Candi Mendut: Perbezaan antara semakan

Kandungan dihapus Kandungan ditambah
A60551104 (bincang | sumb.)
A60551104 (bincang | sumb.)
Tiada ringkasan suntingan
Baris 23:
*[[1908]]: Diperbaiki oleh [[Theodoor van Erp]], puncaknya disusun semula.
*[[1925]]: Sejumlah stupa disusun semula.
 
==Ukiran-ukiran timbul==
Yang berikut ialah huraian-huraian terperinci tentang beberapa ukiran timbul yang dipaparkan.
 
===Ukiran timbul pertama (Brahmana dan seekor kepiting)===
[[Imej:Mendhut-Tantri02.jpg|thumb|Seorang Brahmin serta seekor ketam.]]
 
Pada ukiran timbul ini, terdapat lukisan cerita haiwan atau [[fabel]] yang diperkenalkan oleh [[Pancatantra]] atau [[Jataka]]. Cerita lengkapnya diberikan di bawah ini:
 
:''Maka adanya seorang [[Brahmin]] yang bernama Dwijeswara yang datang dari dunia ghaib. Beliau sangat sayang akan semua jenis haiwan.
 
:''Maka berjalanlah beliau ke gunung untuk bersembahyang dan terjumpa seekor [[ketam]] yang bernama Astapada di puncak gunung. Sang Brahmin berkata: “Kubawanya ke [[sungai]], sebab aku berasa kasihan.” Maka beliau pun membawa ketam itu di dalam pakaiannya ke sungai dan terjumpa sebuah pondok istirehat di tepi sungai. Selepas melepaskan si ketam itu ke sungai, Si Astapada berasa lega hatinya dan berehat di pondok itu. Beliau tidur dengan nikmat dan hati yang lapang.
 
:''Terdapat seekor [[ular]] yang berteman dengan seekor [[Burung Gagak|burung gagak]] dan yang merupakan ancaman kepada sang Brahmin. Maka kata si ular kepada kawannya, si gagak: “Jika ada orang datang ke mari untuk tidur, ceritakanlah padaku, aku akan memangsakannya.”
 
:''Si gagak melihat sang Brahmin tidur di pondok. Segeralah keluar si ular katanya: “Aku ingin memangsakan matanya.” Begitulah perjanjian mereka.
 
:''Si ketam yang dibawa oleh sang Brahmin terdengar perbualan itu. Lalu kata si ketam di dalam hati: “Aduh, sungguh jahat si gagak dan ular. Sama-sama buruk kelakuan mereka.” Terfikir olehnya bahawa si ketam berhutang budi kepada sang Brahmin. Ia ingin membalas hutangnya, maka terfikirnya. “Ada siasatku, aku akan berkawan dengan keduanya.” Maka ujar si ketam, “Wahai kedua kawanku, akan kupanjangkan leher kalian supaya lebih nikmat kalau kalian ingin memangsakan sang Brahmin.” – “Aku setuju dengan usulmu, <lakukanlah> dengan segera.” Begitulah kata si gagak dan si ular kedua-duanya. Kedua-keduanya ikut menyerahkan leher mereka dan dikepit di sisi sana dan sini oleh si ketam, dengan kedua-duanya langsung putus seketika. Matilah si gagak dan si ular.
 
===Ukiran timbul ke-2 (Angsa dan kura-kura)===
[[Imej:Mendhut-Tantri01.jpg|thumb|Angsa dan kura-kura.]]
 
Pada ukiran timbul ini, terdapat lukisan cerita haiwan atau fabel yang diperkenalkan oleh karya Pancatantra atau Jataka. Cerita lengkapnya diberikan di bawah, walaupun agak berbeza versinya dengan lukisan ukiran timbul ini:
 
:''Ada kura-kura bertempat tinggal di danau Kumudawati. Danau itu sangat permai, banyak tunjungnya beranekawarna, ada putih, merah dan (tunjung) biru.
:''Ada angsa jantan betina, berkeliaran mencari makan di danau Kumudawati yang asal airnya dari telaga Manasasara.Adapun nama angsa itu, si Cakrangga (nama) angsa jantan, si Cakranggi (nama) angsa betina. Mereka itu bersama-sama tinggal di telaga Kumudawati.
:''Maka sudah lamalah bersahabat dengan kura-kura. Si Durbudi (nama) si jantan, sedangkan si Kacapa (nama) si betina.
:''Maka sudah hampir tibalah musim kemarau. Air di danau Kumudawati semakin mengeringlah. [Kedua] angsa, si Cakrangga dan si Cakranggi lalu berpamitan kepada kawan mereka si kura-kura; si Durbudi dan si Kacapa. Katanya:
:'' “Wahai kawan kami meminta diri pergi dari sini. Kami ingin pergi dari sini, sebab semakin mengeringlah air di danau. Apalagi menjelang musim kemarau.Tidak kuasalah kami jauh dari air. Itulah alasannya kami ingin terbang dari sini, mengungsi ke sebuah danau di pegunungan Himawan yang bernama Manasasana. Amat murni airnya bening dan dalam. Tidak mengering walau musim kemarau sekalipun. Di sanalah tujuan kami kawan.” Begitulah kata si angsa.Maka si kura-kurapun menjawab, katanya:
:''“Aduhai sahabat, sangat besar cinta kami kepada anda, sekarang anda akan meninggalkan kami, berusaha untuk hidupmu sendiri.
:''Bukankah (keadaannya) sama kami dengan anda, tidak bisa jauh dari air? Ke mana pun anda pergi kami akan ikut, dalam suka dan duka anda. Inilah hasil persahabatan kami dengan kalian.
 
