Rencana berikut menceritakan tentang sejarah negara Bhutan.

Prasejarah dan zaman awal sunting

Sejarah awal Bhutan masih samar sehingga kini. Peralatan, senjata, dan sisa dari batu membuktikan bahwa Bhutan telah dihuni sejak awal 2000 SM. Para sejarawan telah berteori bahwa negara Lhomon (harfiah, "kegelapan dari selatan"), atau Monyul ("Tanah Gelap", rujukan pada Monpa, penduduk asli Bhutan) sudah ada antara 500 SM dan 600 M. Nama Lhomon Tsendenjong (Negeri Cendana), dan Lhomon Khashi, atau Mon Selatan (negeri 4 tujuan) telah ditemukan dalam kronik Bhutan dan Tibet kuno.

Kedatangan Buddhisme sunting

Buddhisme pertama kali diperkenalkan ke Bhutan pada abad ke-7. Raja Tibet Songtsän Gampo[1] (memerintah 627–49 M), pemeluk agama Buddha, memerintahkan pembangunan dua buah kuil Buddha, di Bumthang di Bhutan pusat dan di Kyichu (dekat Paro) di Lembah Paro.[2] Agama Buddha disebarkan dengan sungguh-sungguh[1] pada tahun 746 M[3] di bawah Raja Sindhu Rāja (juga dikenali sebagai Künjom;[4] Sendha Gyab; Chakhar Gyalpo), seorang raja India yang dibuang negeri yang telah mendirikan pemerintahan di Bumthang di Istana Chakhar Gutho.[5]:35 [6]:13

Agama Buddha menggantikan tetapi tidak menghilangkan amalan agama Bon yang juga berlaku di Tibet hingga akhir abad ke-6. Sebaliknya, agama Buddha menyerap unsur-unsur Bon dan para penganut Bon. Ketika negara ini berkembang di lembah-lembah yang subur, agama Buddha semakin mengukuh dan menjadi elemen penyatuan. Pada saat ini, sastera-sastera dan hikayat Buddha menandai permulaan rekod bertulis sejarah Bhutan.[2]

Zaman pertengahan sunting

Peristiwa tertulis paling awal di Bhutan adalah lewatnya tokoh suci Buddha Padmasambhava (juga disebut Guru Rinpoche) pada abad ke-8. Sejarah awal Bhutan tidak jelas, kerana sebagian besar catatan telah musnah setelah kebakaran di Punakha, ibu kota kuno pada 1827. Dari abad ke-10, perkembangan politik Bhutan amat dipengaruhi oleh sejarah keagamaannya. Berbagai anak sekta Buddha muncul yang dilindungi oleh berbagai maharaja Mongol dan Tibet. Setelah runtuhnya bangsa Mongol pada abad ke-14, anak-anak sekta itu bersaing satu sama lain demi supremasi dalam bentang politik dan agama, akhirnya menimbulkan naiknya anak sekta Drukpa di akhir abad ke-16.

Hingga abad ke-17, Bhutan ada sebagai fiefdom yang saling berperang hingga dipersatukan oleh lama Tibet dan pemimpin tentera Shabdrung Ngawang Namgyal. Untuk mempertahankan negerinya dari penggarongan yang sebentar-sebentar dilakukan bangsa Tibet, Namgyal membangun sebuah jaringan dzong (benteng) tak terkalahkan, dan mengumumkan kod hukum yang membantu membawa raja-raja setempat di bawah kendali terpusat. Banyak dari dzong itu yang masih ada. Setelah kematian Namgyal pada 1651, Bhutan jatuh dalam suasana anarkis. Mengambil keuntungan dari kekacauan itu, orang Tibet menyerang Bhutan pada 1710, dan kembali pada 1730 dengan bantuan orang Mongol. Kedua serang itu berhasil digagalkan, dan gencatan senjata ditandatangani pada 1759.

Zaman teokrasi dan monarki sunting

 
Peta Bhutan

Pada abad ke-18, Bhutan menyerang dan menduduki Kerajaan Cooch Behar di selatan. Pada 1772, Cooch Behar meminta Syarikat Hindia Timur Inggeris yang membantu mereka dalam mengusir orang Bhutan, dan kemudian dalam menyerang Bhutan sendiri pada 1774. Sebuah perjanjian damai ditandatangani di mana Bhutan setuju mundur dari perbatasannya sebelum 1730. Namun, perdamaian itu renggang, dan pertempuran perbatasan dengan Inggeris berlangsung hingga ratusan tahun berikutnya. Akhirnya pertempuran itu menimbulkan Perang Duar (1864–1865), konfrontasi atas mereka yang akan mengendalikan orang Duar dari Benggala. Setelah Bhutan kalah perang, Perjanjian Sinchula ditandatangani antara India British dan Bhutan. Sebagai bagian pemulihan perang, bangsa Duar diserahkan kepada Kerajaan Bersatu United Kingdom dan Ireland dalam pertukaran sewa Rs. 50,000. Perjanjian itu mengakhiri semua permusuhan antara India British dan Bhutan.

Selama 1870-an, perjuangan kekuatan antara lembah saingan Paro dan Trongsa menimbulkan perang saudara di Bhutan, akhirnya menimbulkan naik tahtanya Ugyen Wangchuck, ponlop (gabenor) Tongsa. Dari pangkalan kekuatannya di Bhutan tengah, Ugyen Wangchuck mengalahkan para musuh politiknya dan mempersatukan negeri ini menyusul beberapa perang saudara dan pemberontakan antara 1882–1885.

