Bendera Islam: Perbezaan antara semakan
Kandungan dihapus Kandungan ditambah
k Membalikkan suntingan oleh Ibnu Mawardi Indonisiyi (Perbincangan) kepada versi terakhir oleh 120.188.87.94 Teg: Undur |
Membatalkan semakan 4260174 oleh Yosri (Perbincangan) |
||
Baris 1:
Bendera Islam (''al-‘alam'') baik yang melambangkan Islam, sebuah konsep atau orang yang berkaitan dengan Islam, atau negara, pasukan militer atau yang berkaitan dengan politik Islam.
Bendera dalam negara Islam menggunakan Bendera Rasulullah saw. ada dua macam yaitu ''Al-Liwa‘'' (bendera putih) dan ''ar-Rayah ''(bendera hitam) bertuliskan: ''Lâa ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh''.
== Sejarah ==
=== Bendera di Awal Mula Islam di Masa Nabi Muhammad SAW ===
Sebagaiaman disebutkan di awal bendera (''al-‘alam'') termasuk perkara yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., juga Khulafaur-Rasyidin sesudah beliau.Bendera Rasulullah saw. ada dua macam yaitu ''Al-Liwa‘'' (bendera putih) dan ''ar-Rayah ''(bendera hitam) bertuliskan: ''Lâa ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh''. Menurut sebagian ulama seperti Imam Ibnul Atsir dalam kitabnya ''An-Nihâyah fî Gharîb al-Hadîts'', juga Imam Ibnu Hajar dalam ''Fath al-Bari'', ''Al-Liwa‘'' dan ''ar-Rayah'' adalah sinonim (sama). Namun, pendapat yang ''râjih'' (lebih kuat), sebagaimana ditegaskan oleh Imam Ibnul ‘Arabi, ''al-Liwa‘'' berbeda dengan ''ar-Rayah''. Dalilnya adalah hadis dari Ibnu ‘Abbas ra. yang mengatakan, “''Rayah Rasulullah berwarna hitam, sedangkan Liwa‘-nya berwarna putih''.” (HR at-Tirmidzi dan Ahmad).Imam Ibnul ‘Arabi berkata, “''Al-Liwa`''berbeda dengan ''ar-Rayah''. ''Al-Liwa`'' diikatkan di ujung tombak dan melingkarinya. ''Ar-Rayah''diikatkan pada tombak dan dibiarkan hingga dikibarkan oleh angin.” (Abdul Hayyi al-Kattani, ''Nizhâm al-Hukûmah an-Nabawiyyah [At-Tarâtib al-Idâriyyah]'', I/263)
===
Pada masa Khulafaur Rasyidin, ''al-Liwa‘'' dan ''ar-Rayah'' mengikuti yang ada pada masa Rasulullah saw., yaitu ''al-Liwa‘'' (bendera putih) dan ''ar-Rayah ''(bendera hitam) bertuliskan: ''Lâ ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh''. Pada masa Khalifah Abu Bakar, misalnya, sebanyak 11 (sebelas) ''al-Liwa‘'' dibawa pasukan Islam dalam perang untuk memerangi orang-orang murtad di berbagai pelosok Jazirah Arab (Ibnul Atsir, ''Al-Kâmil fî at-Târîkh'', II/358).
=== Bendera di Masa Khilafah Bani Umayyah ===
Pada masa Khilafah Bani Umayyah, ''ar-Rayah'' mereka warnanya hijau. Sebagaimana disebutkan Imam al-Qalqasyandi, “Syiar mereka adalah warna hijau.” (''Ma’âtsir al-Inâfah fî Ma’âlim al-Khilâfah'', II/805). Namun, sebagian sejarahwan seperti George Zaidan dalam bukunya, ''Târîkh at-Tamaddun al-Islâmi'' (I/88) menyebutkan warna ''ar-Rayah'' atau ''al-Liwa`'' masa Khilafah Umayah adalah hijau atau putih (Shalih bin Qurbah, ''Ar-Rayât wa al-A’lam fî at-Târîkh al-‘Askari al-Islâmi'', hlm. 3).
