Maryam[nota 1] (Arab: مَريَم, Arami: מרים Maryām, kemudian Ibrani Miriam; bahasa Latin dan Portugis: Maria,[nota 2] bahasa Inggeris: Mary) adalah ibu Nabi Isa a.s./Jesus Christ dan didakwa tunangan Yusuf oleh penganut Kristian.[1] Beliau disebut lebih kerap dalam al-Qur'an dari keseluruhan Perjanjian Baru.[2] Dia juga menjadi satu-satunya wanita yang namanya disebut dalam al-Quran, malah Surah Maryam dinamakan bersempenanya.

Maryam (bonda Nabi Isa a.s.)
Yang dara, Yang bersih, Yang suci, Yang mulus, bonda Nabi Isa a.s.
Sai'mah, Mustafiah, Rāki’ah, Sājidah, Qānitah, Siddiqah, Tāhirah
Lahirtahun ke-20 sebelum masihi.
Jerusalem
Meninggal100-200 selepas masihi
Jerusalem
Dihormati olehIslam
Kristian
Tempat keramatMaqam Maryam, Lembah Kidron.
Dipengaruhi olehMuslim dan perempuan Kristian.

sunting
Lihat pendokumenan templat ini
Lihat pendokumenan templat ini

Menurut sumber Kristian, bapa Maryam bernama Yehoyaqim (Imran) dan Hana pula ialah ibunya. Yehoyaqim adalah individu yang sama bagi Imran menurut pandangan Islam. Injil Lukas merekodkan salasilah keturunan Maryam dengan jelas. Maryam, yang merupakan seorang perawan, mendapat petunjuk dari Roh Kudus, utusan Tuhan, bahawa beliau bakal mengandungkan Jesus (Isa) walaupun beliau seorang perawan.

Namun begitu dalam Islam, Maryam tidak dianggap sama sekali sebagai "Bonda Tuhan" atau "Ratu Syurga" seperti mana dalam kepercayaan Kristian. Hal ini kerana umat Islam mempercayai Maryam adalah hanya seorang wanita biasa dan manusia hamba Allah yang terlalu suci dan semulia-mulia wanita di sisi Allah yang amat dikasihi oleh Allah kerana akhlak dan peribadinya. Islam juga menganggap Isa Al-Masih (Jesus) adalah Rasul Allah dan Nabi Besar kepada Kaum Bani Israel yang membawa Kitab Injil .

Maryam sering diagungkan di kalangan orang Kristian, khususnya dalam lingkungan Gereja Roman Katolik dan Gereja Ortodoks. Islam juga sangat menghormatinya. Bidang keagamaan Kristian yang berkait dengannya disebut Mariologi. Pesta kelahiran Maryam dirayakan di kalangan Gereja Ortodoks, Gereja Roman Katolik, dan Anglikan pada 8 September. Gereja Ortodoks dan Gereja Roman Katolik juga mempunyai banyak hari perayaan lainnya untuk menghormati Maryam.

Gelaran Maryam sunting

Gelaran-gelaran Maryam yang sering digunakan antaranya termasuklah, "Maryam perawan yang diberkati" atau "Bonda kita" (Notre Dame, Nuestra Señora, Madonna).

Dalam Gereja Ortodoks dan tradisi-tradisi Timur dalam Gereja Roman Katolik, Maryam sering digelar Theotokos (Bonda Tuhan). Gelaran ini diiktiraf dalam Majlis Ekumenis III di Efesus pada tahun 431. Theotokos sering diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai "Bunda tuhan," atau lebih harafiah lagi "Yang Melahirkan tuhan." Makna Teologi yang terkandung dalam gelar ini adalah bahawa putera Maria, Yesus, adalah sepenuhnya tuhan dan sepenuhnya manusia, dan bahawa dua sifat Yesus (Illahi dan insani) dipersatukan dalam satu Pribadi tunggal.(Walaubagaimanapun Muslim sama sekali tidak mempercayai Teologi Kristian seperti diatas)

Catatan sejarah Kristian sunting

Maryam dalam Perjanjian Baru sunting

Sedikit yang diketahui mengenai riwayat hidup Maryam @ Maria dari Perjanjian Baru. beliau adalah kerabat saudara dari Elisabeth, isteri dari Imam Zakaria anggota golongan Imam Abiyah. Elisabeth sendiri seorang keturunan Harun (Lukas 1:5; 1:36).

