Priyayi: Perbezaan antara semakan

Kandungan dihapus Kandungan ditambah
Tiada ringkasan suntingan
Tiada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Fail:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Raden_Ajoe_uit_Midden-Java_TMnr_10001332.jpg|thumb|323x323px|Seorang wanita priayi dari Jawa Tengah zaman [[Hindia Belanda]] (1913).]]
'''Priyayi''' atau '''berdarah biru''' dalam [[kebudayaan Jawa]] merupakan istilah untuk menerangkan suatu [[kelas sosial]] yang mengacu kepada golongan [[bangsawan]]. Suatu golongan tertinggi dalam masyarakat karena memiliki keturunan dari keluarga kerajaan. Golongan priyayi tertinggi disebut Priayi Ageng (bangsawan tinggi). Gelar dalam golongan ini terbagi menjadi bermacam-macam berdasarkan tinggi rendahnya suatu kehormatan. Beberapa gelar dari yang tertinggi hingga dengan hanya satu gelar saja iaitu [[Raden]].
'''Priyayi''' atau '''berdarah biru''' dalam [[kebudayaan Jawa|kebudayaan]] [[suku Jawa]] merupakan istilah untuk menerangkan suatu [[kelas sosial]] yang mengacu kepada golongan [[bangsawan]]; ia merupakan golongan bertingkat tertinggi antara tiga kelas utama yang ada dalam masyarakat tersebut (selain [[santri]] dan [[abangan]]) karena memiliki keturunan dari keluarga kerajaan.
 
==Etimologi==
Kata ''priyayi'' berasal dari dua kata [[bahasa Jawa]] ''para'' dan ''yayi'' "[[adik]]" - yakni "para adik raja" iaitu orang-orang dinaung sultan yang memerintah termasuk para [[Golongan bangsawan|bangsawan]], pegawai, pentadbir dan ketua serata kerajaan.<ref>{{harvp|Schiel|1990|p=75}}</ref>
 
Namun menurut [[S. O. Robson|Robson]] (dalam penulisannya tahun [[1971]]) pula berpendapat kata ini bisa pula berasal dari kata [[bahasa Sansekerta|SansekertaSanskrit]] ''priy&#257;'', प्रिय yang berartibererti kekasih.
 
==Gambaran kepangkatan==
'''Priyayi''' atau '''berdarah biru''' dalam [[kebudayaan Jawa]] merupakan istilah untuk menerangkan suatu [[kelas sosial]] yang mengacu kepada golongan [[bangsawan]]. Suatu golongan tertinggi dalam masyarakat karena memiliki keturunan dari keluarga kerajaan. Golongan priyayi tertinggi disebut Priayi Ageng (bangsawan tinggi). Gelar dalam golongan ini terbagi menjadi bermacam-macam berdasarkan tinggi rendahnya suatu kehormatan. Beberapa gelar dari yang tertinggi hingga dengan hanya satu gelar saja iaitu [[Raden]].
 
Gelar seorang priyayi juga dapat meningkat seiring dari usianya. Misalnya ketika seorang anak laki-laki lahir diberi nama Bomantara, ia bergelar [[Raden Mas]], jadi nama lengkapnya adalah Raden Mas Bomantara, ketika menginjak akil balik gelarnya bertambah satu kata menjadi Bandara Raden Mas, ketika menapak dewasa (18 atau 21 tahun) bertambah lagi menjadi Bandara Raden Mas Aryo. Pada saat dewasa dan telah memiliki jabatan dalam hierarki kebangsawanan, ia akan memiliki gelar yang berbeda dari gelar yang telah ia miliki. Misalnya ia menduduki jabatan pemimpin ksatrian maka gelarnya akan berubah menjadi Gusti Pangeran Adipati Haryo. Dan setiap kedudukan yang ia jabat ia akan memilki gelar tambahan atau gelar yang berubah nama.
 
== Sejarah ==
Istilah priyayi menjadi terkenal saat [[Clifford Geertz]] melakukan penelitian tentang masyarakat [[Jawa]] pada tahun 1960-an, dan mengelompokkan masyarakat Jawa ke dalam tiga golongan: priyayi, [[santri]] dan [[abangan]]. Kelompok santri digunakan untuk mengacu pada orang yang memiliki pengetahuan dan mengamalkan agama. ''Abangan'' digunakan untuk mereka yang bukan priyayi dan juga bukan santri. Namun penggolongan ini tidaklah terlalu tepat, karena pengelompokkan priyayi - non priyayi adalah berdasarkan garis keturunan seseorang, sedangkan pengelompokkan santri - abangan dibuat berdasarkan sikap dan perilaku seseorang dalam mengamalkan agamanya (Islam). Dalam realita, ada priyayi yang santri dan ada pula yang abangan, bahkan ada pula yang non muslim.
 
=== Pemulaan di Mataram ===
==Etimologi==
Gelaran priyayi atau "para yayi" ini bermula dengan keberadaan [[Kesultanan Mataram]] di selatan tengah [[Pulau Jawa]] yang membentuk [[keraton]] sendiri yang kuat memengaruh secara bebas<ref>{{harvp|Sutherland|1975|p=58}}</ref> di kawasan-kawasan timur dan tengah pulau tersebut.<ref>{{harvp|Sutherland|1975|pp=57–58}}</ref>
Kata ''priyayi'' konon berasal dari dua kata Jawa ''para'' dan ''yayi'' yang secara harafiah berarti "para adik". Yang dimaksud adalah para adik raja.
 
=== Ketibaan orang Belanda ===
 
=== Penelitian Barat ===
Istilah priyayi menjadi terkenal saat [[Clifford Geertz]] melakukan penelitian tentang masyarakat [[Jawa]] pada tahun 1960-an, dan mengelompokkan masyarakat Jawa ke dalam tiga golongan: priyayi, [[santri]] dan [[abangan]].: Kelompokkelompok santri digunakan untuk mengacu pada orang yang memiliki pengetahuan dan mengamalkan agama., ''Abangan'' digunakan untuk mereka yang bukan priyayi dan juga bukan santri. Namun penggolongan ini tidaklah terlalu tepat, karena pengelompokkan priyayi - non priyayi adalah berdasarkan garis keturunan seseorang, sedangkan pengelompokkan santri - abangan dibuat berdasarkan sikap dan perilaku seseorang dalam mengamalkan agamanya (Islam). Dalam realita, ada priyayi yang santri dan ada pula yang abangan, bahkan ada pula yang non muslim.
 
Namun, penggolongan ini tidaklah terlalu tepat, karena pengelompokkan priyayi dan bukan priyayi adalah berdasarkan garis keturunan seseorang, sedangkan pengelompokkan santri-abangan dibuat berdasarkan sikap dan perilaku seseorang dalam mengamalkan agamanya (Islam). Dalam realita, ada priyayi yang santri dan ada pula yang abangan, bahkan ada pula yang non muslim.
 
=== Zaman moden ===
[[Kamus Besar Bahasa Indonesia]], mentakrifkan priyayi sebagai [[orang]] yang termasuk lapisan masyarakat yang kedudukannya dianggap terhormat, misalnya golongan [[pegawai negeri]].<ref>Menurut [[Kamus Besar Bahasa Indonesia]] (Edisi Ketiga)</ref>
 
==Rujukan==
Namun menurut [[S.O. Robson|Robson]] ([[1971]]) kata ini bisa pula berasal dari kata [[bahasa Sansekerta|Sansekerta]] ''priy&#257;'', yang berarti kekasih.
{{Reflist}}
 
==Bibliografi==