Bendera Islam: Perbezaan antara semakan

Kandungan dihapus Kandungan ditambah
Membatalkan semakan 4260174 oleh Yosri (Perbincangan)
Yosri (bincang | sumb.)
k Membalikkan suntingan oleh Ibnu Mawardi Indonisiyi (Perbincangan) kepada versi terakhir oleh Yosri
Teg: Undur
Baris 1:
Bendera Islam (''al-‘alam'') baik yang melambangkan Islam, sebuah konsep atau orang yang berkaitan dengan Islam, atau negara, pasukan militer atau yang berkaitan dengan politik Islam.
 
Bendera dalam negara Islam biasa menggunakan satu atau beberapa warna(hitam, merah, putih, hijau) dan terkadang tulisan keagamaan seperti syahadad atau takbir. syahadad juga sering digunakan oleh pelaksana jihad sejak tahun 1990-an.
Bendera dalam negara Islam menggunakan Bendera Rasulullah saw. ada dua macam yaitu ''Al-Liwa‘'' (bendera putih) dan ''ar-Rayah ''(bendera hitam) bertuliskan: ''Lâa ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh''.
 
== Sejarah ==
 
=== Bendera di Awal Mula Islam di Masa Nabi Muhammad SAW ===
Di zaman nabi Muhammad, awal mula pasukan Muslim dan keretanya hanaya menggunakan warna dasar polos (biasanya hitam atau putih) sebagai penanda. Dalam beberapa generasi selanjutnya, pemimpin Muslim tetap menggunakan bendera berwarna polos hitam, putih, hijau tanpa ada tanda, tulisan, atau simbol apa pun. Nabi Muhammad menggunakan warna yang berbeda untuk tujuan Ghazwat (atau rombongan yang dipimpin oleh nabi Muhammad sendiri) dan Saraya ( atau rombongan yang dipimpin oleh para sahabat dan pengikut lainnya). Bendera utama nabi Muhammad, lambang hitam, dikenal sebagai al-'uqab (elang atau rajawali) adalah hitam polos tanpa ada simbol atau pun tanda. nama dan warna bendera ini berasal dari Quraish, salah satu dari suku arab, yang mana dahulu berwarna hitam dengan gambar elang dan juga dikenal sebagai "Elang".
Sebagaiaman disebutkan di awal bendera (''al-‘alam'') termasuk perkara yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., juga Khulafaur-Rasyidin sesudah beliau.Bendera Rasulullah saw. ada dua macam yaitu ''Al-Liwa‘'' (bendera putih) dan ''ar-Rayah ''(bendera hitam) bertuliskan: ''Lâa ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh''. Menurut sebagian ulama seperti Imam Ibnul Atsir dalam kitabnya ''An-Nihâyah fî Gharîb al-Hadîts'', juga Imam Ibnu Hajar dalam ''Fath al-Bari'', ''Al-Liwa‘'' dan ''ar-Rayah'' adalah sinonim (sama). Namun, pendapat yang ''râjih'' (lebih kuat), sebagaimana ditegaskan oleh Imam Ibnul ‘Arabi, ''al-Liwa‘'' berbeda dengan ''ar-Rayah''. Dalilnya adalah hadis dari Ibnu ‘Abbas ra. yang mengatakan, “''Rayah Rasulullah berwarna hitam, sedangkan Liwa‘-nya berwarna putih''.” (HR at-Tirmidzi dan Ahmad).Imam Ibnul ‘Arabi berkata, “''Al-Liwa`''berbeda dengan ''ar-Rayah''. ''Al-Liwa`'' diikatkan di ujung tombak dan melingkarinya. ''Ar-Rayah''diikatkan pada tombak dan dibiarkan hingga dikibarkan oleh angin.” (Abdul Hayyi al-Kattani, ''Nizhâm al-Hukûmah an-Nabawiyyah [At-Tarâtib al-Idâriyyah]'', I/263)
 
