Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Melayu pertama dan terbesar di pantai utara pulau Jawa ("Pasisir"). Menurut tradisi Jawa, pengasas kerajaan ini yang bernama Demak sebelumnya adalah bangsawan kerajaan Campa, kemudian muncul sebagai kekuatan baru mewarisi wewenang dan kebesaran kerajaan purba ini.[1]

Kesultanan Demak
کسلطانن دمق
Nagari Kasultanan Dhimak
1475–1568
Bendera Kerajaan Demak, Demak
Kerajaan Demak, Demak
Bendera Kesutanan Demak Jata
Ibu negaraBintara, Demak

Prawata, Pati

Jipang Cepu
Bahasa yang umum digunakanMelayu
Jawa Kuno (selanjutnya berkembang menjadi bahasa Jawa modern seperti sekarang)
Agama
Islam
KerajaanKesultanan
Sultan 
• 1475 -1518 ¹
Raden Fatah
• 1518-1521
Pati Unus
• 1521-1546
Trenggana
• 1546-1547
Sunan Prawata (Rd. Mukmin)
• 1547-1554
Arya Penangsang
Sejarah 
• Berdirinya kota pelabuhan Demak
1475
• Demak menjadi vazal Pajang
1568
Didahului oleh
Diganti oleh
Majapahit
Kerajaan Pajang
Kesultanan Kalinyamat
Kerajaan Jipang
Kesultanan Mataram
Kesultanan Johor
¹ (1475-1478 sebagai bawahan Majapahit)

Kerajaan ini tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di sebahagian besar Nusantara pada umumnya, walaupun tidak bertahan lama dan segera mengalami kemunduran kerana terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1560, kekuasaan Demak beralih ke Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir/Hadiwijaya. Salah satu peninggalan bersejarah Demak ialah Masjid Agung Demak, yang menurut tradisi umum didirikan oleh sembilan wali utama penyebar Islam di Jawa.

Lokasi keraton Demak, yang pada masa itu berada di tepi laut, berada di kampung Bintara (dibaca "Bintoro" dalam bahasa Jawa), saat ini telah menjadi bahagian kota Demak di Jawa Tengah. Sebutan kerajaan pada zaman ketika beribu kota di sana dikenal sebagai Demak Bintara. Pada masa raja ke-4 (Sunan Prawoto), kraton dipindahkan ke Prawata (dibaca "Prawoto") dan untuk zaman ini kerajaan disebut Demak Prawata. Sepeninggal Sunan Prawoto, Arya Penangsang memerintah kesultanan yang sudah lemah ini dari Kadipaten Jipang (sekarang dekat Cepu). Kotaraja Demak dipindahkan ke Jipang dan untuk zaman ini dikenal dengan sebutan Demak Jipang.

Hadiwijaya dari Pajang mewarisi wilayah Demak yang tersisa setelah beliau bersama-sama dengan Ki Gede Pamanahan dan Ki Penjawi melakukan pembunuhan ke atas Arya Penangsang. Demak kemudian menjadi vasal dari Pajang.

Zaman permulaan sunting

Menjelang akhir abad ke-15, seiring dengan kemunduran Majapahit, secara praktis beberapa wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Bahkan wilayah-wilayah yang tersebar atas kadipaten-kadipaten saling serang, saling mengklaim sebagai pewaris takhta Majapahit.

Sementara Demak yang berada di wilayah utara pantai Jawa muncul sebagai kawasan yang mandiri. Dalam tradisi Jawa digambarkan bahawa Demak merupakan penganti langsung dari Majapahit, sementara Raja Demak (Raden Patah) dianggap sebagai putra Majapahit terakhir. Kerajaan Demak didirikan oleh kemungkinan besar seorang Muslim bernama Cek Ko-po.[2] Kemungkinan besar putranya adalah orang yang oleh Tomé Pires dalam Suma Oriental-nya dijuluki "Pate Rodim", mungkin dimaksudkan "Badruddin" atau "Kamaruddin" dan meninggal sekitar tahun 1504. Putra atau adik Rodim, yang bernama Trenggana bertakhta dari tahun 1505 sampai 1518, kemudian dari tahun 1521 sampai 1546. Di antara kedua masa ini yang bertakhta adalah iparnya, Raja Yunus (Pati Unus) dari Jepara. Sementara pada masa Trenggana sekitar tahun 1527 ekspansi militer Kerajaan Demak berhasil menundukkan Majapahit.

