Mohammad Hatta: Perbezaan antara semakan

Kandungan dihapus Kandungan ditambah
Tiada ringkasan suntingan
Tiada ringkasan suntingan
Baris 20:
}}
 
'''Dr. H. Mohammad Hatta''' (disebut juga '''Bung Hatta''', *[[Bukittinggi]] [[12 AgustusOgos]] [[1902]] - +[[Jakarta]] [[14 MaretMac]] [[1980]]) adalah pejuang, negarawan, dan jugaialah [[WakilNaib Presiden Indonesia]] yang pertama yang dikenali sebagai Bapa [[Koperasi Indonesia]]. IaBeliau mundurmeletakkan darijawatannya jabatansebagai wakilNaib presidenPresiden pada tahun [[1956]], karenakerana berselisih dengan Presiden [[Soekarno]]. Hatta dikenal sebagai Bapak [[Koperasi IndonesiaSukarno]].
 
Nama yang diberikan oleh orang tuanya ketika dilahirkan adalahialah '''Muhammad Athar'''. Anak perempuannya yang bernama [[Meutia Hatta]] menjabatmenjawat sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dalam [[Kabinet Indonesia Bersatu]], pimpinan Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]]. Ia dimakamkan di [[Tanah Kusir]], [[Jakarta]].
 
Pada tangal [[27 November]] [[1956]], Bung Hatta memperolehdianugerahkan gelardengan kehormatanDoktor akademisKehormat yaituUndang-undang [[Doctor Honoris Causa]] dalam Ilmu Hukum daridaripada [[UniversitasUniversiti Gadjah Mada]] di [[YoyakartaKota Yogyakarta|Yogyakarta]]. Pidato pengukuhannya berjudul “Lampau dan Datang”.
==Latar belakang dan pendidikan==
Hatta lahir dari keluarga ulama Minangkabau, Sumatra Barat. Ia menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu, [[Bukittinggi]], dan kemudian pada tahun [[1913]]-[[1916]] melanjutkan studinya ke Europeesche Lagere School ([[ELS]]) di [[Padang]]. Saat usia 13 tahun, sebenarnya beliau telah lulus ujian masuk ke [[HBS]] (setingkat SMA) di Batavia (kini Jakarta), namun ibunya menginginkan Hatta agar tetap di Padang dahulu, mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya Bung Hatta melanjutkan studi ke [[MULO]] di Padang, baru kemudian pada tahun [[1919]] beliau pergi ke Batavia untuk studi di HBS. Beliau menyelesaikan studinya dengan hasil sangat baik, dan pada tahun 1921, Bung Hatta pergi ke [[Rotterdam]], [[Belanda]] untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool (bahasa inggris: Rotterdam School of Commerce, kini menjadi [[Erasmus Universiteit]]). Di Belanda, ia kemudian tinggal selama 11 tahun.
 
Saat masih di sekolah menengah di [[Padang]], Bung Hatta telah aktif di organisasi, antara lain sebagai bendahara pada organisasi [[Jong Sumatranen Bond]] cabang Padang.
 
==Latar belakang dan pendidikan==
Pada tangal [[27 November]] [[1956]], Bung Hatta memperoleh gelar kehormatan akademis yaitu [[Doctor Honoris Causa]] dalam Ilmu Hukum dari [[Universitas Gadjah Mada]] di [[Yoyakarta]]. Pidato pengukuhannya berjudul “Lampau dan Datang”.
HattaDilahirkan lahirkepada darisebuah keluarga [[ulama]] [[Minangkabau,]] Sumatradi [[Sumatera Barat.]], IaHatta menempuh pendidikan dasardasarnya di Sekolah Melayu, [[Bukittinggi]], dan kemudian pada tahun [[1913]]-[[1916]] melanjutkan studinyapendidikannya kedi Sekolah Europeesche Lagere School ([[ELS]]) di [[Padang]]. SaatPada usiasaat berusia 13 tahun, sebenarnya beliau telah lulus ujian masuk ke [[HBS]] (setingkatsetaraf dengan SMA) di [[Batavia]] (kini [[Jakarta]]), namun ibunya menginginkan Hatta agar tetap di Padang dahulu, mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya Bung, Hatta melanjutkan studipendidikannya di ke [[MULO]] di Padang, baru kemudian pada tahun [[1919]] beliau pergi ke Batavia untuk studibelajar di HBS. BeliauHatta menyelesaikan studinyapendidikannya dengan hasilkeputusan yang sangat baik, dan pada tahun 1921, Bung Hatta pergibeliau ke [[Rotterdam]], [[Belanda]] untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool (bahasaPusat inggris:Pengajian Perdagangan Rotterdam School of Commerce, kini menjadi [[Erasmus Universiteit]]). Di Belanda, iabeliau kemudian tinggal selama 11 tahun.
 
Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karir sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond Cabang Padang. Kesadaran politik Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis.
 
Pada usia 17 tahun, Hatta lulus dari sekolah tingkat menengah (MULO). Lantas berangkat ke Batavia untuk melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School. Di Batavia, ia juga aktif di Jong Sumatranen Bond Pusat, juga sebagai Bendahara.
 
Hatta mulai menetap di Belanda semenjak September 1921. Ia segera bergabung dalam Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging). Saat itu, telah tersedia iklim pergerakan di Indische Vereeniging. Sebelumnya, Indische Vereeniging yang berdiri pada 1908 tak lebih dari ajang pertemuan pelajar asal tanah air. Atmosfer pergerakan mulai mewarnai Indische Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) di Belanda pada 1913 sebagai eksterniran akibat kritik mereka lewat tulisan di koran De Expres.
 
==Perjuangan==
SaatSemasa berusiamasih belajar di sekolah menengah di [[15Padang]], Hatta telah aktif dalam berbagai-bagai pertubuhan. Ketika hanya berumur 15 [[tahun]], [[ Hatta]] merintismemulakan karirkerjayanya sebagai seorang aktivis [[organisasi]],apabila dilantik sebagai bendaharabendahari cabang [[Jong Sumatranen Bond]] (JSB)di Cabang [[Padang]]. DiKesedaran kotapolitiknya inisemakin berkembang kerana sentiasa menghadiri ceramah-ceramah dan pertemuan-pertemuan politik. [[Hatta]] juga mulai menimbun [[pengetahuan]] perihaltentang perkembangan [[masyarakat]] dan [[politik]], salah satunya lewat membaca berbagai-bagai [[koranakhbar]], bukan sajasahaja koranakhbar terbitan Padang, tetapi juga [[Batavia]]. Lewat itulah, Hatta mengenalmengenali pemikiran [[Tjokroaminoto]] dalam akhbar Utusan Hindia, dan [[suratAgus kabarSalim]] Utusandalam Hindiaakhbar Neratja. Salah seorang tokoh politik yang menjadi tokoh pujaan Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis. "Aku [[kagum]] melihat cara Abdul Moeis berpidato, aku asyik mendengarkan suaranya yang merdu setengah parau, terpesona oleh ayun katanya. Sampai saat itu aku belum pernah mendengarkan pidato yang begitu hebat menarik perhatian dan membakar semangat,” kata Hatta dalam [[Agusmemoir]]nya. SalimItulah Abdul Moeis: [[pengarang]] roman Salah Asuhan; aktivis partai [[Sarekat Islam]]; anggota [[Volksraad]]; dan pegiat dalam [[majalah]] Hindia Sarekat, koran Kaoem Moeda, Neratja, Hindia Baroe, serta Utusan [[Melayu]] dan Peroebahan.
 
Pada usia [[17]] [[tahun]], [[Hatta]] lulus dari [[sekolah]] tingkat menengah (MULO). Lantasdan iakemudian bertolak ke [[Batavia]] untuk melanjutkan studipendidikannya di [[Sekolah Tinggi]] Dagang Prins Hendrik School. Di siniBatavia, beliau aktif dalam pertubuhan induk Jong Sumatranen Bond, juga sebagai Bendahari. Hatta mulai aktif [[menulis]]. Karangannya dimuat dalam majalah Jong [[Sumatera]], “Namaku Hindania!” begitulah judulnya. Berkisah perihal janda cantik dan kaya yang terbujuk [[kawin]] lagi. Setelah ditinggal mati suaminya, [[Brahmana]] dari [[Hindustan]], datanglah musafir dari [[Barat]] bernama Wolandia, yang kemudian meminangnya. “Tapi Wolandia terlalu [[miskin]] sehingga lebih mencintai hartaku daripada diriku dan menyia-nyiakan anak-anakku,” rutuk Hatta lewat Hindania.
Kesadaran politik Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis. “Aku [[kagum]] melihat cara Abdul Moeis berpidato, aku asyik mendengarkan suaranya yang merdu setengah parau, terpesona oleh ayun katanya. Sampai saat itu aku belum pernah mendengarkan pidato yang begitu hebat menarik perhatian dan membakar semangat,” aku Hatta dalam Memoir-nya. Itulah Abdul Moeis: [[pengarang]] roman Salah Asuhan; aktivis partai [[Sarekat Islam]]; anggota [[Volksraad]]; dan pegiat dalam [[majalah]] Hindia Sarekat, koran Kaoem Moeda, Neratja, Hindia Baroe, serta Utusan [[Melayu]] dan Peroebahan.
 
