Silek

seni pertahankan diri berasal daripada Sumatra Barat
(Dilencongkan dari Silat Minangkabau)

Silek [si-lék] ialah sejenis seni bela diri seumpama silat diamalkan oleh masyarakat Minangkabau secara turun temurun dari generasi ke generasi.

Silek Harimau, salah satu aliran silat kampung di Minangkabau.

Masyarakat Minangkabau memiliki tabiat suka merantau semenjak beratus-ratus tahun yang lampau. Untuk merantau tentu saja mereka harus memiliki bekal yang cukup dalam menjaga diri dari hal-hal terburuk selama di perjalanan atau di rantau, misalnya diserang atau dirampok orang. Selanjutnya daerah Nusantara ini adalah daerah yang subur dan merupakan tempat rempah-rempah penting sejak abad pertama masehi, oleh sebab itu, tentu saja ancaman-ancaman keamanan bisa saja datang dari pihak pendatang ke kawasan Nusantara ini.

Latar belakang sunting

Untuk dua alasan diatas maka masyarakat Minangkabau pada zaman dahulunya perlu memiliki sistem pertahanan untuk mempertahankan negerinya dari ancaman musuh kapan saja. Jadi secara fungsinya silat dapat dibedakan menjadi dua yakni:

  • Sebagai alat untuk panjago diri [pembelaan diri dari serangan musuh]
  • Sebagai alat untuk panjago nagari [sistem pertahanan negeri]

Secara harfiah Silek [Silat] berasal dari kata siliek yang berertisi liat, kerana demikian hebatnya berkelit dan licin seperti belut. Kata Pencak Silat di dalam pengertian para tuo silek (guru besar silat) adalah mancak dan silek. Perbedaan dari kata itu adalah

  • Kata mancak atau dikatakan juga sebagai bungo silek (bunga silat) adalah berupa gerakan-gerakan tarian silat yang dipamerkan di dalam acara-acara adat atau acara-acara seremoni lainnya. Gerakan-gerakan untuk mancak diupayakan seindah dan sebagus mungkin kerana untuk pertunjukkan
  • Kata silek itu sendiri bukanlah untuk tari-tarian itu lagi, melainkan suatu seni pertempuran yang dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, sehingga gerakan-gerakan diupayakan "sesedikit mungkin, cepat, tepat, dan melumpuhkan lawan".

Para tuo silek juga mengatakan kalau mamancak di galanggang, kalau basilek dimuko musuah (jika melakukan tarian pencak di gelanggang, sedangkan jika bersilat untuk menghadapi musuh).

Di tiap Nagari memiliki tempat belajar silat atau dinamakan juga Sasaran Silek yang dipimpin oleh guru yang dinamakan Tuo Silek. Tuo Silek ini memiliki tangan kanan yang bertugas membantu beliau mengajari para pemula.

Orang yang mahir bermain silat dinamakan Pandeka [pendekar]. Gelar Pandeka ini pada zaman dahulunya dilewakan (dikukuhkan) secara adat oleh Ninik Mamak dari Nagari yang bersangkutan; penggelaran sedemikian dibekukan atau dihalang Belanda semasa pihak tersebut memerintah Sumatera. Setelah lebih dari seratus tahun dibekukan, masyarakat adat Koto Tangah, Kota Padang akhirnya mengukuhkan kembali gelar Pandeka pada tahun 2000-an. Pandeka ini memiliki peranan sebagai Parik Paga Dalam Nagari (penjaga keamanan negeri), sehingga dibutuhkan dalam menciptkan negeri yang aman dan tentram. Pada awal tahun ini (7 Januari 2009), Walikota Padang, H.Fauzi Bahar digelari Pandeka Rajo Nan Sati oleh Niniak Mamak (Pemuka Adat) Koto Tangah, Kota Padang. Gelar ini diberikan sebagai penghormatan atas upaya beliau menggiatkan kembali aktivitas silek tradisional di kawasan Kota Padang dan memang beliau adalah pesilat juga di masa mudanya, sehingga gelar itu layak diberikan.

Sejarah perkembangan sunting

Merujuk pada buku Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau karangan Mid Djamal (1986), maka dapat pendiri dari Silat Minangkabau diketahui bernama Datuak Suri Dirajo berdiri membangungkan seni ini pada tahun 1119 Masehi di daerah Pariangan, Minangkabau (wilayah Indonesia). Lebih lanjut diuraikan oleh Djamal bahawa pengawal dari Datuak Suri Dirajo ini adalah Kambiang Utan (berasal dari Kamboja), Harimau Campo (berasal dari daerah Champa), Kuciang Siam (datang dari daerah Siam - kini Thailand) dan Anjiang Mualim (datang dari Negeri Persia). Di masa Datuak Suri Dirajo inilah silek Minangkabau pertama kali diramu dan tentu saja gerakan-gerakan beladiri dari pengawal yang empat orang tersebut turut mewarnai silek itu sendiri[1]. Nama-nama nama mereka seperti nama haiwam (Kambing, Harimau, Kucing dan Anjing), namun tentu saja mereka adalah manusia, bukan haiwam menurut persangkaan beberapa orang.