=== Bendera di Masa Khilafah Bani 'Abbasiyah ===
Pada masa Khilafah Bani ‘Abbasiyah, ''al-Liwa''’ dan ''ar-Rayah'' mereka berwarna hitam. Dengan demikian berakhirlah penggunaan warna hijau pada masa Khilafah Bani Umayah, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al-Qalqasyandi (''Ma’âtsir al-Inâfah fî Ma’âlim al-Khilâfah'', II/805).
Pada masa Khilafah Utsmaniyah, pada ''al-Liwa‘'' atau ''ar-Rayah'' mereka terdapat gambar ''hilal'' (bulan sabit), meneruskan tradisi yang dirintis oleh rezim Fathimiyyin di Mesir. Sebagian orientalis mengklaim bahwa rezim Fathimiyyin mengambil gambar ''hilal''tersebut dari tradisi Kerajaan Bizantium yang menggunakan gambar bulan sebagai simbol mereka (Amin al-Khauli, ''Al-Jundiyah wa as-Silm'', hlm. 149).
Namun, ahli sejarah yang lain menolak klaim tersebut. Mereka mengatakan bahwa simbol ''hilal'' tersebut diambil karena berhubungan dengan sebagian ibadah umat Islam, yaitu shaum Ramadhan dan Idul Fitri, juga karena ada hubungannya dengan salah satu mukjizat Rasulullah saw., yaitu terbelahnya bulan. (Shalih bin Qurbah, ''Ar-Rayât wa al-A’lam fî at-Târîkh al-‘Askari al-Islâmi'', hlm. 3).
=== Bendera di Masa Khilfah Utsmaniyah (Ottoman) dan Era Modern ===
{{Fiqh-Politik}}[[Daulah Islamiyah]] sememangnya mempunyai [[bendera]] (Al-Liwa’) dan juga [[panji]] (Ar-Rayah). Inilah apa yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah s.a.w. semasa tegaknya Daulah Islamiyah pertama di Madinah al-Munawwarah pada tahun 622M. Dari segi bahasanya, bendera dan panji di dalam bahasa Arab disebut 'alam. Mengikut Kamus al-Muheet, dari akar kata rawiya, ar-rayah adalah al-'alam, yang jama’nya (majmuk) disebut sebagai rayaat. Juga disebutkan dari akar kata lawiya bahawa al-liwa' adalah al-'alam, yang jama’nya disebut sebagai alwiyah. Secara syar’ie, syara’ telah menjelaskan bahawa perkataan-perkataan di atas mempunyai maksud dan ciri-ciri yang tertentu.▼
Dalam perkembangan sejarah selanjutnya, ''al-Liwa''’ dan ''ar-Rayah'' pada masa Khilafah Utsmaniyah itu akhirnya berpengaruh ke negeri-negeri Islam yang berada di bawah pengaruhnya, termasuk Nusantara. Maka dari itu, tidaklah aneh jika di tengah-tengah masyarakat Nusantara berkembang bendera yang melambangkan syiar Islam tersebut, yaitu bendera bertuliskan ''Lâ ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh''yang sering disertai simbol ''hilal'' (bulan sabit). Sebagai contoh, bendera pasukan Aceh saat berperang melawan Belanda, bentuknya mengikuti pola ''al-Liwa‘'' atau ''ar-Rayah'', yaitu bertuliskan: ''Lâ ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh''. Demikian pula bendera Kesultanan Cirebon yang tampaknya merupakan kombinasi ''al-Liwa‘'' atau ''ar-Rayah''. Bendera ormas Muhammadiyah menggunakan kalimat syahadat ''Lâ ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh'' (Deni Junaedi, ''Bendera Khilafah Representasi Budaya Visual dalam Budaya Global'', hlm. 3).{{Fiqh-Politik}}[[Daulah Islamiyah]] sememangnya mempunyai [[bendera]] (Al-Liwa’) dan juga [[panji]] (Ar-Rayah). Gerakan dakwah lain yang menggunakan bendera Nabi ini sebagai logo gerakan diantaranya adalah Hizbut Tahrir.
▲
== Bendera Al Liwa' dan Ar- Rayah ==
Liwa, (bendera negara) berwarna '''putih''', sedangkan rayah (panji-panji perang) berwarna '''hitam'''.
