Tanda koma ialah tanda baca yang bermaksud tempat berhenti sebentar ketika membaca sesuatu senarai agar dapat mengenalpasti perkataan, frasa atau klausa dengan tersendiri.[1] Koma bentuknya seperti ini: ,.

,

Tanda baca

noktah (titik) .
koma ,
koma bertitik ;
titik bertindih :
tanda sempang -,
pisah , , ,
elipsis , ...
tanda tanya ?
tanda seru !
kurung ( ), [ ], { }, < >
tanda petik ‘ ’, “ ”
garis miring /
penyingkat '
Pemisah kata
jarak/
spasi
( ) () ()
( ) () () ()
titik tengah ( · )
Tipografi umum
guillemets « »
solidus
dan &
di @
tanda berbintang *
garis miring terbalik \
titik
sirkumfleks ^
hak cipta ©
mata wang generik: ( ¤ )
spesifik: ฿, ¢, $, , ƒ, , , , £, , ¥, , ,
dagger ( , )
darjah ( ° )
ditto ( )
tanda seru terbalik ( ¡ )
tanda tanya terbalik ( ¿ )
pagar ( # )
nombor ( )
ordinal (º, ª)
peratus/persen ( %, ‰, )
Pilcrow ( )
prime ( )
dagang ( ® )
tanda bahagi ( § )
tanda servis ( )
tilde ( ~ )
tanda dagangan ( )
diaresis ( ¨ )
garis bawah ( _ )
garis vertikal ( |, ¦ )
Tipografi tak umum
asterisme ( )
Indeks ( )
tanda "jadi"/"maka" ( )
tanda "sebab" ( )
interrobang ( )
ironi ( ؟ )
lozenge ( )
tanda bintang Jepun ( )
tie ( )

Tanda ini muncul hasil pengembangan suatu tanda memiring bernama virgula suspensiva/ ), yang digunakan dari abad-abad ke-13 ke 17 untuk menyatakan perjedaan dalam pembacaan sesebuah teks. Tanda koma moden yang dikenali kini mula dipelopori Aldus Manutius, seorang penerbit yang turut mengembangkan cetakan berkulit kertas (paperback).[2][3]

Tataguna sebagai tanda baca

sunting

Bahasa Malaysia

sunting

Bahasa Indonesia

sunting

Menurut Pedoman EYD [4], koma dipakai:

  1. Di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Contoh:
    Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
  2. Untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Contoh:
    Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
  3. Untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Contoh:
    Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
  4. Di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Contoh:
    ... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
  5. Untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. Contoh:
    O, begitu?
  6. Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Contoh:
    Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
  7. Di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Contoh:
    Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
  8. Untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Contoh:
    Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
  9. Di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Contoh:
    W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
  10. Di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Contoh:
    B. Ratulangi, S.E.
  11. Untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Contoh:
    Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
  12. Di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca. Contoh:
    Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.

Koma tidak dipakai:

  1. Untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya (terkait aturan nombor 3 di atas). Contoh:
    Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
  2. Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Contoh:
    "Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim.

Pengunaan lain

sunting

Negara-negara Eropah sering menggunakan tanda ini sebagai menunjukkan perpuluhan dalam sesuatu peratusan atau pemisahan antara subunit besar dan kecil dalam sesebuah matawang termasuk Perancis, Sepanyol dan Belanda - pengunaan di Belanda terutamanya telah mempengaruhi pengunaan tanda koma untuk tujuan sama di Indonesia menyatakan "persentase" atau pembahagian dalam rupiah Indonesia[4] (misalnya: ukuran "12 meter 50 sentimeter" ditulis di Indonesia sebagai 12,5 m) berbanding dengan negara-negara Nusantara lain seperti Malaysia dan Singapura yang menggunakan tanda titik hasil pengaruh pengunaan dalam Empayar British.

Rujukan

sunting
  1. ^ "Rules for Comma Usage". 2016-02-16.
  2. ^ Reading Before Punctuation Diarkibkan September 2, 2006, di Wayback MachineIntroduction to Latin Literature pamphlet, Haverford College
  3. ^ Manuscript Studies, Medieval and Early ModernPalaeography: Punctuation glossary
  4. ^ a b Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan