Kesultanan Langkat: Perbezaan antara semakan

Kandungan dihapus Kandungan ditambah
Paeiin8688 (bincang | sumb.)
e
Teg-teg: Suntingan mudah alih Suntingan web mudah alih iOS app edit
Paeiin8688 (bincang | sumb.)
tambah nota
Teg-teg: Suntingan mudah alih Suntingan web mudah alih iOS app edit
Baris 42:
}}
 
'''
<ref>{{cite web | title = Langkat Brief History | url = http://www.royalark.net/Indonesia/langkat.htm | month = | year = }}</ref>
 
== Sejarah ==
=== Pendirian ===
Kesultanan Langkat merupakan [[monarki]] yang berusia paling tua di antara monarki-monarki [[Melayu]] di [[Sumatra Timur]].
 
Pada tahun [[1568]], di wilayah yang kini disebut [[Hamparan Perak]], salah seorang petinggi [[Kerajaan Aru]] bernama Dewa Shahdan berhasil menyelamatkan diri dari serangan [[Kesultanan Aceh]] dan mendirikan sebuah kerajaan. Kerajaan inilah yang menjadi cikal-bakal Kesultanan Langkat modern.
 
Nama ''Langkat'' berasal dari nama sebuah pohon yang menyerupai pohon langsat. Pohon langkat memiliki buah yang lebih besar dari buah langsat namun lebih kecil dari buah duku. Rasanya pahit dan kelat. Pohon ini dahulu banyak dijumpai di tepian Sungai Langkat, yakni di hilir Sungai Batang Serangan yang mengaliri kota [[Tanjung Pura, Langkat|Tanjung Pura]]. Hanya saja, pohon itu kini sudah punah.
 
Pengganti Dewa Shahdan, Dewa Sakti, tewas dalam penyerangan yang kembali dilakukan oleh [[Kesultanan Aceh]] pada tahun [[1612]]. Pada masa kepemimpinan Raja Kejuruan Hitam ([[1750]]-[[1818]]), serangan terhadap Langkat berasal dari [[Kerajaan Belanda]]. Langkat sebelumnya merupakan bawahan [[Kesultanan Aceh]] sampai awal [[abad ke-19]].{{fact}} Pada saat itu [[Raja|raja-raja]] Langkat meminta perlindungan [[Kesultanan Siak]]. Tahun [[1850]] Aceh mendekati Raja Langkat agar kembali ke bawah pengaruhnya, namun pada [[1869]] Langkat menandatangani perjanjian dengan [[Hindia Belanda|Belanda]], dan Raja Langkat diakui sebagai [[Sultan]] pada tahun [[1877]].
 
=== Masa Kolonial ===
Pada masa pemerintahan Sultan Musa al-Khalid al-Mahadiah Muazzam Shah, seorang administrator [[Belanda]] bernama Aeilko Zijlker Yohanes Groninger dari Deli Maatschappij menemukan konsesi [[minyak bumi]] di Telaga Said, [[Pangkalan Brandan]]. Konsesi pertama eksploitasi minyak bumi diberikan oleh Sultan pada tahun [[1883]]. Dua tahun kemudian, dilakukan pemroduksian pertama minyak bumi dari perut bumi. Pada tahun [[1892]] kilang minyak Royal Dutch yang menjalankan usaha eksplotasi mulai melakukan produksi massal.
 
Berkat ditemukannya ladang minyak tersebut, pihak Kesultanan Langkat menjadi kaya raya akibat pemberian royaliti hasil produksi minyak dalam jumlah besar. Secara umum bila di bandingkan dengan kesultanan-kesultanan [[Melayu]] di [[Sumatra Timur]] saat itu, Langkat jauh lebih makmur melebihi harapan. Bersama [[Kesultanan Siak]], [[Kesultanan Kutai Kartanegara]], dan [[Kesultanan Bulungan]], Langkat menjadi salah satu negeri terkaya di [[Hindia Belanda]] saat itu. Salah satu sisa kejayaan Langkat yang dapat disaksikan sekarang adalah [[Masjid Azizi]] di [[Tanjung Pura, Langkat|Tanjung Pura]].
 
Pada tahun [[1907]] Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rakhmat Shah menandatangani kontrak politik dengan [[Belanda]] yang diwakili oleh Jacob Ballot selaku ''Residen van Sumatra Oostkust''. Dalam perjanjian ini batas wilayah Kesultanan Langkat ditetapkan. Daerah-daerah yang termasuk dalam wilayah kekuasaan Sultan terdiri dari Pulau Kumpei, Pulau Sambilan, Tapa Kuda, Pulau Masjid dan pulau-pulau kecil di dekatnya, Kejuruan [[Stabat]], Kejuruan Bingei ([[Kota Binjai|Binjai]]), Kejuruan Selesei, Kejuruan Bahorok, daerah dari Datu Lepan, dan daerah dari Datu Besitang.
 
