Saqifah Bani Sa'idah: Perbezaan antara semakan

Kandungan dihapus Kandungan ditambah
Ikroma69 (bincang | sumb.)
Mencipta laman baru dengan kandungan 'Peristiwa Saqifah Bani Sa'idah (bahasa Arab: واقعة سقيفة بني ساعدة) merupakan peristiwa pertama yang terjadi setelah wafatnya Nabi Muhamma...'
Teg-teg: Suntingan mudah alih Suntingan web mudah alih
 
Kandungan sebelum ini bercanggah dengan kefahaman ahli sunnah wal jamaah. Penyumbang juga menyalin kandungan dari laman web lain secara bulat-bulat. Rencana ini telah ditulis semula, sebagai rencana tunas, untuk permulaan.
Baris 1:
Saqifah Bani Sa'idah, atau secara ringkas Saqifah, merupakan bangunan beratap di Madinah yang digunakan oleh Bani Sa'idah, sebuah suku Khazraj. Bangunan ini merupakan salah satu tempat penting dalam sejarah Islam kerana ia merupakan tempat berkumpul para sahabat untuk melantik khalifah setelah kewafatan Nabi Muhammad.
Peristiwa Saqifah Bani Sa'idah (bahasa Arab: واقعة سقيفة بني ساعدة) merupakan peristiwa pertama yang terjadi setelah wafatnya Nabi Muhammad saw pada tahun ke-11 H/632, di mana Abu Bakar bin Abi Quhafah dipilih sebagai khalifah kaum Muslimin. Ketika Nabi Muhammad saw wafat, Imam Ali as dan beberapa sahabat lainnya sedang mempersiapkan acara pemakaman beliau, pada saat yang sama, beberapa orang dari kaum Anshar dengan pimpinan Sa'ad bin Ubadah, berkumpul di sebuah tempat bernama Saqifah Bani Saidah untuk mengambil sebuah keputusan dalam memilih seorang pemimpin setelah Nabi saw.
 
Menurut pandangan sebagian ahli sejarah, perkumpulan yang dilakukan komunitas Anshar, hanya untuk menentukan hakim dan penguasa bagi kota Madinah. Tetapi dengan kedatangan beberapa orang Muhajirin ke dalam pertemuan tersebut, perbincangan beralih pada pembahasan mengenai penentuan penerus Nabi untuk kepemimpinan semua umat Islam dan akhirnya, Abu Bakar dibaiat sebagai khalifah kaum Muslimin. Menurut sumber-sumber sejarah, selain Abu Bakar yang menjadi juru bicara kaum Muhajirin, Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah juga hadir di Saqifah.
 
Menurut tulisan para sejarawan, pemilihan Abu Bakar tidak diterima secara umum. Setelah peristiwa ini, Imam Ali as, Sayidah Fatimah Zahra sa dan lain-lain seperti Fadhl dan Abdullah putra-putra Abbas, paman Nabi dan juga para sahabat Nabi yang terkenal seperti Salman al-Farisi, Abu Dzar Ghiffari, Miqdad bin Amr dan Zubair bin Awam, termasuk dari orang-orang yang memprotes pengadaan dewan syura Saqifah. Kaum Syiah meyakini bahwa peristiwa Saqifah dan hasil-hasilnya bertentangan dengan ketentuan penjelasan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw tentang penentuan penerus Nabi yaitu menunjuk Imam Ali as sebagai pengganti dan penerusnya, terutama di Ghadir Khum.
 
Kelompok Ahlusunah bersandar pada prinsip Ijma' untuk melegitimasi kedaulatan dan khilafah Abu Bakar. Islamolog Barat dan sebagian dari para orientalis seperti Henry Lamens, Caetani dan Wilfred Madelung dalam beberapa tulisan telah melakukan penukilan, kajian dan ulasan mengenai tragedi tersebut. Buku The succession to Muhammad:a study of the early caliphate (Suksesi Kepemimpinan Nabi Muhammad saw) karya Madelung dan teori segitiga kekuasaan dari Henry Lamens merupakan karya-karya yang paling terkenal dari mereka.