Proletariat: Perbezaan antara semakan

Kandungan dihapus Kandungan ditambah
Tiada ringkasan suntingan
Pengembangan besar - hasil pengembalian dan penyejagatan kandungan bahasa Melayu Indonesia
Baris 4:
Istilah '''proletar''' [pro-lé-tar] dalam ilmu sosiologi sebenarnya bukan barang baru lagi saat Karl Marx pertama kali merujuknya sebagai salah satu kelas proletar. Kelas ini sebenarnya sudah banyak muncul sebagai sebuah rujukan kelas dengan nama-nama yang berbeda. Dalam artian Karl Marx, proletar adalah masyarakat kelas kedua setelah kelas kapitalis yang hidup dari gaji hasil kerjanya. Banyak stereotip yang memandang bahwa proletar hanya terbatas sebagai masyarakat kelas rendah. Pekerjaan mereka tak lepas dari buruh, petani, nelayan atau orang-orang yang berkutat dengan pekerjaan tangan - baca pekerjaan kasar-.
 
Ada beberapa contoh kaum proletar di Dunia. Di masyarakat Eropah, khususnya saat sebelum meletusnya [[Revolusi PrancisPerancis]] terjadi, proletar dapat diertikan terperinci lagi sebagai [[petani]] (''peasant'') di mana waktu itu jumlah masyarakat ini mendominasi [[Perancis]], tetapi tidak memiliki kekuatan. Kekuatan dibawa oleh kaum Bangsawan yang biasanya juga dianggap sebagai masyarakat pemerintah dan pemegang kapital bersama kaum Pendeta. Di [[India]] pula, masyarakat dibatasi dengan adanya [[kasta]] yang ditetapkan [[Hinduisme|agama mereka]]. Kaum proletar disana dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah kaum [[sudra]] yang merupakan kelas orang-orang pekerja dan pelayan. Kedua adalah [[Pariah]], sebenarnya kelas ini adalah kelas terbuang dari kelas-kelas sebelumnya bahkan bisa dibilang kelas ini merupakan kelompok masyarakat yang tidak diakui dalam kasta. Pekerjaan kaum pariah adalah yang paling memilukan dari segala pekerjaan yang diemban oleh kelas lainya, karena tugas mereka adalah tugas-tugas yang dianggap tidak layak untuk dilakukan. Di [[Indonesia]], terutama di Jawa era kolonial, masyarakat proletar dipegang oleh penduduk asli pulau Jawa. Mereka adalah orang yang paling tereksploitasi dalam era-era kolonial Hindia Belanda. Menurut peraturan yang dibuat pemerintah kolonial, mereka benar-benar dikurangi haknya sampai batas minimal.
 
=== Mengikut sudut pandang Barat ===
==== Pandangan Karl Marx ====
Dalam pemikiran [[Karl Marx]], ini adalah kelas kedua dalam stratifikasi sosial yang ia ciptakan. Proletar adalah kelas yang menerima gaji oleh kelas pertama yaituiaitu kelas majikan. Mereka bekerja guna memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Sedang kelas majikan bekerja dengan mencari untung atau laba. Kelas Proletar sering menjadi target eksploitasi para majikan yang berorientasi [[kapitalis]] ini. Untuk itu mereka sering diperas tenaganya dan diberikan [[gaji]] yang rendah guna kepentingan meraup laba sebesar-besarnya. Para proletar ingin hidup dengan tenang, maka dia yang hidup untuk bekerja akan mengalami [[alienasi]] atau keterasingan. Mereka adalah orang-orang yang tak bisa menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga menumpang pada para pemodal untuk menciptakan barang dengan [[nilai lebih]]. [[Nilai lebih]] ini tercipta dari rumusan nilai barang dikurangi nilai seluruh hasil produksi dan menciptakan untung.
 
Oleh karena itu, proletar yang kehilangan kebebasannya akan memprotes [[tirani]] [[kapitalis]] tersebut dengan demonstrasi dan hal-hal lain yang diperlukan. Namun para [[kapitalis]] tersebut akan menolaknya. Mereka dipihak [[pemerintah]] karena merekalah yang memberi kekayaan [[negara]], terutama di negara-negara berideologi [[liberalisme]]. Jika [[pemerintah]] tidak mengimbangi hak-hak kaum proletar dan mengejar untung dari para majikan tersebut, sebuah gerakan [[anarkisme]] pun terjadi dan mungkin akan menciptakan [[revolusi]]. Pasca [[revolusi]] maka terciptalah perubahan dari [[kapitalisme]] yang mencekik menjadi negara [[sosialis]] yang mendukung rakyat atau kaum proletar.