Gorontalo

provinsi di Indonesia
(Dilencongkan dari Provinsi Gorontalo)

Gorontalo atau dalam bahasa tempatan disebut Hulontalo adalah sebuah negeri yang berada di pulau Sulawesi sebelah utara. dahulunya Gorontalo merupakan sebuah Kabupaten (Melayu: Majlis Daerah) dibawah pentadbiran provinsi Sulawesi Utara sebelum akhirnya dinaiktaraf sebagai Negeri berdiri sendiri pada 5 Disember 2000.

Gorontalo
Negeri Gorontalo
Hulontalo
Negeri
Pemerintah Provinsi Gorontalo
Searah jarum jam : Patung B.J. Habibie di Gorontalo, Tasik Limboto, Pulau Saronde, Benteng Otanaha
Bendera Gorontalo
Mohor rasmi Gorontalo
Nama panggilan: Bumi Serambi Medinah
(bahasa Inggeris: Medina Porch)
Cogan kata: Adati Hula-hula'a to Sara'a, Sara'a hula-hula'a to Kuru'ani
(bahasa Inggeris: Tradition rooted in the Sharia, the Sharia rooted in the Quran)
Lokasi Gorontalo di Indonesia
Lokasi Gorontalo di Indonesia
Koordinat: 0°40′N 123°00′E / 0.667°N 123.000°E / 0.667; 123.000Koordinat: 0°40′N 123°00′E / 0.667°N 123.000°E / 0.667; 123.000
Negara Indonesia
Ditubuhkan1964, sebagai bahagian wilayah negeri Sulawesi Utara
Dinaiktaraf sebagai Negeri5 Disember 2000
Ibu Negeri Gorontalo
Kerajaan
 • JenisKerajaan Negeri
 • GovernorRusli Habibie (Golkar)
 • Timbalan GabernorIdris Rahim
Keluasan
 • Jumlah12.435 km2 (4.801 batu persegi)
Penduduk
 (2016)[2]
 • Jumlah1.133.237[1]
Demographics
 • EtnikGorontalo,Antinggola, Bolango, Suwawa, Mongondow
 • Agama (2017)Islam 97,38%
Kristen 2,16%
Protestan 1,94%
Katolik 0,22%
Hindu 0,37%
Buddha 0,08%
Konghucu 0,01%[3]
 • BahasaIndonesian (official)
Gorontalo (regional)
Zon waktuUTC+08 (Indonesia Central Time)
Kod Kawasan+62 (435)
Pendaftaran kenderaanDM
Laman sesawangwww.gorontaloprov.go.id

Sejarah sunting

Kira-kira 400 tahun lalu (abad ke-16), Gorontalo yang terletak di Teluk Tomini terkenal sebagai sebuah pusat pendidikan dan perdagangan di wilayah berjirannya, seperti Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara), Buol, Tolitoli, Donggala, dan Luwuk Banggai (Sulawesi Tengah), bahkan hingga ke Sulawesi Tenggara.

Kerana lokasinya yang strategik, Belanda menjadikan Gorontalo sebagai sebuah pusat pemerintahan yang disebut "Kepala Daerah Afdeling Sulawesi Utara Gorontalo". Lingkup pemerintahannya mencakup seluruh Gorontalo, Buol Tolitoli, Donggala, dan Bolaang Mongondow.

Sebelum masa penjajahan Belanda, daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo. Seluruh kerajaan tersebut tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut "Pohalaa". Pada waktu itu, wilayah Gorontalo terdiri daripada lima pohalaa, yakni Pohalaa Gorontalo, Pohalaa Limboto, Pohalaa Suwawa, Pohalaa Boalemo, dan Pohalaa Atinggola. Gorontalo memilki hukum adatnya yang sangat kuat dan secocok dengan syariat Islam yang dinamai "Adat Bersendikan Syarak dan Syarak Bersendikan Kitabullah (Al-Quran)" sehingga Gorontalo menjadi salah satu daerah hukum adat di Indonesia, yakni daerah hukum adat ke-19.

Antara kelima-lima pohalaa tersebut, yang paling menonjol ialah Pohalaa Gorontalo. Itulah sebabnya pada tahun 1942, daerah "Limo lo Pohalaa" tersebut berada dalam wilayah kekuasaan seorang Pembantu Residen, di samping pemerintahan tradisional.