Pada 1907, tahun penting di negri ini, Ugyen Wangchuck dipilih dengan suara bulat sebagai raja pusaka negeri ini oleh majlis rahib Buddha, pejabat pemerintahan, dan kepala keluarga penting yang menonjol. Pemerintah British menyetujui dengan cepat raja baru ini, dan pada 1910 Bhutan menandatangani perjanjian yang membuat United Kingdom ‘memandu’ urusan luar negeri Bhutan.

Setelah India mendapatkan kemerdekaan dari United Kingdom pada 15 Ogos 1947, Bhutan menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan India.

Setelah British meninggalkan kawasan ini, sebuah perjanjian yang mirip dengan yang di tahun 1910 ditandatangani pada 8 Ogos 1949 dengan India yang baru merdeka.

Zaman moden sunting

 
Dzong Trongsa

Setelah Pasukan Pembebasan Rakyat RRC memasuki Tibet pada 1951, Bhutan menyekat perbatasan utaranya dan mengembangkan hubungan dua hala dengan India. Untuk mengurangi risiko gangguan RRC, Bhutan memulai program pemodenan yang didukung sepenuhnya oleh India. Pada 1953, Raja Jigme Dorji Wangchuck mendirikan badan pembuat UU di negeri itu– Majlis Nasional beranggotakan 130 orang– untuk meningkatkan bentuk pemerintahan yang lebih demokratik. Pada 1965, ia mendirikan Dewan Penasihat Kerajaan, dan pada 1968 ia membentuk kabinet. Pada 1971, Bhutan memasuki PBB, setelah memegang kedudukan pemerhati selama 3 tahun. Pada Jauli 1972, Jigme Singye Wangchuck naik tahta pada usia 16 setelah kematian ayahandanya Dorji Wangchuck.

Sejak 1988, para imigran Nepal begitupun imigran gelap telah mendakwa Bhutan melanggar hak asasi manusia. Mereka mengatakan bahawa pemerintah Bhutan bertanggung jawab atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap penduduk minoriti penutur bahasa Nepalnya. Dugaan itu tetap tak terbukti dan dengan suara keras disangkal pihak Bhutan. Sebahagian besar para pengungsi itu tinggal di kem pengungsian yang dibuat PBB di Nepal tenggara di mana mereka tetap di sana selama 15 tahun.

Pada 1998, Raja Jigme Singye Wangchuck memperkenalkan reformasi politik penting, memindahkan sebahagian besar kekuasaannya kepada Perdana Menteri dan mengizinkan panggilan pertanggungjawaban pada raja oleh dua pertiga majoriti Majlis Nasional. Di akhir 2003, tentera Bhutan berhasil meluncurkan operasi skala besar untuk meredam para pengacau anti-India yang menjalankan kem pelatihan di Bhutan selatan.

Pada 1999, sang Raja juga mencabut larangan TV dan Internet, membuat Bhutan salah satu dari negara terakhir yang memperkenalkan TV. Dalam pidatonya, ia berkata bahwa TV adalah langkah penting buat pemodenan Bhutan seperti sumbangan utama pada Kebahagiaan Nasional Bruto negeri ini (Bhutan ialah satu-satunya negara yang mengukur kebahagiaan) namun memperingatkan penyalahgunaan TV yang bisa menggerus nilai-nilai tradisional Bhutan.

Sebuah perlembagaan baru telah diperkenalkan pada awal 2005[7] yang akan diratifikasi oleh satu pungutan suara sebelum diterapkan. Pada Disember 2005, Raja Jigme Singye Wangchuck mengumumkan bahawa ia akan turun tahta pada 2008. Baginda akan digantikan puterandanya, putera mahkota Jigme Khesar Namgyel Wangchuck. Namun sebelum tahun itu tiba (2006), ia telah turun tahta.

Rujukan sunting

  1. ^ a b Padel, Ruth (2006). Tigers in red weather: a quest for the last wild tigers. Bloomsbury Publishing USA. m/s. 139–40. ISBN 0-8027-1544-3. Dicapai pada 2011-08-21.
  2. ^ a b Worden 1991, "Arrival of Buddhism"
  3. ^ Hattaway, Paul (2004). Peoples of the Buddhist world: a Christian prayer diary. William Carey Library. m/s. 30. ISBN 0-87808-361-8. Dicapai pada 2011-08-20.
  4. ^ Rennie, Frank; Mason, Robin (2008). Bhutan: ways of knowing. IAP. m/s. 18, 58. ISBN 978-1-59311-734-4.
  5. ^ Dorji, C. T. (1994). History of Bhutan based on Buddhism. Sangay Xam, Prominent Publishers. ISBN 81-86239-01-4. Dicapai pada 2011-08-12.
  6. ^ Padma-gliṅ-pa, (Gter-ston) (2003). Harding, Sarah (penyunting). The life and revelations of Pema Lingpa. Snow Lion Publications. ISBN 1-55939-194-4. Dicapai pada 2011-08-10.
  7. ^ "The Constitution of the Kingdom of Bhutan". Diarkibkan daripada yang asal pada 2012-09-28. Dicapai pada 10 Oktober 2006. Check date values in: |accessdate= (bantuan)