Maria menetap di Nazareth di Galilee, kemungkinan bersama dengan kedua orang tuanya, dan sementara itu telah dipertunangkan dengan Yusuf dari Keluarga Daud (Lukas 1:26). segelintir para Apologis Kristian berpendapat bahawa Maria, sebagaimana Yusuf, juga adalah seorang keturunan Raja Daud. Selama masa pertunangan mereka – yakni tahap pertama sebelum pernikahan Yahudi; selama masa tersebut, pasangan yang dipertunangkan tidak diperbolehkan sama sekali untuk berdua-duaan. Ketika itu, Malaikat Gabriel mewartakan kepadanya bahawa dia akan menjadi ibu kepada Messiah yang dijanjikan itu dengan cara mengandungnya melalui Roh Kudus (Lukas 1:35). Ketika Yusuf diberitahukan mengenai kehamilan Maria dalam sebuah mimpi oleh "seorang malaikat Tuhan", dia terkejut; namun malaikat itu berpesan agar Yusuf tidak gentar dan mengambil Maria sebagai isterinya. Yusuf mematuhinya dengan secara rasmi melengkapi ritual pernikahan itu (Matius 1:18-25).

Kerana malaikat telah memberitahukan Maria bahawa Elizabeth, yang sebelumnya mandul, kini secara ajaib telah mengandung, Maria lalu segera mengunjungi kerabatnya itu, yang tinggal bersama suaminya Zakaria di sebuah kota Yudea "di daerah perbukitan" (kemungkinan di Yuttah, Yosua 15:55; 21:16, bersebelahan dengan Maon, sekitar 160 km dari Nazareth) (Lukas 1:39). Begitu Maria tiba dan menyalami Elizabeth, Elizabeth dengan segera menyatakan Maria sebagai "ibu dari Tuhannya", dan memberinya sebuah kidung ungkapan syukur (Lukas 1:46-56; bdk. 1 Samuel 2:1-10) yang umum dikenal sebagai Magnificat. Tiga bulan sesudahnya, tampaknya sebelum kelahiran Yohanes Pembaptis, Maria pulang ke rumahnya (Lukas 1:56-57). Ketika kehamilan Maria sendiri makin membesar, tiba sebuah dekrit dari kaisar Romawi Augustus (Lukas 2:1) yang menitahkan agar Yusuf dan sanak keluarganya pergi ke Bethlehem (lih. Micah 5:2), sekitar 80 atau 90 mil (kurang lebih 130 km) dari Nazareth, untuk mengikuti sensus. Ketika mereka berada di Bethlehem, Maria melahirkan putera sulungnya; namun kerana tidak ada tempat bagi mereka di penginapan (tempat bernaung yang disediakan bagi orang-orang asing, lih. Lukas 2:6,7), dia harus menggunakan sebuah palungan, atau tempat makan haiwan, sebagai buaian bayi.

Sesudah delapan hari, anak itu disunat dan dinamai Yesus, menurut instruksi yang diberikan oleh "malaikat Tuhan" kepada Yusuf setelah Maria menerima pengistiharan, kerana nama ini menunjukkan bahawa "dia [akan] menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka" (Matius 1:25, Lukas 2:21; bdk. Matius 1:21). Upacara-upacara tradisional tersebut dilanjutkan dengan penyerahan Yesus kepada Tuhan di Bait Allah di Jerusalem sesuai dengan aturan hukum bagi anak-anak sulung, kemudian kunjungan orang-orang majus, pengungsian keluarga itu ke Mesir, kembalinya mereka dari sana setelah mangkatnya Raja Herodes Agung sekitar tahun 2 atau 1 Sebelum Masehi, dan menetap di Nazareth (Matius 2). Maria tampaknya menetap di Nazareth selama kira-kira tiga puluh tahunan tanpa peristiwa-peristiwa istimewa. Dia terlibat dalam satu-satunya peristiwa di awal kedewasaan Yesus yang tercatat dalam Perjanjian Baru: pada usia dua belas tahun, Yesus terpisah dari orang tuanya dalam perjalanan pulang mereka dari perayaan Paskah di Jerusalem lalu ditemukan di tengah para guru di Bait Allah (Lukas 2:41-52). Kemungkinan besar antara peristiwa tersebut sampai dengan permulaan tampilnya Yesus ke depan umum, Maria menjadi janda, kerana Yusuf tidak disebut-sebut lagi.

Setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dan diganggu oleh iblis di padang gurun, Maria hadir ketika Yesus mengerjakan mukjizat pertamaNya di hadapan umum pada pesta pernikahan di Kana dengan mengubah air menjadi anggur berkat perantaraan Maria (Yohanes 2:1-11). Selanjutnya dalam beberapa peristiwa Maria hadir bersama "saudara-saudara" (Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas) serta "saudari-saudari" Yesus yang tidak disebutkan nama-namanya (Matius 13:54-56; Markus 6:3; Kisah Para Rasul 1:14; . Maria juga dilukiskan hadir pada peristiwa penyaliban Yesus, berdiri di dekat "murid yang dikasihi Yesus" bersama saudarinya Maria Klopas (kemungkinan besar Maria Klopas adalah orang yang sama dengan Maria ibu Yakobus muda dan Yusuf yang disebutkan dalam Matius 27:55, bdk. Mark us 15:40), serta Maria Magdalena (Yohanes 19:25-26). Pada daftar itu Matius 27:55 menambahkan "ibu anak-anak Zebedeus", yang didakwa bernama Salome yang disebut-sebut dalam Markus 15:40, serta wanita-wanita lain yang telah mengikuti Yesus dari Galilee dan melayaniNya (disebutkan dalam Injil Matius dan Markus). Maria, menggendong jenazah puteranya, meskipun tidak tertulis dalam injil, merupakan motif yang umum dalam seni, yang disebut "pietà" atau "kesalehan".

Menurut Kisah Para Rasul, sesudah kenaikan Yesus ke syurga, lebih kurang 120 orang berkumpul di Kamar Atas pada peristiwa terpilihnya Matias untuk mengisi posisi Rasul yang ditinggalkan Yudas Iskariot, di mana Maria adalah satu-satunya orang yang disebutkan namanya selain ke-12 rasul (Kis. 1:12-26, khususnya ayat 14, meskipun disebutkan dalam ayat ini bahwa saudara-saudara Yesus juga hadir). Sejak peristiwa ini, namanya menghilang dari Alkitab, meskipun beberapa golongan Kristiani yang meyakini bahawa Maria sekali lagi digambarkan sebagai Wanita syurgawi dalam Wahyu (Wahyu 12:1).

Kematiannya tidak tercatat dalam Alkitab Injil.

Tulisan dan tradisi Kristian selanjutnya sunting

Menurut Injil Yakobus, meskipun bukanlah bahagian dari Kitab Perjanjian Baru, berisi materi biografi mengenai Maryam yang dianggap "dapat dipercayai" oleh beberapa kalangan Kristian Ortodoks dan Katolik, Maryam adalah puteri dari Yehoyaqim dan Hana. Sebelum mengandung janin Maryam, Hana mandul, dan kedua orang tua Maryam sudah berusia lanjut ketika dia dikandung. Mereka membawa Maryam untuk tinggal di Bait Allah di Jerusalem ketika umurnya baru tiga tahun, sangat mirip dengan peristiwa Hana membawa Samuel untuk tinggal di Tabernakel, sebagaimana yang tercatat dalam Kitab Perjanjian Lama (Tanakh, Alkitab Ibrani).

Menurut tradisi Katolik Romawi dan Ortodoks Timur, antara tiga sampai lima belas tahun sesudah kenaikan Kristus, di Jerusalem atau Efesus, Maria meninggal dunia; disaksikan para rasul Kristus. Selanjutnya, ketika para rasul membuka makamnya, ternyata kosong, sehingga mereka menyimpulkan bahawa dia telah diangkat secara badaniah ke Syurga. ("Makam Maria" - sebuah makam di Jerusalem diyakini sebagai makam Maria, namun makam itu baru dikenal pada abad ke-6.)Namun mengikut sesetengah pendapat dikatakan 4 hingga 5 tahun selepas kematian Yesus (atau keangkatannya ke langit Syurga). Saint John telah membawa Maryam ke Efesus untuk dilindungi dan dimakamkan di dalam sebuah Biara kecil yang digelar “The House of Virgin Mary” (dikatakan binaan asal oleh Saint John).Biara ini terletak diatas Mount Koressos (Bulbul Dagi) dan tingginya 420 meter dari paras laut.

