Kerajaan Ayutthaya: Perbezaan antara semakan

Kandungan dihapus Kandungan ditambah
Alexander Iskandar (bincang | sumb.)
Tiada ringkasan suntingan
Baiki ejaan
Teg-teg: Suntingan mudah alih Suntingan web mudah alih
Baris 1:
'''Kerajaan Ayutthaya''' ({{lang-th|อยุธยา}}) Kerajaan Ayutthaya (bahasa Thai: อาณาจักรอยุธยา) merupakan kerajaan bangsa Thaisiam yang berdiri pada kurun waktu 1350 sampai 1767 M sebelum berdirinya kerajaan Thai. Nama Ayyuthaya diambil dari Ayodhya, nama kerajaan yang dipimpin oleh Sri Rama, tokoh dalam [[Ramayana]]. Pada tahun 1350 Raja [[Ramathibodi I]] (Uthong) mendirikan semula Ayyuthaya sebagai ibu kota kerajaannya dan mengalahkan dinasti Kerajaan Sukhothai, yaitu 640 km ke arah utara, pada tahun 1376.
 
Dalam perkembangannya, Ayyuthaya sangat aktif melakukan perdagangan dengan berbagai negara asing seperti ChinaMelayu Melaka, IndiaSriwijaya, Majapahit, Tiongkok, Kalinga, Jepun, Parsi, Arab dan beberapa negara Eropah. Penguasa Ayyuthaya terkemudian bahkan mengizinkan pedagang Portugis, Sepanyol, Belanda, dan Perancis untuk mendirikan penempatan di luar tembok kota Ayyuthaya. Raja [[Narai]] (1656-1688) bahkan memiliki hubungan yang sangat baik dengan Raja [[Louis XIV]] dari Perancis dan tercatat pernah mengirimkan dutanya ke Perancis.
 
Setelah melalui pertumpahan darah perebutan kekuasaan antar dinasti, Ayutthaya memasuki abad keemasannya pada perempat kedua abad ke-18. Di masa yang relatif damai tersebut, kesenian, kesusastraankesusasteraan dan pembelajaran berkembang. Perang yang terjadi kemudian ialah melawan bangsa luar. Ayyuthaya mulai berperang melawan dinasti Nguyen (penguasa Vietnam Selatan) pada tahun 1715 untuk memperebutkan kekuasaan atas KambojaKemboja.
 
Meskipun demikian ancaman terbesar datang dari [[Burma]] dengan pemimpin Raja Alaungpaya yang baru berkuasa setelah menaklukkan wilayah-wilayah Suku Shan. Pada tahun 1765 wilayah Thai diserang oleh dua buah pasukan tentera yang besar dari Burma, yang kemudian bersatu di Ayutthaya.(selepas kerajaan Siam diambil oleh Thai) Menghadapimenghadapi kedua pasukan besar tersebut, satu-satunya perlawanan yang cukup berarti dilakukan oleh sebuah desa bernama Bang Rajan. Ayutthaya akhirnya menyerah dan dibumihanguskan pada tahun 1767 setelah pengepungan yang berlarut-larut. Berbagai kekayaan seni, perpustakaan-perpustakaan berisi kesusastraankesusasteraan, dan tempat-tempat penyimpanan dokumen sejarah Ayutthaya nyaris musnah; dan kota tersebut ditinggalkan dalam keadaan hancur.
 
Dalam keadaan negara yang tidak menentu, provinsinegeri-provinsinegeri melepaskan diri dan menjadi negaranegeri-negaranegeri independenberdikari di bawah pimpinan penguasa militertentera, biksu pemberontak, atau sisa-sisa keluarga kerajaandiraja. Bangsa Thai dapat terselamatkan dari penaklukan BirmaBurma karenakerana terjadinya serangan Tiongkok terhadap BirmaBurma serta adanya perlawanan dari seorang pemimpin militertentera bangsa Thai bernama Phraya Taksin, yang akhirnya mengembalikan kesatuan negara.
 
Peninggalan yang cukup menarik dari kota tua Ayutthaya hanyalah puing-puing reruntuhan istana kerajaan. Raja Taksin lalu mendirikan ibukota baru di Thonburi, yang terletak di seberang sungai Chao Phraya berhadapan dengan ibukota yang sekarang, Bangkok. Peninggalan kota bersejarah Ayutthaya dan kota-kota bersejarah sekitarnya yang terdapat pada lingkungan Taman Bersejarah Ayutthaya telah dimasukkan oleh UNESCO sebagai Warisan Dunia UNESCO. Kota Ayutthaya yang baru kemudian didirikan di dekat lokasi kota lama, dan sekarang merupakan ibukota dari Provinsi Ayutthaya.