.

Tisu hati.

Tisu (Mal., Sin., pinjaman Perancis: tissu daripada kata kerja tisser, "menganyam") atau jaringan (Ind.) ialah peringkat susunan sel pertengahan antara peringkat sel dan seluruh organisma. Justera, ia merupakan sekumpulan sel yang tidak semestinya serupa, tetapi mempunyai asal sepunya, dan yang bersama-sama melakukan fungsi yang tertentu. Organ dibentuk pula daripada pengumpulan fungsian tisu-tisu berbilang.

Kajian tisu dikenali sebagai histologi atau jika berkaitan dengan penyakit, sebagai histopatologi. Ia dimulakan seorang doktor Perancis, Xavier Bichat, pada tahun 1801 yang turut memperkenalkan idea mengenai tisu.[1]

Dalam haiwan sunting

Terdapat empat jenis tisu asas di dalam tubuh:

  1. Epitelium: Untuk melapik, menyelitupi, melindung, menyerap, dan merembas;
  2. Tisu penyambung - Untuk memegang semua benda, dengan darah dianggap sebagai salah satu tisu penyambung;
  3. Tisu otot - Sel otot mengandungi bebenang pengecupan "filamen mengecut" yang berselisih dan menukar saiz sel;
  4. Tisu saraf.

Dalam tumbuhan sunting

Tisu tumbuhan relatif lebih homogen daripada tisuhewan. Tumbuhan tidak memiliki kemampuan lokomosi (berpindah)/bergerak secara aktif sebagaimana haiwan. Meskipun demikian, banyak sel-sel baru terbentuk untuk berbagai tisusebagai kompensasi banyaknya sel-sel yang mati, yang menjadi pasif karena berperan sebagai sel-sel penyimpan cadangan tenaga (misalnya pada buah atau umbi) atau metabolit sekunder, dan untuk mengisi tisubaru karena tumbuhan selalu bertambah massanya, khususnya bagi tumbuhan tahunan.

Tisu yang aktif memperbanyak diri dan tidak memiliki fungsi khusus disebut tisumeristematik, sementara tisu yang telah mantap dengan fungsinya disebut tisu tetap/permanen.

Tisu meristem sunting

Tisu meristematik terdiri dari sel-sel meristem, suatu analog dari sel-sel punca (stem cells) haiwan. Tisu ini dapat ditemukan pada -titik-titik tumbuh di hujung batang dan akar (disebut meristem pucuk/hujung/apikal), di bawah kulit kayu (sebagai kambium gabus maupun kambium pembuluh, disebut meristem tepi/lateral), dan di tepi ruas atau buku, serta pada pangkal tangkai daun (meristem antara/interkalar). Tisu ini, terutama meristem hujung, mudah diinduksi untuk diperbanyak secara in vitro. Dalam jargon kultur jaringan, sel-sel ini dikatakan bersifat embrionik ("dapat membentuk embrio").

Tisu jenis ini juga terbentuk apabila ada bahagian tumbuhan yang terbuka, misalnya karena terluka. Mobilisasi beberapa fitohormon, biasanya auksin dan sitokinin, akan memicu terbentuknya sel-sel meristem yang membentuk semacam tisu nirbeza yang disebut kalus.

Tisu kekal atau permanen sunting

Tisu permanen dikategorikan menjadi tiga kelompok utama: epidermis (tisupelindung, terdiri dari sel-sel yang menyusun lapisan luar daun dan bahagian-bahagian tumbuhan yang masih muda), tisu pengangkut (menyusun xilem dan floem), dan tisu dasar (mencakup parenkim, klorenkim, kolenkim, dan sklerenkim).

Epidermis melindungi bahagian dalam organ sehingga tidak bersentuhan langsung dengan pengaruh keadaan di luar organ. Epidermis dapat dilindungi oleh lapisan tipis di bahagian luar yang dikenal sebagai kutikula. Dapat juga ditemukan lapisan lilin (wax). Sel-sel epidermis biasanya berbentuk segi empat apabila dilihat dari samping, berjajar homogen. Namun, epidermis dapat mengalami perubahan menjadi sel-sel penutup atau sel penjaga stomata beserta beberapa sel tetangga, trikoma (miang atau rambut daun/batang), duri, serta rambut kelenjar.

Tisu pengangkut dimiliki oleh tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta). Gymnospermae memiliki tisutrakeida, serabut trakeida, dan parenkim kayu sebagai penyusun xilem. Angiospermae memiliki tambahan tisutrakea selain tisuyang dimiliki Gymnospermae. Floem (pembuluh tapis) tersusun dari tisu buluh tapis dan sel-sel pengiring.

Tisu dasar menyusun sebagian besar tubuh tumbuhan (biomassa). Kelompok tisuini memiliki banyak fungsi tergantung tempat ia berada. Seringkali ia mengisi bahagian terbesar dari suatu organ, menyusun isi buah, kulit batang, isi umbi atau rimpang yang menyimpan pati atau metabolit sekunder tertentu (seperti alkaloid dan terpenoid). Tisu ini juga dapat mengalami kematian dengan mengosongkan isi sel-selnya untuk membentuk struktur berongga (aerenkim) seperti ruang dalam gelembung pada tangkai daun eceng gondok atau rongga dalam buluh bambu.

Rujukan sunting

  1. ^ Bock, Ortwin (2 Januari 2015). "A history of the development of histology up to the end of the nineteenth century". Research. 2015, 2:1283. doi:10.13070/rs.en.2.1283 (Tidak aktif 22 Januari 2020). Diarkibkan daripada yang asal pada 2018-05-04. Dicapai pada 2020-06-23.CS1 maint: DOI inactive as of 2020 (link)