Pada tahun 1889, pemerintahan Gorontalo beralih menjadi pemerintahan langsung Belanda yang dikenali dengan nama "Rechtatreeks Bestuur". Pada tahun 1911, terjadi perubahan struktur pemerintahan, dengan daerah Gorontalo dibahagikan kepada tiga Onder Afdeling, yakni: Afdeling Kwandang, Afdeling Gorontalo, dan Afdeling Boalemo. Selanjutnya pada tahun 1920, wilayah Gorontalo dibahagikan pula menjadi lima buah daerah, yakni Daerah Kwandang, Limboto, Bone, Gorontalo, dan Boalemo. Wilayah Gorontalo sekali lagi dibahagikan menjadi tiga buah afdeling pada tahun 1922, yakni: Afdeling Gorontalo, Boalemo, dan Buol. Sistem pemerintahan ini berlangsung hingga meletusnya Perang Dunia II (1939-1942).

Sebelum Republik Indonesia mengisytiharkan kemerdekaannya pada 17 Ogos 1945, rakyat Gorontalo yang dipelopori pejuang negara, Mahaputra Nani Wartabone, berhasil merebut kekuasaan dan mengisytiharkan Kemerdekaan Republik Indonesia dari Bumi Kerawang Gorontalo pada 23 Januari 1942 yang sekaligus membentuk pemerintahan sendiri. Sang Merah Putih berkibar dan lagu Indonesia Raya pun bergema dari Bumi Kerawang Gorontalo. Rakyat Gorontalo mampu mencatatkan dirinya sebagai setia negarawan sejati yang mampu menggetarkan bumi persada, dan mengusir Belanda dari Bumi Gorontalo. Pemerintahan ini berlangsung selama dua tahun hingga tahun 1944.

Pada masa pergolakan Permesta di Sulawesi Utara dalam pertengahan tahun 1957, masyarakat Gorontalo di bawah pimpinan Nani Wartabone menyatakan kesetiaannya terhadap Negara Kesatuan RI dan menolak sebarang penggabungan dengan Permesta. Nani Wartabone tampil dengan semboyan "Sekali ke Yogya Tetap ke Yogya", yang membawa pengeritan "Sekali Indonesia, Tetap Indonesia".

Setelah Perisytiharan 17 Ogos 1945, Gorontalo menjadi sebahagian wilayah Provinsi Sulawesi yang berpusat di Makassar. Kemudian pada akhir tahun 1949, seiring dengan pengakuan kedualatan RI oleh Belanda yang menyebabkan Negara RI diubah menjadi sebuah negara persekutuan dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS), Gorontalo menjadi sebahagian Negara Indonesia Timur (NIT) yang juga berpusat di Makassar. Pada 17 Ogos 1950, RIS dibubarkan dan kembali ke bentuk NKRI.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nombor 11 Tahun 1953, Sulawesi Utara dijadikan sebagai daerah autonomi pada tahun 1953. Daerah Bolaang Mongondow dipisahkan menjadi daerah autonomi peringkat II pada tahun 1954, sehingga Sulawesi Utara hanya meliputi bekas kawasan Gorontalo dan Buol yang berpusat di Gorontalo.

Gorontalo sebagai provinsi sunting

Antara tahun 1964 hingga tahun 2000, wilayah Gorontalo yang terdiri daripada Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Boalemo menjadi sebahagian Provinsi Sulawesi Utara. Setelah DPR menyetujui RUU tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo melalui Undang-Undang Nombor 38 Tahun 2000 dalam Rapat Paripurna Tingkat IV (Pengambilan Keputusan Atas RUU Pembentukan Provinsi Gorontalo, 5 Disember 2000), maka wilayah Gorontalo berpisah daripada Provinsi Sulawesi Utara secara rasmi.

Upacara perasmian Provinsi Gorontalo diadakan di Lapangan Taruna Remaja Kota Gorontalo pada hari Jumaat, 16 Februari 2001, oleh Surjadi Soedirdja, Menteri Dalam Negeri dan Autonomi Daerah, yang sekaligus melantik Drs. Tursandi Alwi sebagai Gabenor Gorontalo.

Menjelang ulang tahun yang kedua, tepatnya pada 27 Januari 2003, Provinsi Gorontalo ketambahan dua buah kabupaten baru, yakni Kabupaten Bonebolango (mekaran dari Kabupaten Gorontalo) dan Kabupaten Pohuwato (mekaran dari Kabupaten Boalemo).