Para Tuo Silek dan Pandeka telah mengembangkan Silat di Nusantara (kini Indonesia) dan mempengaruhi banyak aliran dan teknik silat di serara Sumatera, Tatar Sunda dan Semenanjung Melayu. Sifat perantau dari masyarakat Minangkabau telah membuat silek Minangkabau sekarang tersebar kemana mana di beberapa belahan dunia dunia.

Proses berguru sunting

Jika seseorang ingin belajar silek, maka ia bisa datang sendiri atau biasanya diantar oleh teman, bapak atau mamak (saudara laki-laiaki dari ibu) kepada seorang guru, jika di kalangan mereka tidak ada yang bisa bermain silat dengan baik. Setelah berbasa basi, maka nanti si calon murid datang pada waktu yang ditentukan dengan membawa benda-benda tertentu.

Syarat berguru sunting

Syarat-syarat berguru ini bervariasi pula, namun biasanya terdiri dari pisau, kain putih, lado kutu (cabe rawit), garam, gula, penjahit, cermin, rokok, beras, dan uang. Jumlah uang biasaya tidak ditentukan. Apa yang dibawa mempunyai ertitersendiri bagi calon murid. Biasanya diterangkan pada saat prosesi penerimaan murid.

Beberapa contoh dari ertisyarat-syarat yang dibawa itu adalah

  • Kain Putiah [kain putih]: pakaian murid itu adalah pakaian yang bersih, silek ini akan menjadi pakaian bagi murid, merupakan pakaian yang bersih
  • pisau : setelah latihan ini, maka si murid tidak akan dilukai oleh pisau, kerana memiliki ilmu setajam pisau
  • Lado Kutu [cabe rawit], garam dan gulo [gula]: ilmu silat ini memakai raso (rasa), kerana semakin mahir orang melakukan sesuatu biasanya mereka tidak berpikir lagi, tapi menggunakan raso (perasaan). Contoh pemasak terkenal jarang menimbang bahan-bahan yang mereka butuhkan, tapi tetap juga menghasilkan masakan yang enak dan khas, seperti itu pulalah silat nantinya pada tingkat mahir.
  • Bareh jo Piti [beras dan uang]: belajar akan menyita waktu guru, oleh kerana itu sudah menjadi kewajiban bagi murid mempertimbangkan nilai dari waktu yang dihabiskan oleh guru. Disamping itu beras yang dibawa juga akan dimakan bersama sesama anggota sasaran silek

Proses penerimaan murid sunting

Ada bermacam cara dalam menerima Anak Sasian [Murid], seperti yang sudah disebutkan di atas, si murid diminta untuk membawa bahan-bahan tertentu pada hari yang dijanjikan dan juga diminta membawa seeker ayam jantan untuk satu orang murid. Ayam ini nanti disembelih oleh guru dan kemudian darahnya dicecerkan mengelilingi sasaran. Ayam ini kemudian digulai dan dihidangkan dalam acara mandoa (doa) yang dihadiri oleh guru dan para saudara seperguruan. Untuk acara ini dipanggil pula Urang Siak (sebutan untuk orang ahli agama) untuk mendoakan si murid agar mendapatkan kebaikan selama mengikuti latihan.

Biasanya di dalam ritual penerimaan seorang murid, si murid ini diambil sumpahnya untuk patuh kepada guru dan tidak menggunakan ilmu yang mereka dapatkan ini untuk berbuat kebenaran. Bahkan bunyi sumpah itu keras sekali. Inilah potongan bunyi sumpah itu : kaateh indak bapucuak, kabawah indak baurek, ditangah digirik kumbang (ke atas tidak berpucuk, ke bawah tidak berurat dan ditengah dimakan kumbang), artinya pelanggar sumpah akan tidak pernah mendapatkan hidup yang baik selama hidupnya di dunia seperti yang diibaratkan nasib suatu pohon yang merana. Seperti yang berlaku pada peguruan beladiri manapun bahawa semenjak saat itu saudara seperguruan adalah seperti saudara sendiri. Di dalam istilah Minangkabau dikatakan bahawa saudara seperguruan itu saasok sakumayan [satu asap satu kemenyan] artinya dia adalah bahagian dari diri kita dan berlaku hukum saling melindungi.

Prosesi ini tidak sama tiap sasaran, ada pula guru yang tidak meminta membawa apa-apa, dan tidak ada prosesi penerimaan murid, tapi kasus ini sangat langka, umumnya selalu ada prosesi penerimaan murid.

Jadual latihan sunting

Guru menetapkan jadwal latihan silat dan biasanya malam hari. Murid boleh mengajukan waktu sepanjang guru tidak keberatan. Biasanya jadwal latihan malam hari. Ada sasaran silek yang membolehkan latihan sebelum jam 12 malam. Lebih dari itu dilarang oleh gurunya kerana sang guru meyakini lebih dari jam 12 malam adalah waktunya inyiak balang (harimau), sehingga tidak boleh untuk bersilat lagi. Tapi ada pula yang malah sebaliknya, bersilat itu dimulai dari lewat jam 12 malam sampai jam 4 pagi. Biasanya dilakukan dua atau tiga kali seminggu.

