Bendera Islam: Perbezaan antara semakan

Kandungan dihapus Kandungan ditambah
Tiada ringkasan suntingan
Baris 21:
Namun, ahli sejarah yang lain menolak klaim tersebut. Mereka mengatakan bahwa simbol ''hilal'' tersebut diambil karena berhubungan dengan sebagian ibadah umat Islam, yaitu shaum Ramadhan dan Idul Fitri, juga karena ada hubungannya dengan salah satu mukjizat Rasulullah saw., yaitu terbelahnya bulan. (Shalih bin Qurbah, ''Ar-Rayât wa al-A’lam fî at-Târîkh al-‘Askari al-Islâmi'', hlm. 3).
 
=== Bendera di Masa Khilfah Utsmaniyah (Ottoman) dan Era Modern ===
Dalam perkembangan sejarah selanjutnya, ''al-Liwa''’ dan ''ar-Rayah'' pada masa Khilafah Utsmaniyah itu akhirnya berpengaruh ke negeri-negeri Islam yang berada di bawah pengaruhnya, termasuk Nusantara. Maka dari itu, tidaklah aneh jika di tengah-tengah masyarakat Nusantara berkembang bendera yang melambangkan syiar Islam tersebut, yaitu bendera bertuliskan ''Lâ ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh''yang sering disertai simbol ''hilal'' (bulan sabit). Sebagai contoh, bendera pasukan Aceh saat berperang melawan Belanda, bentuknya mengikuti pola ''al-Liwa‘'' atau ''ar-Rayah'', yaitu bertuliskan: ''Lâ ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh''. Demikian pula bendera Kesultanan Cirebon yang tampaknya merupakan kombinasi ''al-Liwa‘'' atau ''ar-Rayah''. Bendera ormas Muhammadiyah menggunakan kalimat  syahadat ''Lâ ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh'' (Deni Junaedi, ''Bendera Khilafah Representasi Budaya Visual dalam Budaya Global'', hlm. 3).{{Fiqh-Politik}}[[Daulah Islamiyah]] sememangnya mempunyai [[bendera]] (Al-Liwa’) dan juga [[panji]] (Ar-Rayah). Inilah apa yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah s.a.w. semasa tegaknya Daulah Islamiyah pertama di Madinah al-Munawwarah pada tahun 622M. Dari segi bahasanya, bendera dan panji di dalam bahasa Arab disebut 'alam. Mengikut Kamus al-Muheet, dari akar kata rawiya, ar-rayah adalah al-'alam, yang jama’nya (majmuk) disebut sebagai rayaat. Juga disebutkan dari akar kata lawiya bahawa al-liwa' adalah al-'alam, yang jama’nya disebut sebagai alwiyah. Secara syar’ie, syara’ telah menjelaskan bahawa perkataan-perkataan di atas mempunyai maksud dan ciri-ciri yang tertentu.
 
=== Era Modern ===
 
==== Bintang dan Bulan Sabit ====
 
{{Fiqh-Politik}}[[Daulah Islamiyah]] sememangnya mempunyai [[bendera]] (Al-Liwa’) dan juga [[panji]] (Ar-Rayah). Inilah apa yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah s.a.w. semasa tegaknya Daulah Islamiyah pertama di Madinah al-Munawwarah pada tahun 622M. Dari segi bahasanya, bendera dan panji di dalam bahasa Arab disebut 'alam. Mengikut Kamus al-Muheet, dari akar kata rawiya, ar-rayah adalah al-'alam, yang jama’nya (majmuk) disebut sebagai rayaat. Juga disebutkan dari akar kata lawiya bahawa al-liwa' adalah al-'alam, yang jama’nya disebut sebagai alwiyah. Secara syar’ie, syara’ telah menjelaskan bahawa perkataan-perkataan di atas mempunyai maksud dan ciri-ciri yang tertentu.
 
== Bendera Al Liwa' dan Ar- Rayah ==
Liwa, (bendera negara) berwarna '''putih''', sedangkan rayah (panji-panji perang) berwarna '''hitam'''.
 
Rayah adalah bendera berukuran lebih kecil, yang diserahkan khalifah atau wakilnya kepada pemimpin perang, serta komandan-komandan pasukan Islam lainnya. Rayah merupakan tanda yang menunjukkan bahwa orang yang membawanya adalah pemimpin perang. [https://duta.co/soal-bendera-rasulullah-gus-nadir-jangan-mau-dibohongi-isis-dan-hti/]
 
Semasa perang (jihad), bendera ini akan dipegang oleh [[Amirul Jihad]] (panglima/ketua) perang. Ia akan dibawa dan menjadi tanda serta diletakkan di lokasi [[Amirul Jihad]] tadi. Dalil yang menunjukkan perkara ini adalah perbuatan (af’al) [[Nabi Muhammad s.a.w.]] sendiri, di mana baginda (sebagai amir), semasa pembukaan kota Makkah telah membawa dan mengibarkan bendera putih bersamanya.