=== BenderaAbad di Masa Khulafaur RasyidinPertengahan ===
Bendera keagamaan dengan tulisan digunakan pada masa abad pertengahan, sebagaimana ditampilkan pada miniatur dari abad ke-13 yang diilustrasikan oleh Yahya Ibnu mahmud al-Wasiti. Dari abad ke-14 ilustrasi dari Sejararah Tartar (History of the Tartars) oleh Hayton of Corycus (1243) menampilkan bangsa Mongol dann Seljuk menggunakan ragam atribut pangkat perang.
Pada masa Khulafaur Rasyidin, ''al-Liwa‘'' dan ''ar-Rayah'' mengikuti yang ada pada masa Rasulullah saw., yaitu ''al-Liwa‘'' (bendera putih) dan ''ar-Rayah ''(bendera hitam) bertuliskan: ''Lâ ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh''. Pada masa Khalifah Abu Bakar, misalnya, sebanyak 11 (sebelas) ''al-Liwa‘'' dibawa pasukan Islam dalam perang untuk memerangi orang-orang murtad di berbagai pelosok Jazirah Arab (Ibnul Atsir, ''Al-Kâmil fî at-Târîkh'', II/358).
 
Bendera bulan sabit muncul pertama kali di Tunisia pada awal abad ke-14 dalam Buku Pengetahuan dari Penjuru Negeri (Book of Knowlege of All Kingdoms), sebelum Tunisia berada dibawah kekuasaan Ottoman pada 1574. Musium Angkatan Laut Spanyol (Spanish Navy Museum) di Madrid memajang 2 bendera angkatan laut Ottoman bertanggal 1613; keduanya berujung runcing, satu bendera berwarna hijau dengan bulan sabit putih.di bagian tepi, satu bendera lagi berwarna putih dengan dua garis merah di dekat pinggir bendera dan sebuah bulan sabit merah di bagian tepi.
=== Bendera di Masa Khilafah Bani Umayyah ===
Pada masa Khilafah Bani Umayyah, ''ar-Rayah'' mereka warnanya hijau. Sebagaimana disebutkan Imam al-Qalqasyandi, “Syiar mereka adalah warna hijau.” (''Ma’âtsir al-Inâfah fî Ma’âlim al-Khilâfah'', II/805). Namun, sebagian sejarahwan seperti George Zaidan dalam bukunya, ''Târîkh at-Tamaddun al-Islâmi'' (I/88) menyebutkan warna ''ar-Rayah'' atau ''al-Liwa`'' masa Khilafah Umayah adalah hijau atau putih (Shalih bin Qurbah, ''Ar-Rayât wa al-A’lam fî at-Târîkh al-‘Askari al-Islâmi'', hlm. 3).
 
=== Kekaisaran Ottoman ===
=== Bendera di Masa Khilafah Bani 'Abbasiyah ===
Pada masa Khilafah Bani ‘Abbasiyah, ''al-Liwa''’ dan ''ar-Rayah'' mereka berwarna hitam. Dengan demikian berakhirlah penggunaan warna hijau pada masa Khilafah Bani Umayah, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al-Qalqasyandi (''Ma’âtsir al-Inâfah fî Ma’âlim al-Khilâfah'', II/805).
 
=== Era Modern ===
Pada masa Khilafah Utsmaniyah, pada ''al-Liwa‘'' atau ''ar-Rayah'' mereka terdapat gambar ''hilal'' (bulan sabit), meneruskan tradisi yang dirintis oleh rezim Fathimiyyin di Mesir. Sebagian orientalis mengklaim bahwa rezim Fathimiyyin mengambil gambar ''hilal''tersebut dari tradisi Kerajaan Bizantium yang menggunakan gambar bulan sebagai simbol mereka (Amin al-Khauli, ''Al-Jundiyah wa as-Silm'', hlm. 149).
 
==== Bintang dan Bulan Sabit ====
Namun, ahli sejarah yang lain menolak klaim tersebut. Mereka mengatakan bahwa simbol ''hilal'' tersebut diambil karena berhubungan dengan sebagian ibadah umat Islam, yaitu shaum Ramadhan dan Idul Fitri, juga karena ada hubungannya dengan salah satu mukjizat Rasulullah saw., yaitu terbelahnya bulan. (Shalih bin Qurbah, ''Ar-Rayât wa al-A’lam fî at-Târîkh al-‘Askari al-Islâmi'', hlm. 3).
 