Kisah Maryam menurut Islam sunting

 
Seni khat nama Maryam binti Imran

Maryam yang disebut-sebut dalam kisah Zakaria adalah anak tunggal dari Imran (Yehoyaqim menurut Kristian) seorang daripada pemuka-pemuka dari Ulama Bani Israel. Ibunya Hana ialah saudara ipar kepada Nabi Zakaria a.s. adalah seorang perempuan yang mandul yang sejak bersuamikan Imran belum merasa berbahagia jika belum memperoleh anak. Ia merasa hidup tanpa anak adalah sunyi dan membosankan. Ia sangat mendambakan keturunan untuk menjadi pengikat yang kuat dalam kehidupan bersuami-isteri, penglipur duka dan pembawa suka di dalam kehidupan keluarga. Ia sangat inginkan keturunan sehingga bila ia melihat seorang ibu menggandung bayinya atau burung memberi makan kepada anaknya, ia merasa iri hati dan terus menjadikan kenangan yang tak kunjung lepas dari ingatannya.

Tahun demi tahun berlalu, usia makin hari makin lanjut, namun keinginan tetap tinggal keinginan dan idam-idaman tetap tidak menjelma menjadi kenyataan. Berbagai cara dicubanya dan berbagai nasihat dan petunjuk orang diterapkannya, namun belum juga membawa hasil. Dan setelah segala daya upaya yang bersumber dari kepandaian dan kekuasaan manusia tidak membawa buah yang diharapkan, sedarlah isteri Imran bahawa hanya Allah tempat satu-satunya yang berkuasa memenuhi keinginannya dan sanggup mengurniainya dengan seorang anak yang didambakan walaupun rambutnya sudah beruban dan usianya sudah lanjut. Maka ia bertekad membulatkan harapannya hanya kepada Allah bersujud siang dan malam dengan penuh khusyuk dan kerendahan hati bernadzar dan berjanji kepada Allah bila permohonannya dikalbulkan, akan menyerahkan dan menghibahkan anaknya ke Baitulmaqdis untuk menjadi pelayan, penjaga dan memelihara Rumah Suci(Bait Allah) itu dan sesekali tidak akan mengambil manfaat dari anaknya untuk kepentingan dirinya atau kepentingan keluarganya.

Harapan isteri Imran yang dibulatkan kepada Allah tidak tersia-sia. Allah telah menerima permohonannya dan mempersembahkan doanya sesuai dengan apa yang telah disuratkan dalam takdir-Nya bahwa dari suami isteri Imran akan diturunkan seorang Nabi besar (Rasullullah). Maka tanda-tanda permulaan kehamilan yang dirasakan oleh setiap perempuan yang mengandung tampak pada isteri Imran yang lama kelamaan merasa gerakan janin di dalam perutnya yang makin membesar. Alangkah bahagia si isteri yang sedang hamil itu, bahawa idam-idamannya itu akan menjadi kenyataan dan kesunyian rumah tangganya akan terpecahlah bila bayi yang dikandungkan itu lahir. Ia bersama suami mulai merancang apa yang akan diberikan kepada bayi yang akan datang itu. Jika mereka sedang duduk berduaan tidak ada yang diperbincangkan selain soal bayi yang akan dilahirkan. Suasana suram sedih yang selalu meliputi rumah tangga Imran berbalik menjadi riang gembira, wajah sepasang suami isteri Imran menjadi berseri-seri tanda suka cita dan bahagia dan rasa putus asa yang mencekam hati mereka berdua berbalik menjadi rasa penuh harapan akan hari kemudian yang baik dan cemerlang.