Berdasarkan Babad Tanah Jawi, pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Fatah atau Praba atau Raden Bagus Kasan (Hasan) memiliki gelar Jin Bun Austronesia sering disebut juga Senapati Jinbun atau Panembahan Jinbun bergelar Sultan Syah Alam Akbar Al-Fatah. (1455-1518) Memerintah Kerajaan Demak tahun 1500 - 1518.

Raden Fatah merupakan anak Raja Campa Sultan Syarif Abdullah Umdatuddin (menurut catatan dari Kesultanan Palembang Darussalam, Rabithah Alawiyyah dan Naqobah Ansab Auliya Tis'ah (NAAT)) yang lahir di Kota Palembang dari ibu bernama Nyai Candarawi.

Pelabuhan sunting

Kerajaan Demak Bintoro memiliki dua pelabuhan, yaitu:

Zaman keemasan sunting

Peta Masa Kerajaan Demak

Pada awal abad ke-16, Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat di Pulau Jawa, tidak satu pun kerajaan lain di Jawa yang mampu menandingi usaha kerajaan ini dalam memperluas kekuasaannya dengan menundukkan beberapa kawasan pelabuhan dan pedalaman di Nusantara.

Di bawah Pati Unus sunting

Demak di bawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan mahu meluaskan kuasa mereka. Visi besarnya adalah menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Melaka. Kemudian beberapa kali ia mengirimkan armada lautnya untuk menyerang Portugis di Malaka.[3]

Di bawah Trenggana sunting

Trenggana berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawahnya, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), juga menaklukkan hampir seluruh Pasundan/Jawa Barat (1528 - 1540) serta wilayah-wilayah bekas Majapahit di Jawa Timur seperti Tuban (1527), Madura (1528), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527 - 1529), Kediri (1529), Malang (1529 - 1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1529 - 1546). Trenggana meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto.

Salah seorang panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatra), yang juga menjadi menantu raja Trenggana. Sementara Maulana Hasanuddin putra Sunan Gunung Jati[4] diperintah oleh Trenggana untuk menundukkan Banten Girang. Kemudian hari keturunan Maulana Hasanudin menjadikan Banten sebagai kerajaan mandiri. Sedangkan Sunan Kudus merupakan imam di Masjid Demak juga pemimpin utama dalam penaklukan Majapahit sebelum pindah ke Kudus.[1]

Kemunduran sunting

Suksesi raja Demak ketiga tidak berlangsung mulus, terjadi persaingan panas antara P. Surowiyoto (Pangeran Sekar) dan Trenggana yang berlanjut dengan di bunuhnya P. Surowiyoto oleh Sunan Prawoto (anak Trenggana), peristiwa ini terjadi di tepi sungai saat Surowiyoto pulang dari Masjid sehabis Solat Jumaat. Sejak peristiwa itu Surowiyoto (Sekar) dikenal dengan sebutan Sekar Sedo Lepen yang artinya sekar gugur di sungai. Pada tahun 1546 Trenggana wafat dan tampuk kekuasaan dipegang oleh Sunan Prawoto, anak Trenggana, sebagai raja Demak keempat, akan tetapi pada tahun 1547 Sunan Prawoto dan isterinya dibunuh oleh pengikut P. Arya Penangsang, putra Pangeran Surowiyoto (Sekar). P. Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa takhta Demak sebagai raja Demak kelima. Pengikut Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri,penguasa Jepara / Kalinyamat (Suami Ratu Kalinyamat). Hal ini menyebabkan adipati-adipati di bawah Demak memusuhi P. Arya Penangsang, salah satunya adalah Adipati Pajang Jaka Tingkir (Hadiwijaya).

