut dikirimkan dari bhumi jawa menuju Sumatera dengan dikawal beberapa bangsawan Singhasari di antaranya ialah Rakryan Mahamantri Dyah Adwayabrahma, Rakryan Sirikan Dyah Sugatabrahma, Payaman Hyang Dipangkaradasa, dan Rakryan Demung Mpu Wira.

Setelah penghadiahan arca tersebut, Raja Melayu membalas dengan menghadiahkan menghadiahkan dua puterinya, Dara Jingga dan Dara Petak, untuk dikahwinkan dengan Kertanagara di Singhasari.

Mendirikan Kerajaan di Kalimantan Barat sunting

Beberapa prajurit Kerajaan Singasari yang ikut didalam Ekspedisi Pamalayu ada yang tidak kembali ke Pulau Jawa ketika terjadi gejolak perubahan Kerajaan Singasari menjadi Kerajaan Majapahit, yang kemudian membelokkan tujuan menuju Tanjungpura. Ia kemudian mendarat di Ketapang, lalu mengikuti Sungai Kapuas hingga ke sungai Landak Kecil dan mendarat di Kuala Mandor.[1] Di versi lain, rombongan ini singgah sementara di Padang Tikar sebelum mengikuti sungai Tenganap dan mendarat di Sekilap (sekarang disebut Sepatah).[2] Tempat ini kemudian dikenal dengan nama Anggrat Bator atau Ningrat Bator. Menurut cerita lokal, dia kemudian mendapatkan kepercayaan dan pengikut dari masyarakat lokal dengan membagikan garam.[3] Lalu kemudian mendirikan kerajaan Landak di daerah tersebut dan mengambil gelar "Ratu Sang Nata Pulang Pali" dan menjadi pendiri dinasti "Ismahayana".[4][5] Nantinya kerajaan ini diislamisasi oleh kerajaan sekitarnya dan akhirnya masyarakat disekitar kerajaan ini lebih suka disebut sebagai Orang Melayu daripada disebut sebagai Orang Jawa

Kembali ke Jawa sunting

Pararaton menyebutkan bahawa pasukan Ekspedisi Pamalayu kembali ke Jawa sepuluh hari setelah pengusiran bangsa Mongol tahun 1294.

Sedangkan menurut catatan Dinasti Yuan, Maharaja Kublai Khan mengirim pasukan Mongol untuk menyerang Kerajaan Singhasari tahun 1292. Namun, Singhasari ternyata sudah runtuh akibat pemberontakan Jayakatwang. Pasukan Mongol kemudian bekerja sama dengan Raden Wijaya penguasa Majapahit merangkap menantu Kertanagara untuk menghancurkan Jayakatwang.

Sesudah itu, Raden Wijaya berpatah balik menyerang dan mengusir pasukan Mongol dari Pulau Jawa. Kepergian pasukan yang dipimpin Ike Mese itu terjadi pada tanggal 23 April 1293. Dengan demikian, kepulangan pasukan Pamalayu tiba di Jawa sekitar tanggal 3 Mei 1293.

Kedua-dua orang putri Melayu tersebut bernama Dara Jingga dan Dara Petak. Raden Wijaya mengambil Dara Petak sebagai isteri, dan memberikan Dara Jingga kepada seorang “dewa”.

Dara Jingga kemudian melahirkan Adityawarman, pendiri Kerajaan Pagaruyung. Adityawarman sendiri mengaku sebagai putra Adwayawarman. Nama ini hampir sama dengan salah satu nama pengawal arca Amoghapasa, iaitu Adwayabrahma.

Kepustakaan sunting

  • R.M. Mangkudimedja. 1979. Serat Pararaton Jilid 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
  • Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
  • Slamet Muljana. 2005. Runtuhnya Kerajaan Jindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara (terbitan ulang 1968). Yogyakarta: LKIS
  • Slamet Muljana. 2006. Sriwijaya (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS

Rujukan sunting

  1. ^ Rachman, Ansar (1971). Tandjungpura berdjuang, sedjarah Kodam XII/Tandjungpura, Kalimantan Barat (dalam bahasa Indonesian). Semdam.CS1 maint: unrecognized language (link)
  2. ^ Usman, Syarifuddin; Sotol, H. Gusti Syafiudin Mustafa; Aliamin, Ya' Jafar (2002). Susur galur Kerajaan Landak : sejarah perkembangan bekas kerajaan Landak dari pertumbuhan tahun 1292 hingga restrukturisasi dan refungsionalisasi budaya tahun 2000 / dihimpun dan ditulis kembali oleh Syafaruddin Usman M.H.D. ; editor, H. Gusti Syafiudin Mustafa Sotol, Ya' Jafar Aliamin (dalam bahasa Indonesian). Romeo Grafika.CS1 maint: unrecognized language (link)
  3. ^ Ralat petik: Tag <ref> tidak sah; teks bagi rujukan Rachman 19712 tidak disediakan
  4. ^ Ralat petik: Tag <ref> tidak sah; teks bagi rujukan Rachman 19713 tidak disediakan
  5. ^ Ralat petik: Tag <ref> tidak sah; teks bagi rujukan Umar 20022 tidak disediakan