Akan tetapi sangat benarlah kata mutiara yang berbunyi: "Manusia merancang, Tuhan menentukan. Imran yang sangat dicintai dan sayangi oleh isterinya dan diharapkan akan menerima putera pertamanya serta mendampinginya dikala ia melahirkan, tiba-tiba direnggut nyawanya(Imran) oleh Malaikat Izrail (Malaikat Maut) dan meninggallah isterinya seorang diri dalam keadaan hamil tua, pada saat mana biasanya rasa cinta kasih sayang antara suami isteri menjadi makin mesra. Rasa sedih kerana ditinggalkan oleh suami yang disayangi selamanya bercampur dengan rasa sakit dan letih yang didahului kelahiran si bayi, menimpa isteri Imran di saat-saat dekatnya masa melahirkan. Maka setelah segala persiapan untuk menyambut kedatangan bayi telah dilakukan dengan sempurna lahirlah ia dari kandungan ibunya yang malang menghirup udara bebas. Agak kecewalah si ibu janda Imran setelah mengetahui bahawa bayi yang lahir itu adalah seorang puteri sedangkan ia menanti seorang putera yang telah dijanjikan dan bernadzar untuk dihibahkan kepada Baitulmaqdis. Dengan nada kecewa dan suara sedih berucaplah ia seraya menghadapkan wajahnya ke atas: "Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan seorang puteri, sedangkan aku bernadzar akan menyerahkan seorang putera yang lebih layak menjadi pelayan dan pengurus Baitulmaqdis. Allah akan mendidik puterinya itu dengan pendidikan yang baik dan akan menjadikan Zakaria, iparnya dan bapa saudara Maryam sebagai pengawas dan pemeliharanya.

Demikianlah maka tatkala Maryam diserahkan oleh ibunya kepada pengurus Baitulmaqdis, para rahib berebutan masing-masing ingin ditunjuk sebagai wali yang bertanggungjawab atas pengawasan dan pemeliharaan Maryam. Dan kerana tidak ada yang mahu mengalah, maka terpaksalah diundi diantara mereka yang akhirnya undian jatuh kepada Zakaria sebagaimana dijanjikan oleh Allah kepada ibunya. Tindakan pertama yang diambil oleh Zakaria sebagai petugas yang diwajibkan menjaga keselamatan Maryam ialah menjauhkannya dari keramaian sekeliling dan dari jangkauan para pengunjung yang tiada henti-hentinya berdatangan ingin melihat dan menjenguknya. Ia ditempatkan oleh Zakaria di sebuah kamar di atas loteng Baitulmaqdis yang tinggi yang tidak dapat dicapai melainkan dengan menggunakan sebuah tangga. Nabi Zakaria merasa bangga dan bahagia beruntung memenangkan undian memperolehi tugas mengawasi dan memelihara Maryam secara sah adalah anak saudaranya sendiri. Ia mencurahkan cinta dan kasih sayangnya sepenuhnya kepada Maryam untuk menggantikan anak kandungnya yang tidak kunjung datang. Tiap ada kesempatan ia datang menjenguknya, melihat keadaannya, mengurus keperluannya dan menyediakan segala sesuatu yang membawa ketenangan dan kegembiraan baginya. Tidak satu hari pun Zakaria pernah meninggalkan tugasnya menjenguk Maryam.

Rasa cinta dan kasih sayang Zakaria terhadap Maryam sebagai anak saudara isterinya yang ditinggalkan ayahnya meningkat menjadi rasa hormat dan takzim tatkala terjadi suatu peristiwa yang menandakan bahawa Maryam bukanlah gadis biasa sebagaimana gadis-gadis yang lain, tetapi ia adalah wanita pilihan Allah untuk suatu kedudukan dan peranan besar di kemudian hari.

Pada suatu hari tatkala Zakaria datang sebagaimana biasa, mengunjungi Maryam, ia mendapatinya lagi berada di mihrabnya tenggelam dalam ibadah berzikir dan bersujud kepada Allah. Ia terperanjat ketika pandangan matanya menangkap hidangan makanan berupa buah-buahan musim panas terletak di depan Maryam yang lagi bersujud. Ia lalu bertanya dalam hatinya, dari manakah gerangan buah-buahan itu datang, padahal mereka masih lagi berada pada musim dingin dan setahu Zakaria tidak seorang pun selain dari dirinya yang datang mengunjungi Maryam. Maka ditegurlah Maryam tatkala setelah selesai ia bersujud dan mengangkat kepala: "Wahai Maryam, dari manakah engkau memperolehi rezeki ini, padahal tidak seorang pun mengunjungimu dan tidak pula engkau pernah meninggalkan mihrabmu? Selain itu buah-buahan ini adalah buah-buahan musim panas yang tidak dapat dibeli di pasar dalam musim dingin ini." Maryam menjawab: "Inilah peberian Allah kepadaku tanpa aku berusaha atau minta. Dan mengapa engkau merasa hairan dan takjub? Bukankah Allah Yang Maha Berkuasa memberikan rezekinya kepada sesiapa yang Dia kehendaki dalam bilangan yang tidak ternilai besarnya?" Demikianlah Allah telah memberikan tanda pertamanya sebagai mukjizat bagi Maryam, gadis suci, yang dipersiapkan oleh-Nya untuk melahirkan seorang Nabi Besar yang bernama Isa Al-Masih ibn Maryam sebuah nama yang indah yang diberi oleh Allah.

