Qital
Dalam kamus al-Munjid dinyatakan bahawa kata Qital merupakan bentuk mashdar dari fi’l qâtala, (qâtala, yuqâtilu, qitâl(an), qitâl[an], muqótalatan]) yang bererti perang. Qatalahu bererti hârabahu wa ‘âdâhu (memeranginya dan mengembalikannya)’.
Kata qital tercantum 12 kali pada sepuluh ayat dalam Al-Quran. Banyak ayat lain yang memuatnya dalam bentuk fi’l mâdhi, mudhâri’, amr (perintah), maupun nahi (larangan). Banyaknya ayat al-Quran yang memuat kata qitâl dan bentukannya menggugurkan pandangan sebagian kaum muslim bahawa Islam tidak berbicara tentang perang. Islam justeru membahas ketentuan Qital (perang) secara rinci.
Qital (perang) merupakan makna jihad secara syar’ie. Pengertian syar’ie dari jihad adalah al-qital fi sabilillâh bisyurâthihi (jihad adalah perang di jalan Allah dengan berbagai syarat [ketentuannya]) lebih lanjut ia menyatakan bahawa jika kata jihâd dinyatakan tanpa indikasi maka yang dimaksudkan adalah jihad dalam makna syar’ie, iaitu Qital (perang).
Sebahagian orang menyerukan agar perang dihentikan dan ditiadakan selama-lamanya. Padahal, Rasulullah s.a.w. menyatakan bahawa perang di jalan Allah (jihad) ini akan terus berlangsung hingga akhir dunia. Rasulullah saw. bersabda: -
Jihad itu berlangsung sejak Allah mengutusku hingga umatku yang terakhir memerangi Dajjal (HR Abu Dawud).
Ayat pertama yang diturunkan yang membolehkan kaum Mukinin berperang adalah Surat Al-Hajj ayat 39 yang turun dalam perjalanan hijrah Rasul dari Mekah ke Madinah. Allah S.W.T. berfirman:
Telah diizinkan berperang bagi mereka yang diperangi kerana sesungguhnya mereka telah dizalimi dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa untuk menolong mereka (QS aI-Hajj [22]: 39).
Makna izin dalam ayat ini adalah ibâhah (boleh), lebih jauh, para fugaha menjelaskan, jika kaum Muslim atau wilayah mereka diserang, mereka wajib berperang mempertahankan wilayah kaum Muslim dan mengusir musuh. Bahkan, Allah S.W.T. memerintahkan agar kita membalas setimpal dengan serangan mereka.
Perang yang disyariatkan Islam mencakup
- Perang Defensif (Jihad Difã’i).
- Perang Ofensif (Jihad Hujui).
Perang Defensif (Jihad Difã’i)
suntingPeperang Defensif dalam syariat Islam dilakukan menjadi kewajiban kaum Muslim selama ada musuh yang menyerang mereka.
Perangilah mereka itu sehingga tidak ada fitnah lagi dan ketaatan itu semata-mata hanya untuk Allah. Jika mereka berhenti maka tidak ada permusuhan kecuali kepada orang-orang yang zalim. (QS al-Baqarah [2]:193).
Perang Ofensif (Jihad Hujui)
suntingPerang Ofensif dalam syariat Islam dilakukan bukan dalam rangka penjajahan, tetapi
- dalam rangka membebaskan umat manusia dan kegelapan dan kekufuran
- menuju terang benderangnya iman
- membebaskan umat manusia dari kezaliman dan ketidakadilan sistem dan penguasa kafir
- menuju kesejahteraan dan keadilan Islam dan penguasanya
Hal ini sangat berbeza dengan perang yang dilakukan oleh Barat kapitalis. Mereka melakukan perang tidak lain untuk menjajah penduduk negeri lain dan menguras kekayaan negeri yang diperangi.
Perang ofensif di bawah komando Daulah Islam yang dengan seizin Allah akan segera terwujud ini akan tetap berlangsung sampai akhir dunia.
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan pada Hari Akhirat, tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya, tidak beragama dengan agama yang haq (yakni Islam) dari kalangan orang-orang yang telah diberikan kepada mereka al-Kitab hingga mereka memberikan jizyah dari tangan mereka sedangkan mereka dalam keadaan tunduk. (QS at-Taubah)