:''Angsa menjawab: “Baiklah kura-kura. Kami ada akal. Ini ada kayu, pagutlah olehmu tengah-tengahnya, kami akan memagut ujungnya sana dan sini dengan isteriku. Kuatlah kami nanti membawa terbang kamu, [hanya] janganlah kendor anda memagut, dan lagi jangan berbicara. Segala yang kita atasi selama kami menerbangkan anda nanti, janganlah hendaknya anda tegur juga. Jika ada yang bertanya jangan pula dijawab. Itulah yang harus anda lakukan, jangan tidak mentaati kata-kata kami. Apabila anda tidak mematuhi petunjuk kami tak akan berhasil anda sampai ke tempat tujuan, akan berakhir mati.”Maka demikianlah kata angsa.
:''Lalu dipagutlah tengah-tengah kayu itu oleh si kura-kura, ujung dan pangkalnya dipatuk oleh angsa, di sana dan di sini, laki bini, kanan kiri.Segera terbang dibawa oleh angsa, akan mengembara ke telaga Manasasara, tempat tujuan yang diharapkannya. Telah jauh terbang mereka, sampailah di atas ladang Wilanggala.Maka adalah anjing jantan dan betina yang bernaung di bawah pohon mangga. Si Nohan nama si anjing jantan, si Babyan nama si betina. Maka mendongaklah si anjing betina, melihat si angsa terbang, keduanya sama menerbangkan kura-kura. Lalu katanya.“Wahai bapak anakku, lihatlah itu ada hal yang amat mustahil. Kura-kura yang diterbangkan oleh angsa sepasang!”Lalu si anjing jantan menjawab: “Sungguh mustahil kata-katamu. Sejak kapan ada kura-kura yang dibawa terbang oleh angsa? Bukan kura-kura itu tetapi tahi kerbau kering, sarang karu-karu! Oleh-oleh untuk anak angsa, begitulah adanya!” Begitulah kata si anjing jantan.
:''Terdengarlah kata-kata anjing itu oleh kura-kura, marahlah batinnya. Bergetarlah mulutnya karena dianggap tahi kerbau kering, sarang karu-karu.
:''Maka mengangalah mulut si kura-kura, lepas kayu yang dipagutnyam jatuhlah ke tanah dan lalu dimakan oleh serigala jantan dan betina.Si angsa malu tidak dipatuhi nasehatnya. Lalu mereka melanjutkan perjalanan melayang ke danau Manasasara.
 
===Ukiran timbul ke-3 (Dharmabuddhi dan Dustabuddhi)===
[[Imej:Mendhut-Dharmabuddhi-Dustabuddhi.jpg|thumb|280px|Dharmabuddhi dan Dustabuddhi.]]
Cerita ini mengenai dua orang sahabat anak para saudagar. Suatu hari Dharmabuddhi menemukan uang dan bercerita kepada kawannya Dustabuddhi. Lalu mereka berdua menyembunyikan uang ini di bawah sebuah pohon. Setiap kali mereka membutuhkan uang, Dharmabuddhi mengambil sebagian dan membagi secara adil. Tapi Dustabuddhi tidak puas dan suatu hari mengambil semua uang yang tersisa. Ia lalu menuduh Dharmabuddhi dan menyeretnya ke pengadilan. Tetapi akhirnya Dustabuddhi ketahuan dan dihukum.
 
===Ukiran timbul ke-4 (Dua ekor burung betet yang berbeza)===
[[Imej:Mendhut-Tantri-2 parrots.jpg|thumb|280px|Dua burung betet yang berbeza.]]
Relief ini melukiskan cerita dua burung betet bersaudara namun berbeda kelakuannya karena yang satu dididik oleh seorang penyamun. Sedangkan yang satu oleh seorang pendeta.
 
==Biara Buddha Mendut==