Cut Nyak Dhien: Perbezaan antara semakan

Kandungan dihapus Kandungan ditambah
Cassiopeta7 (bincang | sumb.)
Tiada ringkasan suntingan
 
PM Poon (bincang | sumb.)
Tiada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Cut Nyak Dhien''' ([[1848]] - [[6 November]] [[1908]]) adalah seorang [[pahlawan]] [[Indonesia]] dari [[Aceh]] yang berjuang dengan pihak [[Belanda]].
Cut Nyak Dhien dilahirkan di Lampadang, [[Indonesia]] pada 1848 dan meninggal unia di Sumedang pada 6 November 1908.Beliau dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang.
 
Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan di [[Lampadang]], Indonesia yang taat beragama. Ayahnya yang bernama Teuku Nanta Seutia, adalah dari keturunan Panglima Nanta, keturunan dari Sultan Aceh. Beliau dinikahkan dengan [[Teuku Ibrahim Lamnga]] oleh orang tuanya pada tahun 1862 dan dikurniakan seorang anak.
Beliau adalah seorang pahlawan Indonesia dari [[Aceh]].
 
Ketika perang Aceh meletus pada tahun 1873, Teuku Ibrahim Lamnga aktif berjuang di garisan depan. Pada satu pertempuran di Sela Glee Tarun, Teuku Ibrahim Lamnga gugur.
Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, adalah dari keturunan Panglima Nanta, keturunan dari Sultan Aceh.
 
Pada tahun 1878, Cut Nyak Dhien menikah kembali dengan Teuku Umar. Dalam perjuangannya, Teuku Umar pernah melakukan Sandiwara Besar dengan menyatakan sumpah setia kepada [[Belanda]]. Setelah mendapat berbagai fasilitikemudahan, Teuku Umar kembali berbalik melawan Belanda.
Cut Nyak Dhien dinikahkan oleh orang tuanya pada tahun 1862 dengan [[Teuku Ibrahim Lamnga]] dan dikurniakan seorang anak.
 
Teuku Umar gugur saat terjadi serangan ke [[Meulaboh]] pada tanggal 11 [[Februari]] 1899. Sepeninggal Teuku Umar, Cut Nyak Dhien memimpin terus perlawanan terhadap Belanda.
Ketika perang Aceh meletus pada tahun 1873, Teuku Ibrahim Lamnga aktif berjuang di garisan depan. Pada satu pertempuran di Sela Glee Tarun, Teuku Ibrahim Lamnga gugur.
 
Cut Nyak Dhien meninggal dunia di [[Sumedang]] dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang.
Pada tahun 1878, Cut Nyak Dhien menikah kembali dengan Teuku Umar. Dalam perjuangannya, Teuku Umar pernah melakukan Sandiwara Besar dengan menyatakan sumpah setia kepada [[Belanda]]. Setelah mendapat berbagai fasiliti, Teuku Umar kembali berbalik melawan Belanda.
 
[[Kategori: Pahlawan Indonesia]]
Teuku Umar gugur saat terjadi serangan ke [[Meulaboh]] pada tanggal 11 [[Februari]] 1899. Sepeninggal Teuku Umar, Cut Nyak Dhien memimpin terus perlawanan terhadap Belanda.