APA ITU MILLAH ABRAHAM? sunting

Majoriti ahli agama berpendapat dan berkeyakinan bahawa setiap rasul Allah membawa agama atau sistem hukum yang baru dan berbeda, ia sebagai pengganti dan penyempuna dari agama atau sistem hukum yang dibawa Rasul sebelumnya. Kebanyakkan berpendapat ajaran yang dibawa oleh Nabi Ibrahim (Abraham) berbeda denga napa yang diwahyukan-Nya kepada Nabi Musa. Begitu pula sama apa yang diwahyukan kepada Nabi Musa berbeda dengan apa yang diwahyukan-Nya kepada Nabi Isa, dan begitupula yang diajarkan( diwahyu-Kan) kepada Nabi Muhammad adalah ajaran yang berbeda dan lebih sempurna dari ajaran Rasul sebelumnya.Kalaupun di antara ajaran para Nabi dan Rasul Allah memiliki hubungan kesamaan, iya hanyalah sebatas teologis, mereka sama-sama beriman kepada Allah,Tuhan Semesta Alam.


Doktrin ini patut dipertanyakan Kembali kerana tidak memiliki dasar kewahyuan yang kuat. Bukankah setiap Rasul itu diutuskan dan mendapat tugas yang sama dari-Nya untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya yang sejati, yakni menjadi hamba dari Allah Sang Pencipta sebagai satu-satunya Tuhan baginya? Setiap Rasul Allah diutuskan membawa petunjuk dan sistem hukum yang benar (din al-Haq) ditengah-tengah kehidupan masyarakat (umat) yang zalim dan syirik akibat mengikuti sistem hukum hidup yang batil, yakni sistem hukum bangsa-bangsa yang musyrik. Tugas para Rasul jelas tertulis dalam surah Al- Quran Ash -Shaff (61:9) berikut ini:

“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan din yang benar, untuk memenangkannya di atas segala din meskipun orang-orang musyrik membencinya.”

             Sesungguhnya, semua ajaran dan risalah yang dibawa dan diperjuangkan oleh para Nabi dan Rasul Allah dari zaman ke zaman merupakan ajaran yang sama, tidak pernah berganti apa lagi berevolusi (dari yang tidak sempurna menuju yang sempurna).

Kesamaan ajaran tersebut tidak hanya dalam masalah keimanan kepada Allah,Tuhan yang maha esa, tetapi juga dalam masalah hukum atau ibadah.

Kebenaran sejati berasal dari Allah Yang Maha benar, dan ciri dari satu kebenaran sejati adalah dia tidak pernah berubah dan berganti hanya karena perubahan waktu dan tempat. Itulah wujud dari sistem kehidupan yang benar (din al-qayyim), berlandaskan wahyu dan kitab-kitab Allah. Jalan kebenaran yang mereka lalui dapat ditelusuri dari sejarah para Nabi dan rasul Allah sebagaimana dikisahkan dalam Taurat, Injil dan Al-Quran. Cara hidup mereka pada dasarnya berpangkal pada sosok sentral Nabi Ibrahim(Abraham), Bapak Para Nabi, yang mengajarkan Millah Ibrahim, sistem kehidupan yang benar. Millah Abraham tentu sahaja bukanlah suatu ajaran yang baru, kerena telah menjadi ajaran atau jalan hidup para Nabi dan Rasul Allah, termasuk Nabi Muhammad. Buktinya setiap para Rasul adalah mengikut ajaran Millah Abraham adalah dari ayat Al-Quran sendiri

Surah Al-An’am 6:161

قُلْ اِنَّنِيْ هَدٰىنِيْ رَبِّيْٓ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ ەۚ دِيْنًا قِيَمًا مِّلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًاۚ

وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku telah memberiku petunjuk ke jalan yang lurus, agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus. Dia (Ibrahim) tidak termasuk orang-orang musyrik.”

             Pada ayat ini dijelaskan dengan tegas, bahwa yang dimaksud oleh Allah dengan istilah Shiratul mustaqim (Jalan yang lurus;Jalan Kebenaran) itu adalah din al-qayyim; sistem hidup yang benar, iaittu Millah Ibrahim.Sekaligus menegaskan bahawa makna kata “din” adalah sama dengan “millah”. Millah Ibrahim (Abraham) inilah yang kemudiannya diajarkan pula oleh Allah kepada Nabi Muhammad, sila rujuk surah


An-Nisa (4:125)

وَمَنْ اَحْسَنُ دِيْنًا مِّمَّنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَّاتَّبَعَ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۗوَاتَّخَذَ اللّٰهُ اِبْرٰهِيْمَ خَلِيْلًا  .

Dan siapakah yang lebih baik dinnya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti din Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya).


Pernyataan Nabi Yusuf yang mengikuti Millah Ibrahim sebagai dinyatakan dalam Al-Quran surat Yusuf 12 ayat 38 :


وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ اٰبَاۤءِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَۗ مَا كَانَ لَنَآ اَنْ نُّشْرِكَ بِاللّٰهِ مِنْ شَيْءٍۗ ذٰلِكَ مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُوْنَ.

Dan aku mengikuti millah Bapak-bapakku:yaitu millah  Ibrahim, Ishak dan Yakub. Tidak patut bagi kami  mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Yang demikian Itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (semuanya); tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.


Beberapa ayat di atas dengan tegas mengaitkan dan menyamakan antara makna kata din dan Millah, bahkan mempertegas pula kedudukan Millah Abraham sebagai millah generasi spiritual Nabi Ibrahim selanjutnya, termasuk Yusuf, Nabi Muhammad, dan para pengikutnya. Dengan kata lain, semua Rasul Allah itu membawa ajaran yang sama, yaitu apa yang disebut oleh Al-Quran dengan Millah Ibrahim atau Millah Abraham.

Semua keturunan Abraham (khususnya Rasulullah Musa, Isa dan Nabi Muhammad ) mengikuti dan membawa paham keagamaan yang sama, yakni Millah Abraham.Berbeda dengan paham mayoritas agamais yang berkesimpulan bahawa masing-masing Nabi dan Rasul Allah membawa ajaran atau agama yang berbeda satu dengan lainnya. Pengunaan Kata “millah’ disandarkan kepada Nabi Ibrahim kerena Nabi Ibrahim adalah Nabi yang disepakati keutamaan dan kebenaran din-nya, baik oleh muysrik Mekkah maupun Ahli Kitab.Bahkan, orang-orang Quraisy dan etnis Arab lainya menyebut diri mereka sebagai pengikut Millah Abraham.