Saturnalia merupakan salah satu festival yang dilaksanakan oleh masyarakat Romawi khusus untuk menyembah dewa dewa Saturnus. Dewa Saturnus dipercayai merupakan dewa benih tanaman dan pepohonan atau lebih dikenal dengan dewa pertanian. Dalam legenda Romawi, Saturnus tercatat pernah memerintah wilayah Roma pada zaman yang disebut sebagai Era Emas di dalam mitologi bangsa Romawi. Dewa Saturnus turun ke bumi dan memberitahukan kepada rakyatnya bagaimana cara bercucuk tanam yang baik dan benar. Pengajaran yang sangat penting ini membuat Saturnus menjadi salah satu dewa yang paling dipuja antara dewa-dewi mereka lainnya. Ini pula yang menjadi alasan orang Romawi begitu menghormatinya sampai dibuatkan sebuah festival tersendiri.[1]

Festival Saturnalia adalah perayaan yang paling penting dalam kehidupan bangsa Romawi.

Awal tradisi sunting

Festival ini mula diadakan sejak abad ke-5 Sebelum Masihi. Perayaan ini pada mulanya dilakukan setakat dengan upacara yang sangat sederhana, namun ia lama-kelamaan berkembang menjadi keramaian besar dan menjadikan hari perayaannya sebagai hari terbesar yang dirayakan oleh seluruh orang di Empayar Rom dalam takwim mereka. Festival pertamanya yang dihadiri oleh seluruh rakyat diselenggarakan pada tahun 497 SM bertepatan dengan selesainya pembangunan Kuil Saturnus di Roma.[1]

Jadwal Festival sunting

Festival Saturnalia dirayakan oleh bangsa Romawi setiap tahunnya pada pertengahan bulan Disember.[2] Festival Saturnalia dilakukan tepat setelah hari pertama musim dingin. Hari ini adalah hari di sepanjang tahun dengan siang hari yang terpendek dan malam hari yang terpanjang. Lama pelaksanaan perayaan tidak menentu setiap tahunnya. Terkadang hanya satu hari. Kadang ditambah menjadi tiga hari hingga lima hari. Pada tahun tertentu, festival diadakan selama tujuh hari.[1] Umunya festival Saturnalia diadakan tiap tanggal 17 Desember hingga 25 Desember.[3]

Kegiatan Festival sunting

Pada hari festival Saturnalia, semua pekerjaan dan bisnis diberhentikan.[2] Festival Saturnalia diawali dengan memberi penghormatan ke Saturnus. Selanjutnya kumpulan ikatan wol yang berada di sekeliling kaki patung dewa di dalam Kuil Saturnus diangkat dan dilakukan ritual pengorbanan. Korban yang dipersembahan pada ritual pengorbanan adalah salah seorang dari mereka. Korban terlebih dahulu diberikan siksaan dan hinaan selama satu minggu. Akhir penyiksaannya adalah pada saat pengorbanan dilakukan, yaitu pada tanggal 25 Desember.

Setelah ritual pengorbanan selesai, para peserta ritual bersorak dengan menyebut, "Io, Saturnalia!" yang menandakan dimulainya festival.[1] Pada saat festival, bangsa Romawi hanya menikmati hari dengan bersantai dan saling tukar-menukar hadiah. Hadiah yang diberikan dapat berupa barang seperti boneka dan lilin. Hadiah berupa hewan umumnya adalah burung yang terkurung di dalam sangkar.[4] Selama festival, perjudian diperbolehkan. Orang-orang akan mengenakan pakaian yang berwarna-warni. Selain itu, orang kaya akan membayar uang sewa dan memberikan uang kepada orang miskin sebagai bentuk bantuan bagi mereka yang membutuhkan. Para penguasa juga akan saling bertukar tempat dengan hamba-hamba abdi mereka - para abdi ini dberi izin mengenakan topi pileus yang menjadi tanda kemerdekaan mereka selain juga bergiat hal yang sama dengan tuan mereka.[1] Kegiatan lain yang dilakukan selama festival Saturnalia adalah penghiasan kuil-kuil Dewa Saturnus. Kuil-kuil tersebut dihiasi dengan menggunakan daun-daun pepohonan.[3]

Makna sunting

Festival Saturnalia merupakan pertanda yang menyatakan bahwa musim bercocok tanam dan musim gugur telah berakhir. Dengan demikian maka petani memberikan suatu bentuk penghormatan kepada Dewa Saturnus dengan harapan hasil tani mereka akan lebih berlimpah.[1]

Pemergunaan serta perubahan tujuan festival sunting

Pada masa awal masuknya agama Kristian di Empayar Romawi, hari terakhir festival Saturnalia ditetapkan sebagai hari kelahiran pengasas agama anutan ini, Yesus Kristus oleh raja-raja Romawi yang telah memeluk agama ini agar mempengaruhi rakyat jelata mereka yang pagan masih menyembah berhala agar segera memeluk agama Kristen. Siasat politik ini secara tidak langsung telah mengubah tujuan festival Saturnalia yang awalnya untuk menyembah dewa Saturnus, menjadi perayaan untuk memperingati kelahiran Yesus.[5]

Rujukan sunting

  1. ^ a b c d e f "OKEZONE STORY: Perayaan Saturnalia di Romawi, Saat Para Tuan Bertukar Tempat dengan Budak Mereka". Okezone News. 5 Oktober 2017. Dicapai pada 18 Januari 2020.
  2. ^ a b "Apa yang Alkitab Katakan tentang Natal?". Bhayangkari. Dicapai pada 18 Januari 2020.
  3. ^ a b "Perayaan Hari Besar 25 Desember & Sejarah Simbolis Pohon Natal". Tirto. Dicapai pada 18 Januari 2020. Cite has empty unknown parameter: |1= (bantuan)
  4. ^ Maharrani, Anindita (27 Desember 2015). "4 Ide Acara Tukar Kado". beritagar.id. Dicapai pada 2020-01-18. Check date values in: |date= (bantuan)
  5. ^ "Penemuan yang Mengubah Dunia: Pohon Natal, Kenapa Harus Cemara? Halaman all". KOMPAS.com. Kompas Cyber Media. Dicapai pada 18 Januari 2020.