Tuhan: Perbezaan antara semakan

Kandungan dihapus Kandungan ditambah
Addbot (bincang | sumb.)
k Bot: Memindahkan 131 pautan interwiki, kini disediakan oleh Wikidata di d:q190
Tiada ringkasan suntingan
Baris 21:
 
Sains hanya menerangkan sesuatu kejadian, sebagai contoh sains menerangkan bahawa cahaya bergerak lurus. Tetapi sekiranya Tuhan kehendaki, ia mampu memesongkan cahaya, dan sains akan menerangkan hal ini dengan mengeluarkan satu teori / hukum baru bagi menjelaskannya. Ini kerana masing-masing cuba menerangkan sesuatu dengan ilmu yang mereka ada, ahli kimia akan menerangkan dari segi kimia, ahli fizik dari segi fizik, masing-masing terhad pada pengetahuan mereka.
 
== Fahaman Perwujudan Tuhan ==
 
Secara filsafat, prestasi dalam pencarian Tuhan lazimnya berujung pada penemuan eksitensi tuhan saja, dan tidak sampai pada substansi tentang tuhan. Dalam istilah filsafat eksistensi Tuhan itu dikenal sebagai absolut, distinct dan unique.
 
Absolut itu artinya keberadaanya mutlak bukannya relatif. Hal ini dapat dipahami, bahwa pernyataan semua kebenaran itu relatif itu tidak benar. Kalau semua itu relatif, bagaimana kita bisa mengetahui bahwa sesuatu itu relatif. Padahal yang relatif itu menjadi satu-satunya eksistensi realitas. Ibarat warna yang ada di seluruh jagat ini hanya putih, bagaimana kita bisa tahu putih padahal tidak ada pembanding selain putih. Dengan demikian tidak bisa disangkal adanya kebenaran itu relatif, dan secara konsisten tidak bisa disangkal pula adanya kebenaran mutlak itu.
 
Kerana kemutlakannya tidak mungkin si mutlak itu ada yang menyamainya. Kalau ada yang menyamainya, maka dia batal menjadi si mutlak, dan jadilah dia sebagai si relatif.
 
Oleh sebab itu konsekwensi dari distincttifnya, maka ia itu unik. Hanya ada itu satu-satunya. Kalau ada lebih dari satu, tentu dia bukan unik lagi.
 
Memang dalam gagasan Nietzsche, istilah "Tuhan" (atau "tuhan"?) juga merujuk pada segala sesuatu yang dianggap mutlak kebenarannya. Jadi, di dalam hal ini "ilmu pengetahuan (sains)" bisa saja di-"Tuhan"-kan oleh manusia. Sedang Nietzsche berpendapat tiada "Kebenaran Mutlak"; yang ada hanyalah "Kesalahan yang tak-terbantahkan". Karenanya, dia berkata, "Tuhan telah mati".
 
"Kesalahan yang tak-terbantahkan" dengan "Kebenaran yang-tak terbantahkan" tidaklah memiliki perbedaan yang signifikan. Apa artinya salah dan benar, kalau tidak terbantahkan ? Sekali lagi, bukankah keduanya tidak terbantahkan ? Sekiranya pemikiran Nietszhe ini dimanfaatkan untuk melanjutkan proses pencarian tuhan, maka tuhan itu suatu eksistensi yang tak terbantahkan. Dengan demikian eksistensi absolut, mutlak dan tak terbantahkan itu sama saja. Jadi, persoalan umat manusia dalam proses pencairan tuhan tiada lain proses penentuan peletakan dirinya kepada (segala) sesuatu yang diterimanya sebagai 'tak terbantahkan' / mutlak / absolut. [[Imaduddin Abddurrahim|Muhammad 'Imaduddin 'Abdulrahim Ph.D]] mendefiniskan tuhan sebagai segala sesuatu yang dianggap penting dan dipentingkan sehingga dirinya rela didominirnya (buku : Kuliah Tauhid).
 
Tuhan yang manakah yang akan kita pilih ? Apakah akan memilih Allah menurut konsepsi agama atau kebenaran science atau kekuatan idealisme (paham bahwa hakikat segala sesuatu itu hanya berupa ide) ? Kalau mengikuti agama, agama yang mana ?
 
Perbedaan tuhan dengan dewa hanya sekedar perbedaan terjemah bahasa, meski masing-masing punya latar belakang perkembangan makna terkait dengan apresiasi masing-masing atas konsepsi ketuhanannya. Namun secara universal keduanya menunjuk pada eksistensi yang sama, yaitu soal 'yang tak terbantahkan'
 
== Kesan dan Akibat Perwujudan Tuhan ==