Kisah lahirnya Maryam dan pemeliharaan Zakaria kepadanya dapat dibaca dalam al-Quran Surah Ali Imran ayat 35 hingga 37 dan 42 hingga 44.

Untuk melihat kisah kelahiran Nabi Isa oleh Maryam klik sini: Nabi Isa a.s.

Kisah Maryam dihantar ke Baitulmaqdis sunting

Pada suatu malam yang sunyi, Maryam dibawa ke Baitulmaqdis oleh ibunya, Hannah."Aku serahkan anakku ini kepada tuannya. Sebelum ini aku sudah bernazar untuk menyerahkan anakku menjadi hamba abdi di rumah suci ini," kata Hannah kepada pendeta-pendeta di situ.

"Baiklah, kami akan menjaga anakmu ini," balas pendeta-pendeta tersebut.

Setelah Hannah pulang, tinggallah Maryam di tempat suci itu. Ramai pendeta berebut untuk memelihara Maryam.

Pelbagai alasan diberi mereka agar dapat mengasuh Maryam. Pendeta yang paling tegas sekali ialah Nabi Zakaria a.s.. Baginda menyatakan bahawa baginda mempunyai hubungan kekeluargaan dengan keluarga Imran, iaitu keluarga Maryam.

Semua pendeta tidak mahu mengalah. Mereka sepakat membuang pensel masing-masing ke dalam sungai. Pensel siapa yang tidak tenggelam, maka dialah yang berhak menjaga Maryam.

Hanya pensel Nabi Zakaria sahaja yang tidak tenggelam. Maka Maryam pun diserahkan kepada Nabi Zakaria. Nabi Zakaria memelihara Maryam dengan penuh kasih sayang dan dijaga seperti anaknya sendiri.

Suatu hari, Nabi Zakaria ke bilik Maryam. Baginda terkejut apabila melihat sedulang makanan berada di depan pintu bilik Maryam. Baginda pun segera bertanya kepada Maryam: "Dari mana datangnya makanan ini semua?"

"Makanan ini adalah daripada Allah. Allah memberi rezeki kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab," balas Maryam.

Melihat kepada keperibadian Maryam yang mulia itu, Nabi Zakaria berharap agar baginda juga dikurniakan cahaya mata. Allah telah mengkabulkan doa Nabi Zakaria.

Isteri baginda yang sudah tua itu pun mengandung. Nabi Zakaria sungguh gembira apabila dikurniakan seorang anak lelaki. Anak itu diberi nama Yahya. Yahya adalah salah seorang nabi Allah.

Maryam terus membesar menjadi seorang wanita soleh yang amat dihormati. Beliau amat suci dan menjadi contoh kepada semua orang lain. Maryam juga merupakan seorang perempuan yang sangat mulia.

Beliau amat taat dalam melaksanakan perintah Allah dan sentiasa menjauhi perbuatan maksiat dan dosa. Setiap hari yang dilaluinya dihabiskan untuk beribadat kepada Allah.

Sebagai memenuhi syarat ibu Maryam serta menunaikan nazar ketika beliau mengandungkan Maryam dahulu, Maryam diletakkan di sebuah biara di dalam Masjid al-Aqsa. Di sanalah beliau menumpukan ibadah kepada Allah SWT.

Kesucian beliau terpelihara kerana beliau tidak pernah keluar dari biliknya apatah lagi untuk dilihat dan disentuh oleh mana-mana lelaki.

Tempat persemadian sunting

 
Rumah biara yang dianggap sebagai tempat terakhir untuk Maryam beribadat dan tempat dimana jasad Maryam dikebumikan oleh penduduk tempatan yang terdiri dikalangan mereka yang beragama Islam atau Kristian.