Rayah adalah bendera berukuran lebih kecil, yang diserahkan khalifah atau wakilnya kepada pemimpin perang, serta komandan-komandan pasukan Islam lainnya. Rayah merupakan tanda yang menunjukkan bahwa orang yang membawanya adalah pemimpin perang.
Semasa perang (jihad), bendera ini akan dipegang oleh [[Amirul Jihad]] (panglima/ketua) perang. Ia akan dibawa dan menjadi tanda serta diletakkan di lokasi [[Amirul Jihad]] tadi. Dalil yang menunjukkan perkara ini adalah perbuatan (af’al) [[Nabi Muhammad s.a.w.]] sendiri, di mana baginda (sebagai amir), semasa pembukaan kota Makkah telah membawa dan mengibarkan bendera putih bersamanya.
Baris 40 ⟶ 44:
"Nabi SAW memasuki kota Makkah saat hari pembebasan dan liwanya berwarna '''hitam'''". Hadits diriwayatkan oleh Abu Daud An-Nasaa'i, Ibnu Majah, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya, Al-Baihaqi dan Al-Hakim. Al-Hakim menilai hadits tersebut shahih berdasarkan kriteria Muslim.
Riwayat yang menyebutkan warna putih saja dan warna hitam saja sangat banyak.
Dalam Musnad Imam Ahmad dan Tirmidzi, melalui jalur Ibnu Abbas meriwayatkan: “Rasulullah Saw telah menyerahkan kepada Ali sebuah panji berwarna putih, yang ukurannya sehasta kali sehasta. Pada liwa (bendera) dan rayah (panji-panji perang) terdapat tulisan ‘Laa illaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah’. Pada liwa yang berwarna dasar putih, tulisan itu berwarna hitam. Sedangkan pada rayah yang berwarna dasar hitam, tulisannya berwarna putih.”.
== Panji Ar Rayah ==
Baris 53 ⟶ 56:
Dalam riwayat At-Tirmidzi, menggunakan lafaz, "Aku datang ke Madinah, lalu aku masuk ke masjid di mana masjid penuh sesak dengan orang ramai, dan di situ terdapat banyak panji hitam, sementara Bilal -ketika itu- tangannya sedang memegang pedang dekat [[Nabi Muhammad s.a.w.]]. Lalu aku bertanya: "Ada apa dengan orang-orang itu?" Mereka menjawab: "Beliau (Nabi Muhammad s.a.w.) akan mengirim Amru bin Ash ke suatu tempat."
==
Banyak hadits yang menjelaskan tentang bendera Nabi SAW, namun kesimpulan dari berbagai riwayat-riwayat tersebut adalah :[https://web.facebook.com/notes/%D8%AC%D9%85%D8%B9%D9%8A%D8%A9-%D8%AF%D8%A7%D8%B1-%D8%A7%D9%84%D8%AD%D8%AF%D9%8A%D8%AB-%D8%A7%D9%84%D8%B2%D9%8A%D8%AA%D9%88%D9%86%D9%8A%D8%A9/%D8%A7%D9%84%D8%AA%D8%AD%D9%82%D9%8A%D9%82-%D8%A7%D9%84%D8%B9%D9%84%D9%85%D9%8A-%D]
Baris 61 ⟶ 64:
2. Rayah Nabi berwarna hitam dari wol segi empat bergaris-garis putih, namun didominasi warna hitam.
3. Dalam hadis-hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Tirmidzi, dan Thabrani dari Buraidah ra. diterangkan, “Rayah Nabi saw. berwarna hitam dan Liwa‘-nya berwarna putih.”
Ibnu Abbas ra. menambahkan, “Tertulis pada Liwa` Nabi saw. kalimat: Lâ ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh (Abdul Hayyi Al-Kattani, ibid., I/266).
4. Hadits yang menyebutkan ada tulisan itu tidak tsabit dari sisi sanad alias dlaif jiddan (sangat lemah).▼
▲4. Hadits yang menyebutkan ada tulisan itu
5. Nama Rayah Nabi adalah al-Uqqab (sang Rajawali).
|