{{Fiqh-Politik}}[[Daulah Islamiyah]] sememangnya mempunyai [[bendera]] (Al-Liwa’) dan juga [[panji]] (Ar-Rayah). Inilah apa yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah s.a.w. semasa tegaknya Daulah Islamiyah pertama di Madinah al-Munawwarah pada tahun 622M. Dari segi bahasanya, bendera dan panji di dalam bahasa Arab disebut 'alam. Mengikut Kamus al-Muheet, dari akar kata rawiya, ar-rayah adalah al-'alam, yang jama’nya (majmuk) disebut sebagai rayaat. Juga disebutkan dari akar kata lawiya bahawa al-liwa' adalah al-'alam, yang jama’nya disebut sebagai alwiyah. Secara syar’ie, syara’ telah menjelaskan bahawa perkataan-perkataan di atas mempunyai maksud dan ciri-ciri yang tertentu.
=== Bendera di Masa Khilfah Utsmaniyah (Ottoman) dan Era Modern ===
Dalam perkembangan sejarah selanjutnya, ''al-Liwa''’ dan ''ar-Rayah'' pada masa Khilafah Utsmaniyah itu akhirnya berpengaruh ke negeri-negeri Islam yang berada di bawah pengaruhnya, termasuk Nusantara. Maka dari itu, tidaklah aneh jika di tengah-tengah masyarakat Nusantara berkembang bendera yang melambangkan syiar Islam tersebut, yaitu bendera bertuliskan ''Lâ ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh''yang sering disertai simbol ''hilal'' (bulan sabit). Sebagai contoh, bendera pasukan Aceh saat berperang melawan Belanda, bentuknya mengikuti pola ''al-Liwa‘'' atau ''ar-Rayah'', yaitu bertuliskan: ''Lâ ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh''. Demikian pula bendera Kesultanan Cirebon yang tampaknya merupakan kombinasi ''al-Liwa‘'' atau ''ar-Rayah''. Bendera ormas Muhammadiyah menggunakan kalimat  syahadat ''Lâ ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh'' (Deni Junaedi, ''Bendera Khilafah Representasi Budaya Visual dalam Budaya Global'', hlm. 3).{{Fiqh-Politik}}[[Daulah Islamiyah]] sememangnya mempunyai [[bendera]] (Al-Liwa’) dan juga [[panji]] (Ar-Rayah). Gerakan dakwah lain yang menggunakan bendera Nabi ini sebagai logo gerakan diantaranya adalah Hizbut Tahrir.
Inilah apa yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah s.a.w. semasa tegaknya Daulah Islamiyah pertama di Madinah al-Munawwarah pada tahun 622M. Dari segi bahasanya, bendera dan panji di dalam bahasa Arab disebut 'alam. Mengikut Kamus al-Muheet, dari akar kata rawiya, ar-rayah adalah al-'alam, yang jama’nya (majmuk) disebut sebagai rayaat. Juga disebutkan dari akar kata lawiya bahawa al-liwa' adalah al-'alam, yang jama’nya disebut sebagai alwiyah. Secara syar’ie, syara’ telah menjelaskan bahawa perkataan-perkataan di atas mempunyai maksud dan ciri-ciri yang tertentu.
 
== Bendera Al Liwa' dan Ar- Rayah ==
Liwa, (bendera negara) berwarna '''putih''', sedangkan rayah (panji-panji perang) berwarna '''hitam'''.
 
Rayah adalah bendera berukuran lebih kecil, yang diserahkan khalifah atau wakilnya kepada pemimpin perang, serta komandan-komandan pasukan Islam lainnya. Rayah merupakan tanda yang menunjukkan bahwa orang yang membawanya adalah pemimpin perang. [https://duta.co/soal-bendera-rasulullah-gus-nadir-jangan-mau-dibohongi-isis-dan-hti/]
 
Semasa perang (jihad), bendera ini akan dipegang oleh [[Amirul Jihad]] (panglima/ketua) perang. Ia akan dibawa dan menjadi tanda serta diletakkan di lokasi [[Amirul Jihad]] tadi. Dalil yang menunjukkan perkara ini adalah perbuatan (af’al) [[Nabi Muhammad s.a.w.]] sendiri, di mana baginda (sebagai amir), semasa pembukaan kota Makkah telah membawa dan mengibarkan bendera putih bersamanya.
Baris 44 ⟶ 40:
"Nabi SAW memasuki kota Makkah saat hari pembebasan dan liwanya berwarna '''hitam'''". Hadits diriwayatkan oleh Abu Daud An-Nasaa'i, Ibnu Majah, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya, Al-Baihaqi dan Al-Hakim. Al-Hakim menilai hadits tersebut shahih berdasarkan kriteria Muslim.
 