Pada tingkat lanjutan untuk mengambil gerakan silek harimau (silat harimau), malah sang guru yang biasanya suka latihan lewat jam 12 malam ini meminta muridnya untuk belajar siang hari. Gerakan dari silat harimau ini tidak sebanyak gerakan silat yang biasa guru ajarkan.

Ada sasaran silek yang lebih bersifat bersendiri di mana seseorang guru tidak suka mengajar sebilangan murid banyak dan cuma 4 orang sepasang saja yang memadai. Murid tunggal juga diterima untuk langsung bersilat dengan gurunya. Khusus untuk murid tunggal, guru harus memiliki stamina yang baik, kerana harus ikut bermain dengan murid dari awal sampai akhir.

Para murid biasanya membawa makanan untuk dimakan bersama, juga rokok, kopi atau teh dan gula saat hari latihan. Ada juga yang menyertakan dengan uang. Nilainya tidak ditentukan, murid sendirilah yang menentukan berapa nilainya.

Aliran sunting

Ada banyak aliran yang berkembang di Ranah Minangkabau. Silat yang terkenal adalah Silek Tuo , Silek Buah Tarok dari Bayang - Pesisir Selatan, Silek Koto Anau, Silek Lintau, Silek Puti Mandi, Silek Luncua dari Solok, Silek Sitaralak/Terlak/Starlak, Silek Pauah dari Kota Padang dan bermacam-macam lagi. Asal usul dari aliran silat ini juga rumit dan penuh kontroversi, contoh Silek Tuo dan Sitaralak. Silek Tuo ada yang menganggap itu adalah versi silek paling tua, namun pendapat lain mengatakan bahawa silat itu berasal dari Tuanku Nan Tuo dari Kabupaten Agam. Tuanku Nan Tuo adalah anggota dari Harimau Nan Salapan, sebutan lain dari Kaum Paderi yang berjuang melawan Belanda di Sumatera Barat. Gerakan silek itu diambil dari berbagai macam haiwam yang ada di Minangkabau, contohnya Silek Harimau dan Silek Buayo (Buaya).

Beberapa dari aliran Silek Minangkabau adalah:

  • Silek Tuo - Aliran silat yang dianggap paling tua yang turun dari daerah Pariangan, Padang Panjang.
  • Silek Bungo - salah satu aliran silat Minang yang menekankan gerak pada aplikasi seni pencak silat
  • Silek Sitaralak, Starlak, Terlak, Sterlak - aliran silat keras dan kuat dari Minangkabau, berasal dari Agam
  • Silek Kumango - salah satu aliran silat di Minangkabau yang berasal dari Kumango, Batusangkar
  • Silek Kota Anau - aliran silat daerah Koto Anau, Solok yang merupakan daerah pertahanan Minangkabau di masa dahulunya yang menghubungkan antara Pagaruyung sebagai pusat kerajaan dan Bayang, Pesisir Selatan .
  • Silek Pauah - aliran silat di Minangkabau yang berasal dari Pauah, Kota Padang. Silat ini adalah silat termuda dan ada yang menganggap merupakan sari atau kompilasi dari hampir semua aliran silat yang ada di Minangkabau, silat ini khusus untuk berperang, sebab di Pauah, Padang merupakan salah satu basis perjuangan masyarakat Minangkabau
  • Silat Lintau - aliran silat di Minangkabau yang berasal dari Lintau, Batusangkar.
  • Silat Harimau - salah satu aliran silat di Minangkabau yang menekankan pada permainan bawah.
  • Silek Sabandar - adalah silat yang berasal dari daerah Pagaruyung, Sumatera Barat, namun dikembangkan di Kampung Sabandar, Karangtengah, Cianjur.
  • Silek Buah Tarok - salah satu aliran silat di Minangkabau yang berasal dari Bayang, Pesisir Selatan. Salah satu peguruannya ada di Aur Duri Padang dengan nama peguruan Salimbado-Buah Tarok, dibawah asuhan Emral Djamal Datuak Rajo Mudo
  • Silek Pakiah Rabun
  • Silek Gajah Badoroang - berkembang di wilayah Sawahlunto
  • Silek Luncua
  • Silek Gaib - suatu aliran silat yang bisa memainkan gerakan silat milik peguruan orang lain darimana saja.
  • Silek Sunua - dari daerah Pariaman
  • Silek Ulu Ambek berasal dari daerah Pariaman

Posisi basilek sunting

Jika dilihat dari beberapa gerakan silat yang berada di Minangkabau, ada pola-pola yang dominan di dalam permainan mereka, yakni:

  • bersilat dengan posisi berdiri tegak
  • bersilat dengan posisi rendah
  • bersilat dengan posisi merayap di tanah
  • bersilat dengan posisi duduk (silek duduak)

Sedangkan dari teknik berdirinya, juga pernah ditemui suatu langkah yang agak berbeda dengan langkah dari pemain silek lain yang pernah penulis saksikan, yakni salah satu Tuo Silek dari Pauah, Padang. Tuo Silek ini mengajarkan bermain dengan langkah bajinjek (agak berjinjit) seperti kucing mengincar mangsanya dan memiliki langkah anak (langkah anak). Langkah anak ini adalah langkah kecil yang dilakukan sebelum melangkah seperti langkah silat biasa. Langkah anak ini dibuat dengan tujuan untuk mengokohkan posisi baik dalam menyerang ataupun menyambut atau bertahan dari serangan lawan. Mungkin guru silek lain menggunakan dua cara melangkah ini, tapi mereka tidak menekankan teknik dua cara melangkah ini kepada muridnya.

