Secara harfiah Futuwwah bererti jalan hidup para pejuang kerohanian (spiritual warriorship). Setiap pelaku yang meneladani jalan ini juga disebut Fata secara harfiah bererti Pemuda yang elok (akhlaknya) dan gagah berani (dalam menegakkan kebenaran dan keadilan). Kata Fata, uniknya baik dalam bentuk tunggal ataupun jamak (fityah) hanya tersebut dalam Al-Quran untuk menunjukkan anak muda yang berperlakuan baik. Nabi Ibrahim dalam surah Al Anbiya ayat 60, kemudian para pemuda penghuni gua surah Al Kahfi 10-13, juga merupakan murid Nabi Musa a.s. (Yusya ben Nun) di dalam surah Al Kahfi ayat 60 dipanggil al-fata atau al-fityah. Sementara kata Ghulam (juga bererti anak muda) juga disebut didalam Al-Quran untuk menunjukkan anak muda yang berakhlak buruk, surah Al Kahfi ayat 74 menceritakan seorang anak muda yang dibunuh Nabi Khaidir karena (terlihat) berperangai buruk dan bila dibiarkan dapat mendorong ke 2 orang tuanya ke dalam kesesatan.

Di dalam sejarah perjuangan umat Islam ketika zaman Nabi Muhammad SAW, maka menantu kesayangan baginda yang juga murid terdekat baginda iaitu Saidina Ali bin Abi Thalib Karromallohu Wajhah adalah yang pertama mengimplementasikan konsep Futuwwah kedalam kod perilaku (code of conduct) para Pejuang Islam didalam setiap pertempuran.

Puncak dari penjabaran Futuwwah adalah dalam Perang Uhud,dimana di dalam keadaan terdesak Saidina Ali memimpin sekumpulan kecil yang membentengi Nabi Muhammad SAW dan menyambut kedatangan setiap musuh yang menerjang sebelum mampu mendekati Nabi umat Islam. Ditengah hiruk pikuk suasana pertempuran dengan keberanian dan keterampilan Saidina Ali dalam mematahkan setiap serangan menuju Nabi SAW, terdengarlah suara menyeru dari seorang yang tak terlihat dan diduga, itulah suara Malaykat Jibril,”La sayfa illa dzulfiqar walaa Fataa illa Aliy !” Yang ertinya : “Tak ada pedang kecuali pedang dzulfiqar (milik Ali pemberian Nabi Muhammad SAW) dan tak ada Pemuda (yang gagah berani) kecuali Ali !” Seruan ghaib ini dicatat dalam sejarah baik dari jalur Sunni (Riwayat Ibnu Jarir dan Ibnu Atsir) juga dari jalur Syiah.

Terdengarnya kata Al-Fata dalam seruan ghaib ini menorehkan sejarah emas bagi umat yang baru tumbuh dan menghadapi cubaan besar. Sebagai Al-Fata yang pertama dikalangan sahabat Nabi Muhammad SAW, Saidina Ali karromallohu wajhahu mendapat gelar kehormatan seperti Nabi Ibrahim AS ketika beliau berani menghancurkan berhala-berhala kecil dan meninggalkan kapaknya di atas dada berhala yang besar, berhala yang semuanya mendapat penghormatan dan perlindungan dari Penguasa setempat. Al-Qur’an suraH Al Anbiya 60 merekam kisah ini : mereka berkata, “Kami dengar ada seorang Fata (Pemuda) yang berani menghina berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim”.