Riwayat yang menyebutkan warna putih saja dan warna hitam saja sangat banyak. Adapun riwayat yang menyebutkan bertulisan kalimat Syahadah maupun berwarna merah dan lain sebagainya, itu lemah.
 
 عن يزيد بن بلال ، وكان من أصحاب علي ، رضي الله عنه ، قال : « رأيت راية علي حمراء مكتوب فيها محمد رسول الله صلى الله عليه وسلم ».
Dalam Musnad Imam Ahmad dan Tirmidzi, melalui jalur Ibnu Abbas meriwayatkan: “Rasulullah Saw telah menyerahkan kepada Ali sebuah panji berwarna putih, yang ukurannya sehasta kali sehasta. Pada liwa (bendera) dan rayah (panji-panji perang) terdapat tulisan ‘Laa illaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah’. Pada liwa yang berwarna dasar putih, tulisan itu berwarna hitam. Sedangkan pada rayah yang berwarna dasar hitam, tulisannya berwarna putih.”.
 
Yazid bin Bilal berkata: "Aku melihat bendera (Rayah) Ali '''berwarna merah''' tertulis "Muhammadur Rasulullah". (HR. Al-'Aqili dalam Adl-Dlu'afa, sanadnya dlaif jiddan)
 
== Panji Ar Rayah ==
Baris 56 ⟶ 53:
Dalam riwayat At-Tirmidzi, menggunakan lafaz, "Aku datang ke Madinah, lalu aku masuk ke masjid di mana masjid penuh sesak dengan orang ramai, dan di situ terdapat banyak panji hitam, sementara Bilal -ketika itu- tangannya sedang memegang pedang dekat [[Nabi Muhammad s.a.w.]]. Lalu aku bertanya: "Ada apa dengan orang-orang itu?" Mereka menjawab: "Beliau (Nabi Muhammad s.a.w.) akan mengirim Amru bin Ash ke suatu tempat."
 
== Bendera denganTanpa Tulisan "Syahadat" ==
 
Banyak hadits yang menjelaskan tentang bendera Nabi SAW, namun kesimpulan dari berbagai riwayat-riwayat tersebut adalah :[https://web.facebook.com/notes/%D8%AC%D9%85%D8%B9%D9%8A%D8%A9-%D8%AF%D8%A7%D8%B1-%D8%A7%D9%84%D8%AD%D8%AF%D9%8A%D8%AB-%D8%A7%D9%84%D8%B2%D9%8A%D8%AA%D9%88%D9%86%D9%8A%D8%A9/%D8%A7%D9%84%D8%AA%D8%AD%D9%82%D9%8A%D9%82-%D8%A7%D9%84%D8%B9%D9%84%D9%85%D9%8A-%D]
Baris 64 ⟶ 61:
2. Rayah Nabi berwarna hitam dari wol segi empat bergaris-garis putih, namun didominasi warna hitam.
 
3. Tidak ada tulisan sama sekali di Liwa' maupun Royah, termasuk tidak ada tulisan "Syahadat" atau "Laa Ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah".
3. Dalam hadis-hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Tirmidzi, dan Thabrani dari Buraidah ra. diterangkan, “Rayah Nabi saw. berwarna hitam dan Liwa‘-nya berwarna putih.”
 
4. Hadits yang menyebutkan ada tulisan itu tidak tsabit dari sisi sanad alias shahihdlaif jiddan (sangat lemah).
Ibnu Abbas ra. menambahkan, “Tertulis pada Liwa` Nabi saw. kalimat: Lâ ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh (Abdul Hayyi Al-Kattani, ibid., I/266).
 
4. Hadits yang menyebutkan ada tulisan itu tsabit dari sisi sanad alias shahih.
 
5. Nama Rayah Nabi adalah al-Uqqab (sang Rajawali).