Konsep sunting

Meskipun berbagai macam aliran dalam silek Minang, namun ada kesamaan konsep dari gerakan silat mereka. Oleh sebab itu kita dapat membedakan antara silat dari Minangkabau dan silat dari daerah lain di kawasan Nusantara. Beberapa konsep dari silek Minangkabau itu adalah

Tagak jo Langkah (Berdiri dan Langkah) sunting

Ciri khas dari permainan silek adalah pola berdiri dan langkah. "Tagak" ertinya tegak atau berdiri, dimana pesilat berdiri? Dia berdiri di jalan yang benar (tagak di nan bana), dia bukanlah seorang yang suka cari rusuh dan merusak tatanan alam dan kehidupan bermasyarakat. Di dalam mantera sering juga diungkapkan sebagai tegak alif, langkah muhammad. Di dalam permainan posisi berdiri adalah pelajaran pertama diberikan, posisi berdiri seorang pemain silat Minangkabau adalah tagak runciang (berdiri runcing atau berdiri serong) dan sedapat mungkin posisinya selalu melindungi alat vital. Kuda-kuda pemain silat harus kokoh, untuk latihan ini dahulunya mereka berjalan menentang arus sungai.

"Langkah" dalam permainan silek Minangkabau mirip dengan langkah berjalan, namun posisinya pada umumnya merendah. Posisi melangkah melingkar yang terdiri dari gelek, balabek, simpia dan baliak (Lihat penjelasan istilah ini pada Kurikulum).

Adapun pola langkah yang dipergunakan ada yang dinamakan

  • langkah tigo (langkah tiga)
  • langkah ampek (langkah empat)
  • langkah sambilan (langkah sembilan) : untuk mancak (pencak)

Garak jo Garik (Gerak dan Gerik) sunting

Di dalam bersilat perlu sekali memahami garak dan garik. "Garak" ertinya insting, kemampuan membaca sesuatu akan terjadi, contoh seorang pesilat bisa merasakan ada sesuatu yang akan membahayakan dirinya. Garik"" adalah gerakan yang dihasilkan oleh pesilat itu sebagai antisipasi dari serangan yang datang. Jika kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, ia menjadi kurang pas, kerana di dalam bahasa Indonesia, gerak itu adalah gerakan dan gerik adalah kata pelengkap dari gerakan itu. Sedangkan di dalam bahasa Minangkabau garak (gerak) itu adalah kemampuan mencium bahaya (insting) dan garik (gerik) adalah gerakan yang dihasilkan (tindakan).

Raso jo Pareso (Rasa dan Periksa) sunting

  • Raso (Rasa)

Raso atau rasa diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu gerakan yang tepat tanpa harus dipikirkan dulu, seperti seorang yang mahir membawakan kendaraaan, dia pasti tidak berpikir berapa centimeter harus memijak rem supaya berhenti dengan tepat tanpa goncangan, tapi dengan merasakan pijakan rem itu dia dapat berhenti dengan mulus.

  • Pareso (Periksa)

Pareso adalah kemampuan analisis dalam waktu yang singkat atau nalar. Di dalam pertempuran ungkapan pareso ini adalah kemampuan memanfaatkan sesuatu di dalam berbagai situasi pertempuran dalam upaya untuk memperoleh kemenangan. Misalkan, jika kita bertempur waktu sore, upayakan posisi jangan menghadap ke barat, kerana akan silau oleh cahaya matahari.

Jadi antara raso dan pareso itu jalannya berpasangan, tidak boleh jalan sendiri-sendiri. Kita tidak boleh terlalu mengandalkan perasaan tanpa menggunakan pikiran, namun tidak boleh pula berpikir tanpa menggunakan perasaan. Ada pepatah yang mengatakan raso dibao naiak, pareso dibao turun (Rasa di baik naik ke alam pikiran, periksa dibawa turun ke alam rasa). Demikianlah kira-kira maksud dari raso jo pareso yang diungkapkan oleh para guru silek.

Tiok Kato Ado Jawek, Tiok Gayung Ado Sambuiknyo (tiap kata ada jawab, tiap gayung ada sambutnya) sunting

Alam fikiran Minangkabau memiliki konsep berpasangan, ini dapat dibuktikan dengan banyaknya pepatah yang memiliki isi kalimat berpasangan, contohnya manitiak dari ateh, mambasuik dari bumi (menitik dari atas, membersit dari bumi). Hal yang sama belaku pada silek, setiap gerakan silat ada pemusnahnya, setiap kuncian ada teknik untuk melepaskannya, oleh sebab itu sepasang pemain silat yang mahir mampu bersilat terus menerus tanpa putus dengan mengalir begitu saja. Mereka baru berhenti kalau sudah letih atau capek. Hal yang sama juga terjadi pada peniup saluang, mereka bisa meniup alat musik itu tanpa putus-putus sampai kapan dia mau berhenti.

