Agus Salim: Perbezaan antara semakan

Kandungan dihapus Kandungan ditambah
Baris 14:
 
==Kerjaya politik==
Pada tahun [[1915]], Salim bergabung denganmenyertai [[Sarekat Islam]] (SI), dan menjadi pemimpinketua keduakeduanya di SI setelahselepas [[H.O.S. Tjokroaminoto]]. Peranannya pada masa perjuangan [[kemerdekaan]] [[Republik Indonesia]] antara lain termasuk:
* anggota [[Volksraad]] ([[1921]]-[[1924]])
* anggota jawatankuasa [[Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (BPUPKI) yang mempersiapkan [[UUD 1945]]
* Menteri Muda Luar Negeri Kabinetdalam [[Kabinet Sjahrir II]] II ([[1946]]) dan [[Kabinet Sjahrir III|Sjahrir III]] ([[1947]])
* pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara [[Arab]], terutamaterutamanya [[Mesir]] pada tahun [[1947]]
* Menteri Luar Negeri dalam Kabinet [[Amir Sjarifuddin]] ([[1947]])
* Menteri Luar Negeri dalam Kabinet [[Hatta]] ([[1948]]-[[1949]])
 
Di antaraAntara tahun-tahun [[1946]]-[[1950]], iaSalim laksana bintang cemerlang dalam pergolakan politik Indonesia, sehingga kerap kali digelaridigelar "Orang Tua Besar" (''The Grand Old Man''). IaBeliau pun pernah menjabatmenjawat Menteri Luar Negeri RIdalam pada[[Kabinet kabinetPresiden]] PresidentilIndonesia dan dipada tahun [[1950]] sampaisehingga akhir hayatnya dipercaya sebagaimerupakan PenasehatPenasihat Menteri Luar Negeri.
Peran Agus Salim pada masa perjuangan kemerdekaan RI antara lain:
* anggota [[Volksraad]] (1921-1924)
* anggota panitia 9 [[BPUPKI]] yang mempersiapkan [[UUD 1945]]
* Menteri Muda Luar Negeri Kabinet [[Sjahrir]] II 1946 dan Kabinet III 1947
* pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutama Mesir pada tahun 1947
* Menteri Luar Negeri Kabinet [[Amir Sjarifuddin]] 1947
* Menteri Luar Negeri Kabinet [[Hatta]] 1948-1949
 
Pada tahun [[1952]], iaSalim menjabatmenjadi Ketua di Dewan Kehormatan [[Persatuan Wartawan Indonesia|PWI]] (PWI). Biarpun penanyapennya tajam dan kritikannya pedas, namun Haji Agus Salim masih mengenal batas-batas dan menjunjung tinggi KodeKod EtikEtika JurnalistikKewartawanan.
Di antara tahun 1946-1950 ia laksana bintang cemerlang dalam pergolakan politik Indonesia, sehingga kerap kali digelari "Orang Tua Besar" (''The Grand Old Man''). Ia pun pernah menjabat Menteri Luar Negeri RI pada kabinet Presidentil dan di tahun 1950 sampai akhir hayatnya dipercaya sebagai Penasehat Menteri Luar Negeri.
 
Setelah mengundurkanberundur diri daridaripada dunia politik, Salim mengarang sebuah buku pada tahun [[1953]] ia mengarang bukuyang dengan judulberjudul ''Bagaimana [[Takdir]], [[Tawakal]] dan Tauchid[[Tauhid]] harus dipahamkandifahami?'' yang lalukemudian diperbaiki menjadi ''Keterangan FilsafatFalsafah Tentang TauchidTauhid, Takdir dan Tawakal''.
Pada tahun [[1952]], ia menjabat Ketua di Dewan Kehormatan [[Persatuan Wartawan Indonesia|PWI]]. Biarpun penanya tajam dan kritikannya pedas namun Haji Agus Salim masih mengenal batas-batas dan menjunjung tinggi Kode Etik Jurnalistik.
 
IaSalim meninggal dunia pada [[4 November]]tahun [[1954]] di RSU[[Hospital Besar Jakarta]] dan dimakamkan di [[TMPTaman Makam Pahlawan Kalibata]], Jakarta.
Setelah mengundurkan diri dari dunia politik, pada tahun [[1953]] ia mengarang buku dengan judul ''Bagaimana Takdir, Tawakal dan Tauchid harus dipahamkan?'' yang lalu diperbaiki menjadi ''Keterangan Filsafat Tentang Tauchid, Takdir dan Tawakal''.
 
Ia meninggal dunia pada [[4 November]] [[1954]] di RSU Jakarta dan dimakamkan di [[TMP Kalibata]], Jakarta.
 
==Lihat juga==