Provinsi Gorontalo lahir pada hari Selasa, 5 Disember 2000 (8 Ramadan 1421 Hijriah), dan menjadi provinsi ke-32 setelah pelulusan Rapat Paripurna Tingkat IV tentang Pengambilan Keputusan Atas RUU Pembentukan Provinsi Gorontalo disetujui oleh 10 Fraksi di DPR. Pembentukan Provinsi Gorontalo yang berdasarkan Undang-Undang Nombor 38 Tahun 2000 dimeterai oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada 22 Disember 2000 (25 Ramadan 1421 Hijriah).

Pada Jumaat, 16 Februari 2001 (22 Zulhijah 1421 Hijriah), Surjadi Soedirdja, Mendagri Autonomi Daerah, merasmikan Gorontalo menjadi provinsi Indonesia yang ke-32 di Lapangan Taruna Remaja Kota Gorontalo. Bersamaan dengan itu dilantik Drs. Tursandi Alwi sebagai Gabernor Gorontalo. Perasmian tersebut ditandai dengan pelepasan 32 ekor burung merpati sebagai tanda provinsi ke-32, ratusan belon, pemberian peruntukan dana umum (DAU) sebanyak Rp 45 miliar, serta sumbangan kepada para korban banjir. Banjir di Gorontalo tidak mengganggu perasmian Provinsi Gorontalo. Dalam sambutannya, Mendagri mengatakan bahawa pembentukan Provinsi Gorontalo merupakan suatu realisasi harapan masyarakat dan rakyat Gorontalo.

Pembentukan provinsi ini bertujuan untuk menyejahterakan rakyat, memajukan daerah, meningkatkan perkhidmatan kepada masyarakat, dan memperpendek rentang kendali yang selama ini terlalu jauh. Menurut Mendagri, pembentukan Provinsi Gorontalo ini tidak ada hambatan sejak awal lagi kerana Undang-Undang Nombor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah membenarkan pemekaran, penggabungan, dan penghapusan wilayah asalkan sesuatu daerah mempunyai aspirasi. Beliau berasa optimistik bahawa Gorontalo akan berkembang maju di Indonesia Timur kerana ia memiliki potensi dan sumber daya manusia yang bermutu.

Sebelumnya, Drs. Adolf Sondakh, gabenor Sulut, dalam sambutannya mengatakan bahawa rakyat di Provinsi Gorontalo harus tetap menjaga perpaduan. Meskipun sudah berpisah daripada Sulawesi Utara (provinsi induk), beliau berkata bahawa mereka tetap bersaudara. Pemerintah Sulawesi Utara akan tetap membantu daerah ini, katanya.

Geografi sunting

Provinsi Gorontalo terletak antara longitud 00° 24'04" - 01° 02'30" Utara dan latitud 120° 08'04" - 123° 32'09" Timur, dan disempadani oleh:

  • Kabupaten Buol dan Laut Sulawesi di utara;
  • Teluk Tomini di selatan;
  • Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara di timur; dan
  • Kabupaten Parigimoutong dan Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah di barat.

Wilayah Provinsi Gorontalo terdiri daripada:

Berdasarkan data terakhir Februari 2004, luasnya Provinsi Gorontalo 12,215.45 kilometer persegi, dengan jumlah penduduk sebanyak 899,653 orang (BPS Provinsi Gorontalo 2004) dan kepadatan penduduk sebanyak 73.62 orang/km².

Bahasa daerah sunting

Terdapat tiga bahasa di Gorontalo, iaitu bahasa Gorontalo, bahasa Suwawa dan bahasa Atinggola, dengan bahasa Gorontalo merupakan bahasa utama. Bagaimanapun pada saat ini, bahasa Gorontalo telah dipengaruhi oleh bahasa Indonesia sehingga kemurnian bahasa sudah susah didapati di Gorontalo.

  1. ^ Gorontalo, BPS. "Jumlah Penduduk". BPSP Gorontalo. Dicapai pada 3 February 2017.
  2. ^ "Gorontalo Profile" (Siaran akhbar). Statistics Indonesia. Diarkibkan daripada yang asal pada 24 Ogos 2007. Dicapai pada 27 Ogos 2007. Unknown parameter |deadurl= ignored (bantuan)
  3. ^ "Gorontalo Dalam Angka 2016"". Diarkibkan daripada yang asal pada 2017-08-08. Dicapai pada 2021-03-20.