Ciri perguruan sunting

Sasaran Silek (Tempat Belajar Bersilat) sunting

Sasaran Silek adalah tempat latihan silat di Minangkabau, sasaran ini mungkin bisa disamakan artinya dengan padepokan. Tempat latihan ini ada yang sengaja dibuat oleh guru dan para muridnya atau disediakan oleh sukunya atau kadangkala sasaran ini dimana saja, seperti di dapur, di bilik, di gudang dan di tempat yang sepi yang jarang dilewati orang seperti di dangau dan di hutan.

Minyak Silek (Minyak Silat) sunting

Biasanya di suatu peguruan silek memiliki minyak yang digunakan untuk keperluan pengobatan pada kasus terkilir selama latihan dan juga sekaligus simbol dari warisan sah suatu peguruan. Minyak itu diwarisi secara turun temurun dari generasi dahulu kepada generasi penerus. Minyak itu dinamakan minyak silek. Peguruan Silek Salimbado Buah Tarok, suatu sasaran penerus dari Silek asal Bayang Pesisir Selatan masih memelihara tradisi Minyak Silek ini. Peguruan itu memiliki minyak yang mereka wariskan semenjak ratusan tahun yang lalu dan minyak ini merupakan simbol dari peguruan tersebut. Para anak sasian (murid) yang baru masuk ada tradisi mandi minyak pada peguruan silat itu. Tidak semua peguruan memiliki tradisi ini.

Pakaian sunting

Pakaian yang digunakan untuk silek adalah pakaian berwarna hitam. Hitam ini sendiri memiliki makna tahan tapo (tahan terpaan) dan tentu saja pakaian hitam ini lebih baik digunakan untuk silat dibandingkan dengan pakaian putih yang terlihat cepat kotor. Pakaian silek tradisional pisak-nya sangat rendah sehingga tidak memungkin pelaku silek menyepak terlalu tinggi, tinggi sepakan paling sampai alat vital lawan saja. Tidak semua peguruan yang menuntut anak sasian atau murid mengenakan pakaian silek. Seorang tuo silek dari Pauh, Kota Padang malah tidak sependapat, dia mengatakan bahawa silek yang dipelajari dari beliau bukan untuk tarian, melainkan buat membela diri jika diserang musuh, jadi pakaian yang paling bagus dikenakan adalah pakaian yang biasa dipakai sehari-hari.

Ciri-ciri lain sunting

Atribut-atribut lain tergantung dari sasaran sileknya sendiri, ada yang sasaran silek memiliki peralatan musik tradisional yang lengkap, ada yang tidak. Beberapa sasaran silek memiliki alat-alat yang dibutuhkan untuk latihan, seperti tongkat, parang, kurambik, pisau, tjabang dan lain sebagainya.

Kurikulum sunting

Malangkah (Belajar Melangkah) sunting

Melangkah adalah pelajaran dasar dalam silek. Belajar melangkah ini berpasangan, biasanya dimulai dengan teknik melakukan gerakan membentuk lingkaran, disertai gelek (merobah langkah), balabek (merobah gerakan tangan), tagak itiak (berdiri seperti itik atau bebek dengan hanya menggunakan satu kaki), babaliak (balik 180 derjat) dan simpia (gerangan guntingan pada kaki) . Kebanyakan murid tidak memahami ertipelajaran ini, sehingga mereka bosan, kerana sudah berbulan belajar itu ke itu juga. Jika melangkah ini sudah mahir, maka akan mudah maambiak buah (mengambil buah), kerana buah itu baru bagus digunakan jika langkah sudah pas dan benar. Kebanyakan pada tahap ini murid yang tidak sabar sudah berhenti duluan sebelum mendapatkan buahnya.

Ada bermacam cara berdiri di dalam silat, ada yang tinggi seperti berdiri, rendah seperti orang membungkuk dan ada sangat rendah. Posisi sangat rendah ini biasanya dipakai pada silat Harimau.

Meskipun tidak pada berlaku semua sasaran silek, pada tahap ini beberapa murid diajarkan beberapa kato atau manto (mantera), contohnya

  • kato palangkahan (mantera untuk mulai bersilat) yang bunyinya kira-kira : assalamu`alaikum bapakku langit / alaikum salam ibuku bumi / ijinkan aku melangkah di bumi Allah taala.
  • doa mandi digunakan ketika mandi untuk menyegarkan diri yang bunyinya kira-kira : mandi nur, mandilah aku / mandi tubuh serta nyawa / mandi ruh, serta insan / aku mandi di dalam kandungan kalimah...

Tidak semua sasaran silek mengajarkan mantera. Ada sasaran silek yang menggunakan doa dalam bahasa Arab yang dikutip dari ayat Alquran atau doa-doa yang biasa dibaca oleh Nabi Muhammad SAW.