Pemuda Hatta makin tajam pemikirannya karenakerana diasah dengan beragam bacaan, [[pengalaman]] sebagai Bendahara JSB Pusat, perbincangan dengan tokoh-tokoh pergerakan asal [[Minangkabau]] yang mukim di Batavia, serta [[diskusi]] dengan temannya sesama anggota JSB: Bahder Djohan. Saban [[Sabtu]], ia dan Bahder Djohan punya kebiasaan keliling kota. Selama berkeliling kota, mereka bertukar pikiran tentang berbagai hal mengenai [[tanah air]]. Pokok soal yang kerap pula mereka perbincangkan ialah perihal memajukan [[bahasa Melayu]]. Untuk itu, menurut Bahder Djohan perlu diadakan suatu majalah. Majalah dalam rencana Bahder Djohan itupun sudah ia beri nama Malaya. Antara mereka berdua sempat ada pembagian [[pekerjaan]]. Bahder Djohan akan mengutamakan perhatiannya pada persiapan redaksi majalah, sedangkan Hatta pada soal [[organisasi]] dan pembiayaan penerbitan. Namun, “Karena“Kerana berbagai hal cita-cita kami itu tak dapat diteruskan,” kenang Hatta lagi dalam Memoir-nya.
Pada usia [[17]] [[tahun]], [[Hatta]] lulus dari [[sekolah]] tingkat menengah (MULO). Lantas ia bertolak ke [[Batavia]] untuk melanjutkan studi di [[Sekolah Tinggi]] Dagang Prins Hendrik School. Di sini, Hatta mulai aktif [[menulis]]. Karangannya dimuat dalam majalah Jong [[Sumatera]], “Namaku Hindania!” begitulah judulnya. Berkisah perihal janda cantik dan kaya yang terbujuk [[kawin]] lagi. Setelah ditinggal mati suaminya, [[Brahmana]] dari [[Hindustan]], datanglah musafir dari [[Barat]] bernama Wolandia, yang kemudian meminangnya. “Tapi Wolandia terlalu [[miskin]] sehingga lebih mencintai hartaku daripada diriku dan menyia-nyiakan anak-anakku,” rutuk Hatta lewat Hindania.
 
Selama menjabatmenjawat BendaharaBendahari JSB Pusat, Hatta menjalin kerjasama dengan [[percetakan]] [[surat kabar]] Neratja. Hubungan itu terus berlanjut meski Hatta berada di [[Rotterdam]], ia dipercaya sebagai koresponden. Suatu ketika pada medio [[tahun]] [[1922]], terjadi peristiwa yang mengemparkan [[Eropa]], [[Turki]] yang dipandang sebagai [[kerajaan]] yang sedang runtuh (the sick man of Europe) memukul mundur [[tentara]] [[Yunani]] yang dijagokan oleh [[Inggris]]. Rentetan peristiwa itu Hatta pantau lalu ia tulis menjadi serial tulisan untuk Neratja di [[Batavia]]. Serial tulisan Hatta itu menyedot perhatian khalayak pembaca, bahkan banyak surat kabar di [[tanah air]] yang mengutip tulisan-tulisan Hatta.
Pemuda Hatta makin tajam pemikirannya karena diasah dengan beragam bacaan, [[pengalaman]] sebagai Bendahara JSB Pusat, perbincangan dengan tokoh-tokoh pergerakan asal [[Minangkabau]] yang mukim di Batavia, serta [[diskusi]] dengan temannya sesama anggota JSB: Bahder Djohan. Saban [[Sabtu]], ia dan Bahder Djohan punya kebiasaan keliling kota. Selama berkeliling kota, mereka bertukar pikiran tentang berbagai hal mengenai [[tanah air]]. Pokok soal yang kerap pula mereka perbincangkan ialah perihal memajukan [[bahasa Melayu]]. Untuk itu, menurut Bahder Djohan perlu diadakan suatu majalah. Majalah dalam rencana Bahder Djohan itupun sudah ia beri nama Malaya. Antara mereka berdua sempat ada pembagian [[pekerjaan]]. Bahder Djohan akan mengutamakan perhatiannya pada persiapan redaksi majalah, sedangkan Hatta pada soal [[organisasi]] dan pembiayaan penerbitan. Namun, “Karena berbagai hal cita-cita kami itu tak dapat diteruskan,” kenang Hatta lagi dalam Memoir-nya.
 