Wilayah Langkat secara administratif dibagi menjadi tiga bagian:
 
* Langkat Hulu
* Langkat Hilir
* Teluk Haru
 
Terjadi perhelatan besar pada bulan [[November]] [[1926]], di mana Sultan Ahmad Sulaimanuddin dari [[Kesultanan Bulungan]] di [[Kalimantan Utara]] meminang putri Sultan Abdul Aziz yaitu Putri Lailan Syafinah. Oleh rakyat Langkat, Sultan Bulungan dikenal dengan nama Sultan Maulana Ahmad. Jarak antara [[Kabupaten Bulungan|Bulungan]] dan Langkat jika ditarik garis lurus mencapai sekitar 2.200 kilometer. Arsip [[Belanda]] juga mencatat sejumlah foto pernikahan keduanya di Tanjung Pura, yang juga dirayakan dengan tarian [[Suku Karo]].
 
=== Masa Pendudukan Jepang ===
Pada masa Sultan Mahmud Abdul Jalil Rakhmat Shah, tepatnya saat tentara [[Kekaisaran Jepang]] masuk dan membuat [[Belanda]] mundur, sejumlah catatan menunjukkan penderitaan rakyat Langkat saat itu. Rakyat diperas dan diperbudak untuk mengerjakan proyek-proyek [[Jepang]]. Disini tak ditemukan bagaimana relasi, kontestasi, dan peta politik Langkat dengan kerajaan-kerajaan tetangga.
 
=== Setelah Proklamasi Kemerdekaan ===
:''Lihat: [[Revolusi Sosial Sumatra Timur]]''
 
[[Berkas:Amir Hamzah portrait edit2.jpg|jmpl|200px|kiri|[[Tengku Amir Hamzah]], [[sastrawan]] [[Indonesia]] angkatan [[Pujangga Baru]] dan [[Pahlawan Nasional Indonesia]].]]
Beberapa bulan setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] yang dibacakan oleh [[Soekarno]] dan [[Hatta]], kabar mengenai proklamasi bahkan belum sampai ke Kesultanan Langkat. Tapi tak lama kemudian, suasana mulai memanas. Laskar-laskar terbentuk. Dan pada [[5 Oktober]] [[1945]], Sultan Mahmud Abdul Jalil Rakhmat Shah kemudian menyatakan bergabungnya kesultanan dengan negara [[Republik Indonesia]]. Pada tanggal [[29 Oktober]], [[Tengku Amir Hamzah]] diangkat menjadi Asisten Residen (Bupati) [[Langkat]] dan berkedudukan di [[Kota Binjai|Binjai]] oleh Gubernur Sumatra, [[Teuku Mohammad Hasan|Teuku Muhammad Hasan]].
 
Kesultanan Langkat runtuh bersamaan dengan meletusnya [[Revolusi Sosial Sumatra Timur|Revolusi Sosial]] yang didukung pihak [[komunis]] pada tahun [[1946]]. Pada saat itu banyak keluarga Kesultanan Langkat yang terbunuh, termasuk [[Tengku Amir Hamzah]], penyair Angkatan [[Pujangga Baru]] dan pangeran Kesultanan Langkat.
 
Puluhan orang yang berhubungan dengan [[swapraja]] ditahan dan dipenjarakan oleh laskar-laskar yang tergabung dalam ''Volksfront''. Di [[Kota Binjai|Binjai]], Tengku Kamil dan Pangeran Stabat ditangkap bersama beberapa orang pengawalnya. Istri-istri mereka juga ditangkap dan ditawan ditempat berpisah. Berita yang paling ironis adalah pemerkosaan dua orang putri Sultan Mahmud Abdul Jalil Rakhmat Shah pada malam jatuhnya Istana Darul Aman, [[9 Maret]] [[1946]].
 
Setelah menangkap [[Tengku Amir Hamzah]], Peradilan Rimba, demikian istilah bagi laskar-laskar itu, menjatuhkan hukuman pancung bagi Amir Hamzah. Jasadnya kemudian ditumpuk dengan jenazah ke 26 ''Tengku'' lainnya. Keesokan harinya jasad Amir Hamzah dikebumikan di [[Masjid Azizi]], Tanjung Pura. Istana Darul Aman memang diserbu dan dibakar, akan tetapi Sultan Mahmud Abdul Jalil Rakhmat Shah tak turut dibunuh. Ia ditangkap dan diasingkan ke Batang Serangan hingga kemudian [[Belanda]] membebaskannya pada bulan [[Juli]] [[1947]].
 
Setelah Sultan Mahmud Abdul Jalil Rakhmat Shah wafat pada tahun [[1948]], para Sultan Langkat praktis kehilangan kekuasaan politiknya dan hanya bertahta sebagai Pemangku Adat dan Kepala Keluarga Kerajaan.
 
== Senarai pemerintah ==