Rendra
Willibrordus Surendra Broto Rendra (lahir 7 November 1935 di Solo - 7 Ogos 2009 di Jakarta) adalah penyair ternama yang kerap digelar sebagai "Burung Merak". Dia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Semenjak berada di kolej beliau sudah aktif menulis cerpen dan karangan di berbagai majalah.
| ||
| ||
|
Pendidikan
sunting- TK Marsudirini
- SMA St. Josef, Solo (1952-1955)
- Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Mengambil jurusan Sastera Inggeris, dan meraih gelaran Sarjana Muda (B.A.)
- American Academy of Dramatical Art, New York, USA (1964 - Ogos 1967)
Beberapa karya
suntingDrama
suntingDrama Kaki Palsu adalah drama pertamanya dan dipentaskan ketika ia di sekolah. Drama Orang-Orang di Tikungan Jalan merupakan drama pertamanya yang mendapat penghargaan dan hadiah pertama dari Kantor Wilayah Jabatan Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta, Indonesia. Selepas penghargaan itu, beliau lebih giat dalam drama seperti senarai di bawah.
- Orang-orang di Tikungan Jalan (1954)
- Bip Bop Rambaterata (Teater Mini Kata)
- SEKDA (1977)
- Selamatan Anak Cucu Sulaiman
- Mastodon dan Burung Kondor (1972)
- Hamlet (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama)
- Macbeth (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama)
- Oedipus Sang Raja (terjemahan dari karya Sophocles, judul asalnya "Oedipus Rex")
- Lisistrata (terjemahan)
- Odipus di Kolonus (terjemahan karya Sophokles),
- Antigone (terjemahan karya Sophokles),
- Kasidah Barzanji
- Perang Troya Tidak Akan Meletus (terjemahan dari karya Jean Giraudoux asli dalam bahasa Perancis: "La Guerre de Troie n'aura pas lieu") 1986
- Kisah Perjuangan Suku Naga
Sajak/Puisi
suntingWS Rendra seorang deklamator puisi yang berbakat. Kumpulan puisinya di media massa pada 1952 melalui majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya terus muncul di majalah waktu itu seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru sehingga dua dekad selepas itu, tahun 1960-an dan tahun 1970-an.
- Jangan Takut Ibu
- Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)
- Empat Kumpulan Sajak
- Rick dari Corona
- Potret Pembangunan Dalam Puisi
- Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta!
- Nyanyian Angsa
- Pesan Pencopet kepada Pacarnya
- Rendra: Ballads and Blues Poem (terjemahan)
- Perjuangan Suku Naga
- Blues untuk Bonnie
- Pamphleten van een Dichter
- State of Emergency
- Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api
- Mencari Bapak
- Rumpun Alang-alang
- Surat Cinta
- Sajak Rajawali - dibacakan Abdul Khalid Ibrahim sempena 'Black April 14'
- Sajak Seonggok Jagung
Bengkel teater
suntingPada 1961, sekembalinya dari Amerika Syarikat, Rendra menubuhkan kumpulan teater di Yogyakarta. Pada tahun 1968, dia membentuk Bengkel Teater di Yogyakarta.
Beliau pernah ditahan pihak berkuasa Indonesia kerana karya-karyanya yang berbau protes pada 1978. Drama SEKDA, Mastodon dan Burung Kondor dilarang dipentaskan di Taman Ismail Marzuki.
Filem
suntingRendra dikenali ramai di Malaysia melalui filem bertema agama yang dilakoninya Al Kautsar pada 1980-an.
Penghargaan
sunting- Hadiah Pertama Sayembara Drama dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, untuk drama "Orang-orang di Tikungan Jalan" (1954)
- Hadiah Tahunan Majalah Kisah, untuk cerpen "Ia Punya Leher yang Indah" (1956)
- Hadiah Puisi dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (1957)
- Anugerah Seni dari Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Yogyakarta (1969)
- Hadiah Seni dari Akademi Jakarta (1975)
- Penghargaan Adam Malik pada 1989
- SEA Write Award pada 1996
- Penghargaan Achmad Bakrie (2006)
Keluarga
suntingRendra mempunyai 11 orang anak daripada tiga isteri - dua daripadanya sudah diceraikan.Rendra berkahwin dengan Sunarti Suwandi pada 1959 ketika usia 24 tahun.dan mendapat 5 anak iaitu Teddy Satya Nugraha, Andreas Wahyu Wahyana, Daniel Seta, Samuel Musa dan Klara Sinta.
Beliau memeluk Islam pada Ogos 1970 ketika menikahi isteri keduanya Sitoresmi Prabuningrat, beliau menukar namanya menjadi Wahyu Sulaiman Rendra daripada nama asalnya Willibrodus Surendra Broto Renda.
Kemudian berkahwin dengan muridnya Bendoro Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat, puteri berketurunan istana Yogyakarta yang bergiat aktif di Bengkel Teater. Rendra melamar Sito untuk menjadi isteri kedua dengan ditemani isteri pertamanya. WS Rendra memeluk Islam demi perkahwinan itu. Perkawinannya pada 12 Ogos 1970, disaksikan penyair Taufiq Ismail dan pengkritik Ajip Rosidi.Bersama Sitoresmi, beliau mendapat empat anak: Yonas Salya, Sarah Drupadi, Naomi Srikandi dan Rachel Saraswati.
Kemudian WS Rendra berkahwin lagi dengan Ken Zuraida, isteri ketiga yang memberinya dua anak: Isaias Sadewa dan Maryam Supraba. Rendra menceraikan Sitoresmi pada 1979, dan Sunarti dua tahun kemudian kerana pelbagai pergolakan poligami.
Kritikan sastera
suntingKaryanya diterjemah ke bahasa Inggeris, Belanda, Jerman, Jepun dan India. Dalam buku Sastra Indonesia Modern II (1989), Prof A Teeuw berpendapat bahawa dalam sejarah kesusasteraan Indonesia, WS Rendra dapat diklasifikasi dalam Angkatan 45, Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Ini kerana sajak-sajaknya bersifat kontemporasi, sesuai dengan semua zaman dan berlainan sekali dengan tersebut.
WS Rendra pernah menyertai The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995).
Kematian
suntingPada 7 Ogos 2009, jam 10.15 malam, W.S. Rendra (74 tahun) meninggal dunia di RS Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta Utara,Indonesia setelah lebih sebulan dirawat kerana penyakit jantung koroner. Jenazah dikebumikan selepas solat Jumaat di Bengkel Teater,Cipayung Citayam, Depok dekat Jakarta. Kuburnya itu tidak jauh dari kubur sahabatnya Mbah Surip, penyanyi reggae "Tak Gendong" yang meninggal dunia seminggu sebelum itu.[1][2]
Pautan luar
sunting- (Indonesia) W.S. Rendra di TokohIndonesia.com
- (Indonesia) Wawancara International Institute for Asian Studies (IIAS), Belanda bersama Rendra
- (Indonesia) Wawancara Sjors Bos bersama Rendra mengenai reformasi dan Indonesia di zaman yang baru
- (Indonesia) Rendra di dada akhbar
- (Indonesia) Rendra dan Bengkel Teater
- (Indonesia) Liputan Nadhlatul Ulama mengenai pementasan Kasidah Barzanji Renda
- (Indonesia) Beberapa puisi Rendra
- (Indonesia) Esai Rendra tentang Drama Modern