Maambiak Buah (Mengambil Buah) sunting

Maambiak buah ini berkaitan dengan pelajaran tentang teknik-teknik praktis di dalam bersilat atau buah silat, seperti tangkok (menangkap), ilak (mengelak), mangguntiang (gerakan menggunting) piuah (piuh atau pilin), mamatah (mematahkan peresendian), manyapu (sapuan), doroang (dorongan), enjo / egang / jujuik (tarik, menarik lawan dengan tangan), mangabek/mengunci (teknik kuncian), sudu (tusukan), daga (pukulan dengan bantalan telapak tangan biasanya untuk menyerang daerah rahang), dan bahkan memakai goyangan pinggul untuk melemahkan posisi tubuh lawan. Sadonyo anggoto tubuah iduik (semua anggota tubuh harus hidup dan bisa dimanfaatkan) begitu kata guru. Pada pelajaran maambiak buah, murid dituntun menggunakan nalar dan logikanya sembari mempelajari sifat-sifat fisik dari tubuh manusia dan dimana titik lemah dari tubuh itu sendiri, misalnya kalau didorong ke depan, maka lawan tidak jatuh, tapi kalau didorong ke belakang, lawan jatuh. Biasanya sasaran serangan silek itu adalah alat vital atau kelamin, rahang, mata, leher, tulang gagak, dan ulu hati. Untuk patah mematah, targetnya adalah siku-siku tangan, jari, siku-siku kaki. Untuk piuh (pilin) targetnya adalah pergelangan tangan dan kaki. Dalam gerakan biasanya dilakukan kombinasi seperti dipiuh (pilin) dahulu baru kemudian dipatahkan. Alat vital memang sering menjadi sasaran empuk silek, oleh sebab itu pada awal belajar si murid diingatkan untuk menjaga posisi sedemikian rupa agar alat vitalnya terlindungi dengan baik. Tidak ada satu metodapun sampai saat ini yang membuat alat vital tahan dari pukulan kecuali yang diyakini belajar ilmu magis, sedangkan untuk hulu hati, orang yang sering latihan kebugaran dan otot perut biasanya ulu hati mereka lebih tahan terhadap pukulan.

Secara ringkanya, pelajaran yang bakal diperoleh oleh murid pada tahap ini adalah teknik mempergunakan kaki, tangan dan anggota tubuh lainnya seperti yang diuraikan di bawah ini:

  • Teknik mempergunakan tangan
    • cucuak ciek jari (tusukan satu jari) : target serangannya lobang pada daerah leher
    • cotok duo jari (tusukan dua jari) : target serangannya mata
    • cakiak (cekik) : target serangannya leher
    • kalatiak (?) : gerakan seperti menampar dengan mempergunakan kuku pada hujung jari
    • kepoh (tepis) : membelokkan serangan lawan dengan tangan sehingga tidak mengenai tubuh
    • siku (sikuan) : target serangannya tulang iga lawan
    • rangguik (renggut) : merenggut tangan, kaki, atau kepala lawan
    • doroang (dorong) : mendorong tubuh lawan
    • daga : menggunakan bantalan telapak tangan untuk menyerang rahang lawan
    • sudu (sodokan) : menggunakan empat jari yang dirapatkan dengan target serangannya ulu hati lawan
    • piuah (pilin) : memilin tangan, kaki, atau kepala lawan
    • sambuik (sambutan) : menyambut serangan lawan, biasanya diiringi dengan mematahkan anggota tubuh lawan
    • pakuak (bacok) : membacok dengan menggunakan sisi tangan sejajar kelingking target serangannya leher bahagian belakang
    • patah (patahan) : teknik mematahkan jari, tangan dan kaki lawan
    • lapak (tamparan) : menggunakan dua tangan untuk menampar kedua telinga lawan
  • Teknik mempergunakan kaki
    • sipak, simbek, gayuang (sepak): menyepak lawan, biasanya alat vitalnya. Kata gayuang itu bisa juga dipergunakan untuk serangan yang menggunakan ilmu batin
    • hantam jo lutuik (hantam dengan lutut) : digunakan untuk menghantam kepala lawan atau perutnya
    • sapu (sapuan) : digunakan untuk menyapu kaki lawan
    • dongkak kudo atau sipak balakang (tendangan belakang) : tendangan berbentuk huruf T
    • injak (injak): menginjak kaki lawan
    • hantam jo tumik (hantam dengan tumit) : menghantam hujung ibu jari kaki lawan dengan memakai tumit.
  • Teknik menggunakan bahagian tubuh lain
    • sondak (menggunakan kepala) : untuk menghantam dada, atau rahang lawan
    • gigik (menggigit lawan) : gigitan dimana saja yang didapatkan pada tubuh lawan
    • goyangan pinggul : menggoyangkan pinggul, teknik ini juga digunakan pemain sepakbola untuk menjatuhkan lawannya
  • Teknik kombinasi
    • mambantiang (membanting) : membanting lawan dengan mempergunakan tangan dan kaki
    • mangabek atau mangunci (kuncian) : mengunci lawan dengan mempergunakan tangan dan atau kaki
    • mambukak kabek dan mailak dari bantiangan (membuka kuncian dan mengelak dari bantingan) : memlepaskan diri dari kuncian biasanya mempergunakan langkah dan gerakan tangan. Tanpa menggunakan gerakan langkah yang baik, seseorang akan susah melepaskan diri dari kuncian. Di sinilah letak pentingnya kemahiran melangkah dalam pelajaran pertama yakni teknik malangkah.