Berdekatan dengan Gunung Pion di Efesus, Turki, di sana juga terletaknya sebuah gunung yang tinggi disebut Gunung Koressos. Di atasnya dikatakan teletaknya sebuah biara kecil yang bermihrab dan bumbungnya berkubah dikatakan tempat terakhir bagi Maryam beribadah dan bertahannuth kepada Allah selepas anak tunggalnya Nabi Isa diangkat oleh Allah ke langit. Jenazah beliau juga disemadikan didalam biara tersebut di tempat sujudnya dibawah mihrabnya. Setiap tahun dikatakan banyak pelancong yang kebanyakannya terdiri daripada penganut yang beragama Islam dan Kristian memanjat gunung tinggi ini semata-mata untuk melawat dan berdoa kepada Allah untuk mengharapkan kesejahteraan Maryam, khususnya pada tarikh 15 Ogos setiap tahun, yang dipercayai sebagai tarikh kematian Maryam.

Kelebihan di kawasan Biara. sunting

Pada sekitar tahun 1774 sehingga 1824 seorang wanita Nun(Biarawati) German yang bernama Anna Katherina Emmerich telah tinggal di biara itu untuk menghabiskan sepenuh masa hidupnya untuk berkhidmat dan beribadah di biara tersebut. Beliau dikatakan telah berkomunikasi dengan Maryam sehinggakan pengalamannya itu telah menerbitkan sebuah buku yang bertajuk “The Life of Virgin Mary”.

Pada tahun 1891, Paderi Lazarus telah menjumpai suatu sudut kawasan dalam biara itu yang dikatakan tempat Maryam menghabiskan hari dan masa terakhir kehidupannya berpandukan kisah Anna dan Maryam yang tercatat dalam buku itu.

Dikatakan juga sekitar biara itu dikelilingi dengan taman bunga yang terdapatnya 1 berhala Maryam dan sebuah pancur air yang dikatakan mampu mengubati kesakitan. Terdapat juga kolam yang terletak 100 meter di luar biara (Huseyin Cimrin, Ancient Ephesus (English),page: 75-77, Guney Books, 1 edition: 1996.80 pages, softcover,;: Publication and Distribution by; Guney Kartpostal Veturistik Yayincilik,Turkey).

WaAllahu A’lam.

Maryam dalam agama bukan Samawi sunting

Beberapa penganut agama-agama non-Abrahamik (non-Samawi), khususnya para penganut agama Wicca, menghubung-hubungkan Maria dengan Ibu Pertiwi dalam pelbagai tradisi Neo-pagan. Beberapa umat Buddha bahkan pernah menghubung-hubungkan Maria dengan Kwan-Yin, Bodhisattva Welas-Asih yang dihormati oleh berbagai sekte Buddha di Tiongkok. Para penganut agama Santeria menganggap Maria (sebagai Bunda Maria dari Regla) adalah Dewi Yemaja, dan Maria (sebagai "Virgen de la Caridad del Cobre") adalah Dewi Oshun. Tapi bagaimanapun, anggapan dan pandangan perihal Maria secara tepat hanya bisa dilihat dari sudut pandang agama Islam yang mendudukkan Maryam yang tidak lebih dari makhluk ciptaan Tuhan yang sangat mulia, terpuji di antara wanita, memiliki posisi yang istimewa di mata Tuhan ( Rosululloh SAW bersabda : Penghulu wanita penghuni surga ada empat : Fathimah, Maryam, Khodijah dan Asiah), namun tetaplah bukan seorang dewi atau pun makhluk setengah Tuhan. Ia tetap manusia biasa yang berkenan di mata Tuhan.