Selama menjabat Bendahara JSB Pusat, Hatta menjalin kerjasama dengan [[percetakan]] [[surat kabar]] Neratja. Hubungan itu terus berlanjut meski Hatta berada di [[Rotterdam]], ia dipercaya sebagai koresponden. Suatu ketika pada medio [[tahun]] [[1922]], terjadi peristiwa yang mengemparkan [[Eropa]], [[Turki]] yang dipandang sebagai [[kerajaan]] yang sedang runtuh (the sick man of Europe) memukul mundur [[tentara]] [[Yunani]] yang dijagokan oleh [[Inggris]]. Rentetan peristiwa itu Hatta pantau lalu ia tulis menjadi serial tulisan untuk Neratja di [[Batavia]]. Serial tulisan Hatta itu menyedot perhatian khalayak pembaca, bahkan banyak surat kabar di [[tanah air]] yang mengutip tulisan-tulisan Hatta.
 
Hatta mulai menetap di Belanda semenjakpada September [[1921.]] Iadan segera bergabung dalammenyertai Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging). SaatPada saat itu, telah tersedia iklim pergerakanaktivisme di Indische Vereeniging. Sebelumnya, Indische Vereeniging yang berdiri pada tahun [[1908]] taktidak lebihmelebihi dari ajangwadah untuk pertemuan pelajar asal tanah airIndonesia. AtmosferSuasana pergerakan mulai mewarnai Indische Vereeniging semenjaksejak tibanyaketibaan tiga orang tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) di Belanda pada [[1913 sebagai eksterniran]], akibat kritikkritikan mereka lewat tulisan di koranakhbar De Expres. Kondisi itu tercipta, tak lepas karena Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) menginisiasi penerbitan majalah Hindia Poetra oleh Indische Vereeniging mulai 1916. Hindia Poetra bersemboyan “Ma’moerlah Tanah Hindia! Kekallah Anak-Rakjatnya!” berisi informasi bagi para pelajar asal tanah air perihal kondisi di Nusantara, tak ketinggalan pula tersisip kritik terhadap sikap kolonial Belanda.
 
Di Indische Vereeniging, pergerakan putra Minangkabau ini tak lagi tersekat oleh ikatan kedaerahan. Sebab Indische Vereeniging berisi aktivis dari beragam latar belakang asal daerah. Lagipula, nama Indische –meski masih bermasalah– sudah mencerminkan kesatuan wilayah, yakni gugusan kepulauan di Nusantara yang secara politis diikat oleh sistem kolonialisme belanda. Dari sanalah mereka semua berasal.
Baris 60 ⟶ 52:
Pada tahun [[1945]], Hatta secara aklamasi diangkat sebagai wakil presiden pertama RI, bersama [[Bung Karno]] yang menjadi presiden RI.
 
==Bacaan rujukantambahan==
* Greta O. Wilson (ed.). Regents, reformers, and revolutionaries: Indonesian Voices of Colonial Days. Asian Studies at Hawaii, no 21. The University Press of Hawaii, 1978.
* [[George McTurnan Kahin]]. Nationalism and Revolution in Indonesia, Cornell University Press, 1952.
 
==Lihat pulajuga==
* [[Daftar WakilNaib Presiden Indonesia]]
 
==PranalaPautan luar==
* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/h/hatta/index.shtml Bung Hatta di TokohIndonesia.com]
* {{id}} [http://www.deplujunior.org/menteri_luar_negeri.html?page=2120261782 Menteri Luar Negeri Drs. Muhamad Hatta]