Tujuan dari silek adalah mempertahankan diri dari serangan musuh seperti yang dikatakan oleh tuo silek, jadi sebagian teknik-teknik yang dipelajari tidak boleh digunakan di dalam pertandingan silat, kerana berbahaya dan mencelakakan lawan tanding.

Pada tahap ini muridpun diberi semacam doa atau kato atau manto (mantera) oleh guru, misalnya mantera yang dipakai untuk menyambut atau untuk menyerang lawan, bisa juga mantera untuk membuat tubuh kita kelihatan lebih besar dan tinggi, sehingga lawan merasa takut dan sebagainya. Tiap sasaran silek punya manto atau doa tersendiri. Ada sasaran silek yang memakai doa yang diambil dari kutipan ayat Alquran, namun kebanyakan mantra itu berisi campuran antara doa dalam bahasa Arab dan Minangkabau. Ini menandakan bahawa pengaruh Islam sudah masuk ke dalam aspek beladiri masyarakat Minangkabau.

Maambiak Isi (Mengambil Isi atau Mengambil Inti) sunting

Bahagian ini adalah bahagian yang paling sensitif untuk dibicarakan bahkan oleh sesama pesilat dari beda sasaran silek. Pada sesi ini murid tidak belajar bermain silat secara fisik, tetapi lebih kepada menanamkan suatu pemahaman atau konsep.

Bahagian "maambiak isi" (mengambil isi) atau dikatakan juga maambiak inti (mengambil inti) adalah bahagian yang paling sensitif untuk dibicarakan bahkan oleh sesama pesilat dari beda sasaran silek. Pada sesi ini murid tidak belajar bermain silat secara fisik, tetapi lebih kepada menanamkan suatu pemahaman atau konsep.

  • Biliak Dalam (Bilik Dalam atau Kamar Khusus)

Istilah biliak dalam digunakan untuk menyatakan tempat belajar khusus tentang bahan maambiak isi. Kata bilik dalam mengandung pengertian bahawa antara guru dan murid ada tempat dan atau saat khusus, meskipun tidak selalu di dalam bilik atau kamar atau ruangan khusus, malahan pada zaman dahulunya guru mengundang murid datang ke dangaunya di ladang atau di sawah pada saat-saat tertentu, bisa juga siang atau malam hari. Biliak dalam bisa juga diartikan sebagai tempat biasa latihan silat atau sasaran silek, namun hanya mereka yang akan diberi pelajaran ini yang diminta datang.

  • Kaji (Bahan Pelajaran di Biliak Dalam)

bahan atau kaji yang diajarkan oleh tuo silek antara satu sasaran silek dengan sasaran silek lain boleh jadi ada kesamaan materinya, namun juga terdapat perbedaan pendapat yang malahan tajam. Oleh kerana itu, dalam tahap tertentu, membahas bahan yang diberikan guru dengan murid dari sasaran silek lain sangatlah tabu untuk dibicarakan. Jadi jika tidak paham akan sesuatu, sebaiknya dipecahkan dulu sendiri, kemudian ditanyakan langsung ke guru atau ke orang yang telah dipercayakan oleh guru untuk memberikan penjelasan.

Salah satu dari bahan pengajian ini adalah mangaji asa (mempelajari asal usul). Kita harus mengetahui asal usul diri. Dalam salah satu sasaran mengatakan bahawa manusia berasal dari Nur yang dipancarkan dari cahaya ilahiyah, oleh sebab itu posisi manusia sangat tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia yang diisi dengan Nur ini akan menjadi khalifah (berkuasa, pemimpin) di muka bumi dan dapat menundukkan sekalian isi alam. Semua unsur-unsur lain takluk di bawah Nur tadi. Orang yang berbuat keonaran dan kejahatan menandakan unsur di dalam dirinya dipengaruhi kekuatan dari syaitan yang berasal dari api. Api bersifat negatif atau takluk dibawah kekuatan cahaya ilahiyah (nur). Para pesilat meyakini berbuat kebenaran akan mendapat kekuatan dari sang Pencipta. Benda tajam dari logam disebut sebagai sesuatu yang berasal dari air. Sekali lagi, air tidak akan memberikan pengaruh buruk terhadap manusia, jadi benda tajam itu tidak akan memberikan pengaruh buruk kepada diri pesilat. Di dalam pengajian ini, segala sesuatu yang datang kepada persilat, maka dia berupaya mangumbalikan ka asa (mengembalikan sesuatu ke asal kejadiaannya) semua serangan yangn datang kepada dirinya. Beginilah bunyi salah satu mantera agar tidak celaka jika terkena senjata tajam.. Hai sakalian basi, aku tahu asa engkau jadi, aia putiah rabbul alamin asa engkau jadi, kembalilah engkau ke asa engkau, aku kembali ke asa aku, Nur Allah asa aku jadi (Hai sekalian besi, aku tahu asal engkau jadi, air putih rabbul `alamin asal engkau jadi, kembalilah engkau ke asal engkau, aku kembali ke asal aku, dari Nur Allah asal aku jadi).

Ada banyak lagi aspek-aspek dari sesi ini yang sampai saat sekarang di Minangkabau masuk ke dalam wilayah sangat sensitif untuk dibuka untuk publik. Di dalam pandangan beberapa guru silat, bahawa mereka yang membicarakan kajian ini di depan publik hampir sama dengan perbuatan membuka aurat kepada yang bukan muhrim.