Maryam dan Shakespeare sunting

Pada abad ke-16 di Inggris, penghormatan terhadap Maria menjadi sebuah isu sentral dalam kontroversi umum menyangkut makna ayat-ayat Kitab Suci, citra-citra religius, dan praktek-praktek religius dalam kehidupan Kristiani. Beberapa tokoh terkemuka di Inggris pada abad ke-16 menganggap ziarah ke tempat-tempat ziarah yang didirikan untuk menghormati Maria serta berdoa rosario itu tidak-Alkitabiah, "takhyul", dan/atau pemberhalaan. Sejak tahun 1535 sampai 1538, di bawah perintah Raja Henry VIII, seluruh tempat-tempat ziarah Kristiani di Inggris dihancurkan karena para reformer Protestan percaya bahwa tempat-tempat itu berpengaruh buruk terhadap kerohanian masyarakat. Banyak dari tempat-tempat ziarah yang dihancurkan tersebut adalah tempat-tempat ziarah yang didirikan untuk menghormati Maria, di antaranya adalah tempat ziarah Our Lady of Walsingham yang sangat populer, serta berbagai pusat ziarah lainnya di Ipswich, Worcester, Doncaster, dan Penrise. Tempat ziarah Our Lady of Walsingham telah diziarahi oleh dua dari kelima isteri Henry, yakni Catherine Aragon dan Anne Boleyn. Kedua wanita itu juga wafat sekitar waktu penghancuran tempat ziarah tersebut pada tahun 1538. Pada saat yang sama, "Maria" atau "Mary" dalam Bahasa Inggris secara dramatis kian populer sebagai nama yang diberikan untuk bayi-bayi perempuan di Inggris pada abad ke-16. Sekitar tahun 1500, di Warwick County, Inggris, mungkin hanya ada 1% bayi perempuan yang diberi nama Mary. Sekitar tahun 1600, jumlah bayi perempuan yang diberi nama Mary meningkat hingga sekitar 10%.[1] Perubahan ini terasa luar biasa, mengingat adanya upaya ekstensif dari pemerintah pada masa itu untuk menghilangkan sama sekali penghormatan terhadap citra-citra Maria, dan untuk mengarahkan peribadatan Kristiani kepada kata-kata yang tertulis.

William Shakespeare memiliki apresiasi yang kuat terhadap kontroversi menyangkut "Maria" dalam kehidupan Kristiani. Kesadaran akan kaitan antara kata-kata serta citra-citra, dan para pemeran, bayang-bayang, serta tokoh-tokoh yang sesungguhnya, senantiasa muncul dalam karya Shakespeare. Drama Romeo and Juliet, Bagian ke-1, Babak ke-5, berisi sebuah dialog, disusun secara formal dalam bentuk sebuah soneta, yang menggunakan peziarahan ke tempat ziarah Maria untuk mengungkapkan usaha Romeo untuk merayu Juliet. Babak terakhir dari The Winter's Tale berisi instruksi-instruksi dari Paulina, yang menempatkan Perdita dalam posisi untuk meminta pada patung Hermione agar mendoakannya, mirip dengan peziarah di tempat-tempat ziarah Maria yang berdoa di depan sebuah citra Maria. Menurut beberapa kritikus, huru-hara menyangkut Maria dalam sejarah Inggris pada abad ke-16 sangat erat kaitannya dengan perkembangan teater Shakespeare.

Penggambaran sunting

Maria telah digambarkan dalam beberapa film:

  • Linda Darnell, The Song of Bernadette, 1943
  • Angela Clarke, The Miracle of Our Lady of Fatima, 1951
  • Siobhán McKenna, King of Kings, 1961
  • Olivia Hussey, Jesus of Nazareth, 1977
  • Verna Bloom, The Last Temptation of Christ, 1988
  • Maia Morgenstern, The Passion of the Christ, 2004
  • Keisha Castle-Hughes, The Nativity Story, 2006

Lihat juga sunting

Nota sunting

  1. ^ lebih digunakan umat Islam, adakala ditambah gelaran "Siti" (yakni سيتي مريمSiti Maryam) di Nusantara
  2. ^ lebih digunakan umat Kristian

Rujukan sunting

  1. ^ bdk. Matius 1:18-20, Lukas 1:35
  2. ^ Mary and Angels, Reading Islam
  • Petikan daripada buku Untaian 366 kisah-kisah daripada al-Quran terbitan Edusystem Sdn. Bhd.

Bacaan lanjut sunting

  • Orestes Brownson, Saint Worship and the Worship of Mary, Sophia Institute Press, 2003, ISBN 1-928832-88-1
  • Chantal Epie, The Scriptural Roots of Catholic Teaching, Sophia Institute Press, 2002, ISBN 1-928832-53-9
  • William A. Jurgens, The Faith of the Early Fathers
  • Jaroslav Pelikan, Mary Through the Centuries: Her Place in the History of Culture, Yale University Press, 1998, hardcover, 240 pages ISBN 0-300-06951-0; trade paperback, 1998, 240 pages, ISBN 0-300-07661-4
  • Huseyin Cimrin, Ancient Ephesus (English), Guney Books, 1 edition: 1996.80 pages, softcover,;: Publication and Distribution by; Guney Kartpostal Veturistik Yayincilik,Turkey.