Pada tahun 1554 terjadilah pemberontakan dilakukan oleh Adipati Pajang Jaka Tingkir (Hadiwijaya) untuk merebut kekuasaan Demak dari Arya Penangsang. Dalam peristiwa ini Arya Penangsang dibunuh oleh Sutawijaya, anak angkat Jaka Tingkir. Dengan terbunuhnya Arya Penangsang sebagai raja Demak kelima, maka berakhirlah era Kesultanan Demak. Jaka Tingkir (Hadiwijaya) memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang dan mendirikan Kerajaan Pajang.

Senarai Sultan dan Pejabat sunting

Senarai Sultan sunting

No. Sultan Mulai Jabatan Akhir Jabatan Jabatan

Sebelumnya

Termuat Dalam
1. Raden Patah 1478 1504 Adipati Demak *Babad Tanah Jawi *Suma Oriental
2. Trenggana 1505 1518 *Babad Tanah Jawi *Suma Oriental
3. Pati Unus 1518 1521 Adipati Jepara *Babad Tanah Jawi *Suma Oriental
4. Trenggana 1521 1546 *Babad Tanah Jawi *Suma Oriental
5. Sunan Prawoto 1546 1547 *Babad Tanah Jawi*kronik Tiongkok
6. Arya Penangsang 1547 1554 Adipati Jipang Babad Tanah Jawi

Senarai Panglima Perang sunting

Nama Jabatan Termuat Dalam
Sunan Ngudung Panglima Perang Ke-I Babad Tanah Jawi
Sunan Kudus Panglima Perang Ke-II Babad Tanah Jawi
Pati Unus Panglima Perang Ke-III Babad Tanah Jawi
Fatahillah Panglima Perang Ke-IV Babad Tanah Jawi

Senarai Kepala Daerah sunting

Nama Jabatan Termuat Dalam
Pati Unus Adipati Jepara ( Kabupaten Jepara ) Babad Tanah Jawi
Ratu Kalinyamat Adipati Kalinyamat ( Kabupaten Jepara ) Babad Tanah Jawi
Ki Ageng Pengging Adipati Pengging (Kabupaten Boyolali ) Babad Tanah Jawi
Joko Tingkir Adipati Pajang ( Kota Surakarta ) Babad Tanah Jawi
Arya Panangsang Adipati Jipang (Kabupaten Blora ) Babad Tanah Jawi
Raden Kusen Adipati Terung (Kabupaten Sidoarjo ) Babad Tanah Jawi
Ki Ageng Pandan Arang Adipati Pandanaran I ( Kota Semarang ) Babad Tanah Jawi
Sunan Bayat Adipati Pandanaran II ( Kota Semarang ) Babad Tanah Jawi

Daftar Menteri dan Staf sunting

Nama Jabatan
Sunan Kalijaga Penasihat
Sunan Giri Mufti ( Pemimpin Fatwa )
Sunan Kudus Qadhi ( Hakim )

Lihat pula sunting

Rujukan sunting

  1. ^ a b Ricklefs, M., (2002), A History of Modern Indonesia Since c. 1200, Stanford University Press, ISBN 978-0-8047-4480-5.
  2. ^ M. C. Ricklefs, A History of Modern Indonesia since c. 1200, halaman 38
  3. ^ Cortesão, Armando, (1944), The Suma Oriental of Tomé Pires, London: Hakluyt Society, 2 vols
  4. ^ Uka Tjandrasasmita, (2009), Arkeologi Islam Nusantara, Kepustakaan Populer Gramedia, ISBN 979-9102-12-X.

Pautan luar sunting

Kerajaan di Jawa