Bateri maambiak isi bisa saja tidak diberikan kepada murid, jika si murid hanya menyukai gerakan fisik saja untuk olah raga atau beladiri. Adakalanya si murid tidak berminat mengambil bahan ini kerana tidak ingin terlalu dalam berfilosofis atau tidak ingin salah cerna pengetahuan yang diberikan guru yang disebut sebagai tabaliak kaji. Meskipun sangat jarang terjadi, tabaliak kaji bisa berakibat fatal bagi perkembangan psikis murid kerana bisa menyebabkan gila. Guru silek adakalanya enggan memberikan bahan ini kepada murid dengan alasan belum cukup umur atau akibat perilaku kurang baik yang diperlihatkan oleh murid selama dalam asuhan guru silek.

Ujian sunting

Secara tradisional guru melihat tingkatan murid dari kemampuan mereka mempergunakan gerakan-gerakan dasar silat seperti pada point 2. Guru akan melihat bagaimana keahlian murid mempergunakan keahlian itu untuk manyambuik (menyambut) serangan, mambaleh (menyerang), mangunci (mengunci) atau malapehkan kuncian/kabek (melepaskan kuncian) lawan tandingnya. Gerakan dasar akan diterima oleh setiap murid, namun pada tingkat lanjutan, siapa yang pintar mempergunakan nalarnya dalam bersilat maka dia akan bisa menggunakan gerakan silat dengan tepat dan benar.

Kemahiran bersilat bisa diukur dengan kemampuan murid di tempat-tempat sebagai berikut:

  • Bersilat di tempat lapang
  • Bersilat di tempat sempit
  • Bersilat dalam posisi apapun (duduk, berbaring)
  • Penguasaan menghadapi serangan memakai senjata tajam dan tongkat
  • Bersilat di tempat yang licin (di atas tanah liat yang disiram air atau di atas batu licin di sungai)
  • Bersilat di tempat yang kurang cahaya atau gelap samasekali
  • Bersilat dengan harimau (ujian terakhir)

Tuo Silek ada yang meyakini bahawa silek ini milik inyiak balang (harimau), setiap kali silek ini diadakan jika memakai gerakan harimau, maka harimau itu akan datang menyaksikan sendiri silat itu, dan bahkan harimau itu bisa bergabung dengan pemain silat. Untuk menghindari itu, silek dilakukan di tempat yang tertutup. Ujian terakhir dilakukan dengan bermain silat langsung dengan inyiak balang (harimau). Tapi keyakinan ini tidak dianut oleh semua guru, ada pula guru yang mengatakan bahawa ilmu silat tidak berkeputusan , artinya tidak ada istilah tamat dalam belajar, keputusan kaji kata beliau ada jika kita belajar ilmu batin.

Sistim sabuk diperkenalkan pada sasaran silek setelah adanya bimbingan dari Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) kepada guru silat tradisional. Maka semenjak itu dikenal adanya istilah sabuk. Warna dari sabuk itu sendiri seperti sabuk putih, biru, hijau sampai hitam, diberikan berdasarkan kemahiran murid pada level tertentu. Silek tradisional tidak mengenal istilah sabuk. Mereka mengukur murid berdasarkan kemahiran murid di dalam latihan seperti yang disebutkan di atas. Murid yang mahir akan menjadi tangan kanan guru untuk mengajar murid-murid pada tingkat pemula.

Kaputusan Silek (Keputusan Silat) sunting

Umumnya sasaran silek itu memiliki istilah tamat belajar, kecuali seperti yang dikatakan oleh salah satu Tuo Silek dari Pauah, Padang. Pada masa tamat belajar biasanya guru memberikan sesuatu kepada muridnya tergantung kepada sasaran itu sendiri, ada yang memberikan semacam mantera penutup, ada pula keputusan kaji silek itu hanya berupa beberapa kata kunci atau bahkan cuma nasehat saja dari guru.

Ada sasaran silek yang melakukan "badah ayam" (bedah ayam). Ayam dipotong seperti biasa, kemudian ayam tersebut diperiksa jantungnya dan ditunjuk satu titik tertentu di hujung jantung, kalau mau melepaskan gayuang kata sang guru, tembaklah hujung jantung ini pada lawan. Dan untuk melepaskan gayuang itu, si murid diberi kato atau manto (mantera). "Gayuang" (gayung) adalah kemampuan untuk merusak jantung orang lain atau bahagian dalam tubuh orang lain dengan menggunakan kekuatan batin. Gayuang ini hanya boleh dipakai ketika sudah tidak ada pilihan lagi dalam upaya mempertahankan hidup.

Namun hal yang pasti dari seseorang mendapatkan kato kaputusan (kata putus atau tamat) ini adalah dia bisa mengajar orang lain dan membuka sasaran silek lain di bawah restu guru, ertinya dia dianggap rasmi sebagai guru baru dan memiliki wewenang mengajarkan ilmu yang sama dalam jalur waris yang sah.

Rujukan sunting

  1. ^ Djamal, Mid. Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau. Penerbit CV. Tropic - Bukittinggi.1986